Meski Bagus untuk Kesehatan, Berenang Ternyata Bisa Buat Anak Diare

Babyologist
The trusted and resourceful media for pregnancy & maternity in Indonesia. Our vision is to make The Journey beautiful and enjoyable!
Konten dari Pengguna
20 Agustus 2019 18:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Meski Bagus untuk Kesehatan, Berenang Ternyata Bisa Buat Anak Diare
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Saya sering membaca, mendengar, dan dinasihati bahwa berenang sangat baik untuk perkembangan motorik anak. Karena itu, sebagai new mom, saya excited banget ingin mengajak anak berenang.
ADVERTISEMENT
Saat usia Joyce (anak say)a 4-8 bulan, saya mengajaknya berenang di baby spa, dengan menggunakan neck ring. Dan di usia 10 bulan, untuk pertama kalinya saya ajak Joyce berenang di kolam besar (kolam renang dewasa).
Namun reaksi Joyce di kolam besar justru membuat saya kaget. Ia ketakutan hingga menangis ada di kolam. Joyce terlihat sama sekali enggak happy dan enggak enjoy. Kerena responsnya itu, hanya 5 menit saya ajak ia bermain dalam kolam. Saya langsung membilas badannya dan memakaikannya baju ganti.
Karena kesibukan yang cukup padat, saya belum mengajak berenang lagi hingga usia Joyce 13 bulan. Belum lama ini saya diajak saudara ipar untuk berenang bersama. Kami menggunakan kolam apartemen untuk berenang.
ADVERTISEMENT
Seperti sebelumnya, Joyce takut untuk masuk ke dalam kolam. Saat dibujuk masuk ke dalam kolam, ia justru nangis. Saya mengajak untuk memainkan air kolam dengan kaki terlebih dahulu sebelum ajak Joyce masuk ke dalam kolam. Tujuannya biar enggak kaget dan familier sama air terlebih dahulu. Tetapi tak juga berhasil, ia masih terlihat sama sekali enggak happy dan enggak enjoy. Seperti sebelumnya, ia hanya 5 menit berada di kolam.
Akan tetapi, 2 hari setelah pulang dari berenang, Joyce mengalami demam dan muntah sampai 9 kali sehari. Sepulangnya dari kantor (ya, saya working mom), saya segera bawa Joyce ke dokter spesialis anak yang praktik dekat dengan rumah (sebut dokter R).
Dokter R bilang Joyce mengalami infeksi pencernaan dan memang lagi musim katanya. Jadi diresepkan Mineral (zinc), L-bio (bakteri baik), obat muntah (diminum setengah jam sebelum makan), dan juga obat diare. Dokter juga memberi daftar pantangan makan Joyce dan menyarankan untuk setop ASI dan mulai menggunakan susu soya--untuk yang ini saya sama sekali tidak lakukan, alasannya karena saya memang belum siap untuk menyapih anak.
ADVERTISEMENT
Hari itu Joyce belum mengalami diare. Tetapi keesokan harinya ia mulai diare hingga 7 kali dan air semua yang keluar. Nafsu makannya jauh menurun, namun untuk mual dan muntahnya sudah berkurang.
Hari kedua setelah dari dokter R, saya tidak melihat ada perkembangan pada Joyce. Bahkan pantatnya mulai memerah akibat diare yang terus menerus. Sehingga saya dan suami memutuskan untuk pergi ke dokter lain (dokter W).
Pada pemeriksaan oleh dokter W, beliau tanya apakah Joyce habis berenang, karena dilihat dari gejalanya, seperti ada mikroba yang ada di usus. Di kolam renang, sangat banyak mikroba yang hidup. Mikroba ini tidak bisa mati hanya dengan kaporit.
Ilustrasi anak berenang. Foto: Shutterstock.
Hati saya sebagai maminya terasa patah, perasaan bersalah dan sedih. Saya merasa Joyce harus mengalami diare dan muntah akibat diajak berenang. Tujuannya untuk buat anak happy dan motoriknya bagus, tetapi entah apa yang terjadi. Mungkin ada air yang terminum atau ketika main-main, ada air yang tertelan dan berakibat diare hebat disertai muntah.
ADVERTISEMENT
Dokter W mengatakan mual atau muntahnya harus disetop, tapi untuk diarenya kita jangan setop. Karena, hanya melalui pembuangan kotoran itu mikroba yang ada di usus bisa hilang. Sehingga yang harus diperhatikan adalah, jangan sampai anak dehidrasi akibat diare dan muntahnya itu.
Dokter W, menyuruh untuk melanjutkan obat dari dokter R, tapi untuk obat diarenya jangan digunakan. Dokter W menambahkan antibiotik, salep untuk pantatnya, dan anti parasit (untuk obat ini, hanya digunakan apabila terjadi berak darah disertai lendir), dan apabila kondisi anak semakin melemah harus segera di rawat inap di RS.
Bersyukur enggak sampai ada berak darah disertai lendir. Tetapi memang diarenya berlangsung sampai dengan hari ke-8 (dihitung dari pertama kali diare).
ADVERTISEMENT
Langkah-langkah utama yang saya lakukan adalah:
1. Setiap kali diare, saya berikan oralit pada anak. Saya pakai oralit rasa jeruk, dan itu pun masih susah untuk diminum oleh anak. Mungkin karena rasanya yang aneh. Tapi oralit rasa jeruk cukup membantu. Saya menggunakan sedotan, botol, atau disuapi dengan sendok. Pokoknya jangan sampai ia dehidrasi.
2. Nafsu makannya jauh berkurang, tapi saya buatkan makanan dengan kaldu. Ini sangat membantu, dan memang dianjurkan oleh dokter W untuk memakan makanan dengan kaldu. Untuk tekstur makanannya, saya menggunakan nasi lembek.
3. Berikan obat dan salep secara teratur.
4. Pantau keadaannya, apabila anak terlihat lemah dan tidak aktif segera bawa ke RS untuk dirawat.
Hikmah dari kejadian berenang kali ini, bukan bikin kapok dan jadi enggak mau berenang lagi. Atau bilang ke semua Moms jangan ajak anaknya berenang. Tapi ketika akan ajak anak berenang, pastikan tidak ada air yang tertelan ya Moms, dan juga pastikan kondisi sang anak harus dalam keadaan fit supaya enggak terkena sakit kaya Joyce ya.
ADVERTISEMENT