Pengalaman Melahirkan dengan Ketuban Pecah Dini

Babyologist
The trusted and resourceful media for pregnancy & maternity in Indonesia. Our vision is to make The Journey beautiful and enjoyable!
Konten dari Pengguna
20 Mei 2019 9:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bagaimana rasanya bagi ibu mana yang ingin melahirkan namun ketuban sudah pecah/rembes sebelum pembukaan lengkap? Hal ini saya rasakan ketika melahirkan anak pertama saya bulan April lalu. 
ADVERTISEMENT
H-1 HPL saya belum merasakan tanda-tanda persalinan yang intens, seperti mulas yang teratur atau keluarnya lendir darah. Saya hanya merasakan perut yang sering kencang saja selama 3 hari kebelakang. Rasanya sudah was-was. Tak sabar menunggu gelombang cinta dari bayi yang akan dilahirkan. Seharian itu, saya melakuakan affirmasi lebih kencang disertai do'a yang selalu saya panjatkan. Rasanya seharian mulut saya selalu komat kamit mengucapkan kalimat affirmasi ke bayi dan do'a supaya persalinan saya bisa datang cepat. 
Kenapa saya ingin segera melahirkan bayi saya? Karena kata bidan di tempat saya kontrol, jika sudah masuk 41 week belum juga ada pembukaan maka harus di intervensi seperti induksi atau bahkan operasi c-section. Di situ saya masih berfikir positif bahwa bayi saya mau segera keluar dan saya tetap bisa melahirkan spontan. 
ADVERTISEMENT
Sore hari menjelang maghrib, saya berfikir untuk cek ke bidan. Hal ini saya lakukan karena sudah mengalami kencang perut dan sedikit rasa keram di pinggang belakang. Lalu setelah maghrib, saya dan suami menuju puskesmas untuk cek ke bidan.
Sesampainya di bidan, ternyata saya belum ada pembukaan. Dan masih diminta untuk kontrol esok harinya. Kata bidan, perut kencang dan keram pinggang bagian belakang merupakan kontraksi palsu karena belum beritme teratur.
Akhirnya saya dan suami kembali pulang. Sebelum pulang, kami berniat untuk "jalan-jalan" sebentar ke Mall, karena tempat tinggal kami dekat sekali dengan mall, maka kami memutuskan untuk mampir sebentar mencari jajanan. 
Pada saat di mall, saya sudah berfikir pasrah. Saya ingin melupakan sejenak kapan akan melahirkan. Semakin sering difikirkan maka saya takut tidak akan mempercepat proses melahirkan. Maka dari itu, saya ingin benar-benar menikmati kehamilan sebelum melahirkan. 
ADVERTISEMENT
Pukul 9 malam, saya tiba di rumah. Sedikit saya rasakan keram di pinggang belakang namun masih bisa ditahan. Pukul 22.30 saya berbaring dikasur bersiap untuk tidur. Suami saya masih sibuk mengurus kerjaan yang mau diselesaikannya. 
Tidak berapa lama setelah saya berbaring, saya merasakan kontraksi lagi. Pertama kontraksi masih biasa lalu saya mulai merasa kontraksi lebih sakit. Saya memutuskan untuk duduk. Ketika duduk, saya merasa ada sesuatu yang keluar/rembes. Setelah saya cek ternyata lendir darah. 
Wah, saya langsung senang sekali. Namun, lendir darah ini disertai air yang lumayan banyak. Suami saya mengatakan jangan panik, lalu kami bersiap lagi menuju puskesmas. 
Selama perjalanan menuju puskesmas, saya merasa kontraksi terus datang disertai air yang terus merembes. Saya khawatir ketuban saya bisa habis kalau rembes terus.
ADVERTISEMENT
Sesampainya di bidan, bidan menyatakan bahwa ketuban saya sudah rembes dan kurang jernih atau sudah berwarna hijau. dan saya musti di rujuk ke RS supaya mendapatkan penanganan lebih memadai.
Sesampainya di RS, saya sudah sangat merasa kontraksi yang sakit sekali. Ketika di cek, saya baru pembukaan 2. Rasanya sakit sekali dipingang belakang. 
Saya bertanya kepada suster di RS, apakah saya masih bisa melahirkan spontan? Kata suster, jika ketuban tidak habis dan pembukaan berjalan baik maka masih bisa melahirkan spontan.
Setelah di cek CTG, VT, tensi dan ambil darah, saya dipindahkan ke ruang bersalin. Di ruang bersalin di cek lagi ternyata sudah bukaan 4. Namun disitu rasanya sudah sangat sakit sekali dan saya tidak bisa berbaring, karena jika berbaring akan tambah sakit. Rasanya setiap kontraksi datang, saya ingin berdiri dan jalan, namun karena ketuban saya sudah rembes, jika saya berdiri otomatis ketuban makin banyak yang keluar. Maka setiap kontraksi datang saya hanya duduk sambil merintih, atur nafas dan istighfar. 
ADVERTISEMENT
Jam 4 pagi, saya minta untuk dicek lagi karena sudah tidak berjeda rasa kontraksinya. Saya terus affirmasi ke bayi untuk dapat lahir sebelum pagi. Saya yakin bayi saya dengar. 
Lalu saya dipindahkan ke ruang tindakan. Diruang tindakan, saya tidak di cek lagi, bidan mengatakan bahwa saya masih pembukaan 4 dan sepertinya masih 6 jam lagi sampai ke pembukaan lengkap. 
Namun saya katakan kebidan bahwa sakit yang saya rasakan sudah tidak berjeda dan saya yakin sudah bukaan lengkap. Ketika di cek, ternyata betul, saya sudah bukaan lengkap, namun kepala bayi masih agak tinggi. Bidan bilang untuk menunggu beberapa saat lagi supaya kepala bayi turun. 
Pukul 5 pagi, saya mencoba mengedan...dibantu 2 bidan saya bisa melahirkan anak saya di pukul 5.30 pagi. 
ADVERTISEMENT
Alhamdulillah walau harus dapat episiotomi, tapi saya bersyukur karena masih bisa melahirkan spontan dengan pembukaan yang cepat dan sesuai affirmasi saya, lahir sebelum pagi.
Itu adalah pengalaman saya melahirkan dengan kondisi KPD. Pelajaran yang saya dapatkan selama proses melahirkan adalah perbanyak do'a dan affirmasi ke bayi dan diri sendiri. Yakin akan hal-hal baik yang kita inginkan. Dan jangan panik.