news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pengalaman Pribadi Saya Menangani Bayi Kuning

Babyologist
The trusted and resourceful media for pregnancy & maternity in Indonesia. Our vision is to make The Journey beautiful and enjoyable!
Konten dari Pengguna
12 Juni 2019 14:45 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pengalaman Pribadi Saya Menangani Bayi Kuning
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Apa itu bayi kuning? Sering sekali kita mendengar istilah ini. Kondisi tersebut adalah bayi secara fisik terlihat berwarna kuning, diawali dari kepala, dada, perut, tangan, kaki dan mata (semakin meluas tandanya semakin parah).
ADVERTISEMENT
Penyebab bayi kuning adalah kelebihan bilirubin (unsur kuning) dalam darah. Bilirubin sebenarnya ada sejak bayi berada dalam kandungan.
Namun, karena organ hati bayi belum berkembang dengan sempurna, proses pembuangan bilirubin menjadi terhambat. Hal ini berdampak pada menumpuknya bilirubin dalam darah, sehingga menyebabkan penyakit kuning fisiologis.
Ilustrasi penyakit kuning bayi Foto: Pixabay
Anak saya, Bernadatte, juga pernah tampak kuning dan cukup saya membuat panik. Bagaimana tidak, saat itu, sebagai new mom yang baru merasakan punya bayi, tiba-tiba dokter bilang anak saya harus disinar/fototerapi di rumah sakit sampai kadar bilirubinnya normal.
Jadi ceritanya, saat Bernadatte berusia 3 hari, sebelum pulang dari rumah sakit, dokter mengatakan bahwa kadar bilirubinnya cukup tinggi, yaitu 13. Sedangkan, batas boleh pulang dari rumah sakit adalah di bawah 14.
ADVERTISEMENT
Jadi tetap diperbolehkan pulang, namun dokter berpesan kalau bayi terlihat kuning baik badan atau bagian matanya, boleh dibawa ke rumah sakit sebelum jadwal kontrol (7 hari).
Saat di rumah, bayi saya menangis terus, hanya diam kalau digendong. Saya kira ketika itu dia sudah 'bau tangan', bukan karena lapar.
Sewaktu di rumah sakit, ASI saya dibilang sama suster sudah keluar, maka sejak saat itu bayi saya hanya direct breast feeding, tanpa pompa, sehingga saya tidak tahu berapa banyak ASI saya. Padahal, ini salah satu penyebab bayi kuning, yakni kekurangan ASI.
Ditambah lagi, saat di rumah sakit, saya banyak menerima tamu, sehingga tidak menyusui bayi tiap 2 jam sekali. Padahal hal ini penting sekali, karena bilirubin dalam tubuh harus dikeluarkan bersamaan dengan kotoran. 
ADVERTISEMENT
Singkat cerita, di hari ke-4, saya dan si bayi ke rumah sakit. Pasalnya, Bernadette tetap menangis dan sedikit terasa demam. Ternyata benar, sampai di rumah sakit panasnya sudah 38 derajat. Setelah tet darah, kadar bilirubinnya sudah di angka 21. Akhirnya, dokter memutuskan harus disinar.
Dokter menjelaskan, penyebab lain bayi kuning selain kurang ASI adalah karena perbedaan golongan darah ibu dan bayi. Saya golongan darah O, sedangkan bayi saya B, sama seperti papanya.
Selama disinar, bayi saya terpaksa minum ASI dicampur susu formula. Setelah 3 hari, akhirnya bayi saya diperbolehkan pulang dan tetap dijemur pagi hari sebelum jam 9 selama 15-30 menit dan rajin disusui. Bersyukur saat sudah pulang ke rumah anak saya kembali full ASI.
ADVERTISEMENT
Demikian pengalaman saya, jika mom mengalami hal ini saat bayi baru lahir, tenang saja mom tidak sendiri kok. Tetap tenang dan jangan panik, segera hubungin tenaga medis untuk penangan lebih lanjut.