Perkembangan Bahasa pada Balita dengan Gangguan Penglihatan

Babyologist
The trusted and resourceful media for pregnancy & maternity in Indonesia. Our vision is to make The Journey beautiful and enjoyable!
Konten dari Pengguna
7 November 2018 15:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi balita berbicara. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi balita berbicara. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Seperti apakah perkembangan bahasa pada balita yang tunanetra atau memiliki gangguan penglihatan? Berikut ini penjelasan dari Family Connect, sebuah program dari American Foundation untuk para tunanetra.
ADVERTISEMENT
Saat balita mengumpulkan beberapa kosakata, mereka mulai menggunakan bahasa untuk mengomunikasikan apa yang mereka inginkan dan apa yang tidak mereka inginkan. Pada usia dua tahun, kebanyakan balita dapat mengikuti petunjuk dua langkah sederhana, seperti "makan sekali gigit dan letakkan sendokmu" dan mungkin dapat menempatkan dua atau tiga kata bersama untuk mengekspresikan diri mereka, seperti, "aku mau" atau "ingin jus."
Si Kecil sekarang bisa menggunakan kata-kata untuk berkomunikasi, tetapi dia juga menggunakan gerakan, tangisan, dan tindakan lain, seperti menarik diri dari Moms ketika dia tidak ingin memakai jaketnya atau mendorong mangkuknya dari baki high chair ketika dia tidak ingin makan serealnya. Si Kecil mengerti lebih banyak bahasa daripada yang bisa dia ungkapkan.
ADVERTISEMENT
Penting bagi Moms untuk berbicara dengan si Kecil yang mengalami gangguan penglihatan secara terus-menerus, persis seperti ketika dia masih bayi. Fokuslah kepada objek dan kegiatan yang menarik baginya atau yang ingin Moms bagikan dengannya untuk membantunya lebih memahami dunia. Hubungkan apa yang Moms katakan dengan pengalaman sebelumnya.
Misalnya, ketika dia membantu Moms untuk mendapatkan sekotak es krim dari freezer di supermarket, bicaralah tentang bagaimana dinginnya dan rasa es krim yang ada di dalam karton. Bacakan cerita untuknya dan bagikan objek atau gambar yang terkait dengan cerita dengan beberapa cara.
Meskipun kebanyakan balita dapat menggunakan bahasa untuk mengekspresikan diri, anak-anak pada usia yang sama dapat menunjukkan cukup banyak kemampuan, dari mereka yang berbicara dalam kalimat dua sampai tiga kata kepada mereka yang berbicara dalam paragraf. Pada usia ini, bahasa yang bisa diterima anak-anak, alias pemahaman mereka tentang ucapan orang lain, masih lebih besar dari bahasa ekspresif mereka (kemampuan mereka untuk berbagi pikiran).
ADVERTISEMENT
Moms mungkin memperhatikan bahwa si Kecil mengulang kembali apa yang Moms katakan kepadanya. Sebagai contoh, jika Moms berkata, "Mama mendengar suara tukang jualan es krim!", dia mungkin mengulang kembali, "Dengar, jual es krim." Perilaku ini dikenal sebagai echolalia dan umum di kalangan balita. Namun, echolalia dapat lebih sering dan berlangsung lebih lama di antara anak-anak yang buta atau tunanetra.
Jadi, Moms perlu memerhatikan untuk melihat apakah si Kecil sering melakukan hal ini. Moms mungkin perlu mencari cara membantunya mempelajari bahasanya sendiri secara spontan.
Moms mungkin mendengar si Kecil merujuk dirinya sendiri dengan nama, daripada menggunakan kata ganti. Kata ganti seperti "aku/saya," "kamu," "dia," dan "mereka" adalah rumit bagi semua anak untuk belajar, tetapi hal ini sering tampak lebih sulit untuk anak-anak tunanetra.
ADVERTISEMENT
Salah satu strategi yang mungkin berhasil adalah berada di belakang anak Anda dan berbisik di telinganya apa yang harus dia katakan saat orang dewasa lain mengajaknya mengobrol. Tunjukkan bagaimana kata ganti digunakan ketika Anda berbicara dengan si Kecil dan dorong dia untuk menyebut dirinya sebagai "aku/saya."
Mulailah untuk menunjukkan kepada si Kecil jenis gerakan yang biasanya digunakan orang dalam percakapan yang mungkin tidak dapat dilihatnya, seperti gemetar dan menganggukkan kepala, memberi isyarat agar seseorang bergabung dengan Moms, atau mengerutkan kening untuk menunjukkan rasa tidak setuju.
Deskripsikan gerakan-gerakan ini ketika Moms melihat orang lain menggunakannya dan anjurkan si Kecil untuk menggunakan gerakan selama waktu-waktu alami dalam percakapan. Misalnya, melambaikan tangan ketika mengatakan “selamat tinggal”.
ADVERTISEMENT
Konsep yang melibatkan ruang, seperti "di dalam" dan "di luar", "di depan" dan "di belakang" sering sulit dipahami anak-anak tunanetra sepenuhnya. Dengan melibatkan si Kecil dalam kegiatan sehari-hari, Moms dapat membantunya mempelajari konsep-konsep seperti itu. Ingatlah untuk selalu konsisten dalam menggunakan kata-kata untuk menggambarkan tindakan Moms.
Semoga bermanfaat. 
By: Babyologist Editor