Menyusui Lebih Dari Sekedar Memberikan ASI!

Yayasan Balita Sehat Indonesia
Foundation for Mother and Child Health is known as Yayasan Balita Sehat Indonesia. Tackling malnutrition in innovative way. Everyday. Since 2001.
Konten dari Pengguna
22 Januari 2021 9:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yayasan Balita Sehat Indonesia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sesi pelatihan virtual Yayasan Balita Sehat dengan Farida Ayu Erikawati bekerjasama dengan USANA Foundation. Kamis, 08 Oktober 2020
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Riskesdas 2018 terkait Proporsi Pola Pemberian ASI pada Bayi Umur 0-5 Bulan, ditemukan bahwa di Indonesia, rata-rata bayi yang menyusu secara eksklusif masih sedikit atau rendah. Ekslusif dalam artian memberi asupan ASI secara penuh, tidak ditambahkan makanan atau minuman formula (parsial) atau tidak juga ditambahkan air minuman berbasis air seperti teh (predominan). Jika ditelisik lebih dalam, berdasar hasil riset yang sama, ternyata 65.70% alasan adalah dikarenakan ASI yang tidak keluar. Padahal, ASI adalah gerbang komunikasi yang paling konkret sekaligus sumber kehidupan sang bayi. Farida, dalam pemaparannya menegaskan bahwa, menyusui lebih dari sekedar memberikan ASI. Ada proses penting yang disebut ‘skin-to-skin’ antara ibu dan bayi. Proses ini mampu merangsang pelepasan hormon untuk mendukung proses menyusui, menenangkan ibu dan bayi, mengatur suhu bayi, merangsang pencernaan dan minat makan, mengatur denyut jantung dan pernapasan bayi, hingga mampu melindungi bayi dari infeksi.
ADVERTISEMENT
Namun satu hal yang pasti hal yang lebih dari sekedar memberikan ASI, adalah proses memberikan dan merasakan cinta antara ibu dan anak. Ini adalah hal yang tidak bisa tergantikan dengan apapun. Oleh karena proses ini bukan proses asal-asalan, ibu juga harus mempersiapkan diri dengan maksimal, salah satunya melalui asupan dari makanan dan minuman. Bahwa menurut data yang dipaparkan Farida, rata-rata ibu menyusui membutuhkan memerlukan tambahan energi, di samping kebutuhan harian utama, dari makanan sekitar 500kkal/hari atau setara dengan 2 buah donat berlapis gula; tak sampai di situ saja, menyusui juga meningkatkan kebutuhan ibu akan air.
Bukan hanya asupan makan, Farida dalam sesi pelatihan zoom ini, juga menegaskan bahwa dalam menyusui penting untuk memperhatikan posisi menyusui, pelakatan yang baik, hisapan yang baik, hingga tanda kapan saja si bayi membutuhkan asupan ASI. Tahapan dalam menyusui memang sangat banyak aspek yang harus diperhatikan. Sudah dipastikan bahwa kadangkala ibu menjadi merasa sangat kelelahan tak jarang hingga depresi. Hal-hal kecil pun terkadang terasa sangat menyakitkan atau terasa menyudutkan kondisi si ibu. Maka dari itu, jelas Farida, dukungan dari lingkungan sekitar sangat dibutuhkan, terutama dari sang suami. Penelitian jelas menunjukkan bahwa dari 115 Ibu yang tahu tentang ASI dan menyusui dipengaruhi oleh ayah dengan presentasi sebesar 98% berhasil jika peran ayah besar. Peran ini sangat wajib ada sejak masa kehamilan, persalinan, dan paska persalinan. Selain peran ayah, ada juga faktor penentu lainnya dalam menunjang keberhasilan proses menyusui, yaitu dukungan, akses, dan pengetahuan
ADVERTISEMENT
Pada sesi pelatihan yang berkolaborasi dengan Usana Foundation ini tak lupa, Farida juga mengangkat konteks menyusui sesuai dengan situasi pandemi saat ini. Bahwa meski dalam situasi yang penuh dengan ketidakpastian ini, setiap ibu dengan COVID-19 dapat menyusui jika mereka menginginkannya. Tentu saja dengan patuh penuh pada protokol kesehatan, seperti memakai masker saat menyusui, mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah memegang bayi, serta mendisinfeksi permukan dan benda yang sering disentuh ibu/bayi. Harapannya, dalam situasi apapun dan sampai kapanpun proses menyusui yang tidak hanya sekedar memberikan ASI ini terus menjadi aktivitas mutlak yang dilakukan terutama pada 1000 hari pertama kehidupan, menginvestASI yang tepat bagi si penerus bangsa. (Brg/Comms)