Gereja Stasi Maria Ayamaru Maybrat Rayakan Rabu Abu

Konten Media Partner
17 Februari 2021 17:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pastor Paroki Santo Albertus Agung Teminabuan, Zepto Trifon Polii,Pr saat menaburkan abu kepada umat
zoom-in-whitePerbesar
Pastor Paroki Santo Albertus Agung Teminabuan, Zepto Trifon Polii,Pr saat menaburkan abu kepada umat
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gereja Katolik seluruh dunia hari ini merayakan misa ekaristi Rabu Abu, (17/2) sebagai pertobatan dalam memasuki masa pra paskah dalam lingkaran tahun liturgi gereja Katolik yang dirayakan setiap tahun ditandai dengan penerimaan Abu.
ADVERTISEMENT
Makna Rabu abu bagi umat Katolik merupakan hari pertama berpuasa, pantang, matiraga, doa dan amal kasih berlangsung selama 40 hari jelang Paskah
Rabu Abu di tengah pandemi COVID-19 ini berbeda dengan biasanya yakni penerimaan Abu di dahi. Namun karena pandemi Covid-19, sehingga pimpinan gereja Katolik se-dunia, Sri Paus Fransiskus mengeluarkan surat agar penerimaan abu hanya ditabur di atas kepala.
Pastor Paroki Santo Albertus Agung Teminabuan, Zepto Trifon Polii,Pr saat memimpin misa Rabu Abu di Gereja Stasi Santa Maria Ayamaru menegaskan kepada umat agar dapat menghayati Rabu Abu hingga masa Paskah. Dirinya mengajak umat Stasi setempat untuk selalu berpuasa, pantang, berdoa dan berbuat kasih terhadap sesama di sekitar.
"Harus berdoa, berpuasa, berpantang dan harus dibuktikan dengan perbuatan kasih. Itupun harus keluar dari isi hati. Karena iman tanpa perbuatan maka sia-sialah hidup kita. Mari, melalui masa puasa dan pantang ini kita hayati dengan baik untuk merubah diri kita masing-masing," ajak Zepto.
Umat saat menerima abu
Dirinya berharap agar melalui masa puasa ini, umat Katolik dapat terlepas dari hal duniawi dan berpasrah kepada kehendak Tuhan
ADVERTISEMENT
"Melalui puasa, pantang dan matiraga, kita belajar melepaskan diri dari keterikatan duniawi dan kecenderungan-kecenderungan atas keinginan manusiawi kita yang tidak teratur dan tidak sejalan dengan kehendak Tuhan. Oleh karena itu perlu kita berusaha untuk mendekatkan diri dengan Tuhan," harapnya.
Meskipun tahun ini perayaan Rabu Abu sedikit berbeda dari biasanya, namun hal ini sama sekali tidak mengurangi maknanya.