Kepala BKKBN RI Akui di Tengah Pandemik, Perempuan Masih Menjadi Sosok Dominan

Konten Media Partner
21 Desember 2020 17:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala BKKBN RI menjadi pembicara dalam Webinar yang mengangkat tema "Ibu Tangguh dan Demensia", pada Sabtu (19/12), foto : Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Kepala BKKBN RI menjadi pembicara dalam Webinar yang mengangkat tema "Ibu Tangguh dan Demensia", pada Sabtu (19/12), foto : Istimewa
ADVERTISEMENT
Dalam rangka memperingati Hari Ibu dan Hari Ulang Tahun ke-13 Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) yang bersamaan pada tanggal 22 Desember 2020, FJPI bekerjasama dengan IDN Times menggelar Webinar yang mengangkat tema "Ibu Tangguh dan Demensia", pada Sabtu (19/12).
ADVERTISEMENT
Webinar yang menghadirkan Kepala BKKBN RI dr. Hasto Wardoyo SpOG (K) dan Executive Director Alzheimer's Indonesia Michael Dirk Roelof Maitimoe, membahas seputar peran ibu yang sangat penting dalam membangun sebuah keluarga. Meskipun demikian, namun tidak sedikit sosok ibu yang kerap mengalami berbagai macam penyakit ketika memasuki masa lansia, salah satunya adalah demensia yang menyerang fungsi otak.
Tema Webinar
Kepala BKKBN RI dr. Hasto Wardoyo SpOG (K) mengatakan, dalam membangun sebuah keluarga pasti ada peran perempuan yang luar biasa. Dimana keluarga memang tidak bisa lepas dari peranan seorang perempuan, sebagai ibu yang hebat dan tangguh. Bahkan menurutnya, selama masa pandemi COVID-19, perempuan masih cukup baik dalam menerima kondisi yang ada di dalam sebuah keluarga.
ADVERTISEMENT
"Selama masa pandemi, perempuan masih menjadi sosok dominan yang melakukan pekerjaan rumah, mengasuh anak dan membeli kebutuhan rumah. Itu artinya mereka masih cukup baik, dalam menerima kondisi ditengah pandemi ini," ungkap Hasto.
Webinar yang mengangkat tema "Ibu Tangguh dan Demensia", yang dilaksanakan FJPI bekerja sama dengan IDN Times, pada Sabtu (19/12), foto : Istimewa
Sosok ibu, sambungnya, berperan penting dalam menciptakan keluarga yang berkualitas dan memiliki kualitas hidup yang baik. Sayangnya, ketika memasuki usia tua perempuan akan cenderung mengalami demensia dengan beberapa gejala tertentu.
Oleh karenanya, dr. Hasto Wardoyo SpOG (K) menyarankan, lansia yang masih sehat dan mampu bekerja sebaiknya tetap bekerja ataupun melakukan investasi dan membuka lowongan pekerjaan. Selain itu, sebagai lansia juga harus sadar jika memiliki penyakit dan harus bisa mengontrolnya.
"Lansia yang masih sehat dan mampu bekerja, sebaiknya masih dapat produktif. Jika tidak bisa kerja dengan berjalan atau berkegiatan, masih bisa melakukan investasi atau membuka lowongan kerja. Selain itu, kalau memiliki penyakit harus bisa mengontrol penyakit yang dimiliki," bebernya.
ADVERTISEMENT
Dia menjelaskan, dalam membangun sebuah keluarga, pengaruh lingkungan memberikan dampak yang cukup besar. Maka dari itu, hindari lingkungan yang toxic. Membangun sebuah keluarga yang harmonis, ideal dan berkualitas memang bukan perihal yang mudah. Sebab, terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhinya termasuk lingkungan.
"Adanya toxic friendship dan relationship, menjadi pengaruh yang dapat membawa masalah dalam membangun sebuah keluarga. Hal ini patut diantisipasi karena pengaruh lingkungan juga sangat besar," beber dr. Hasto. Selain itu, ia juga memaparkan jika terdapat sebuah hasil riset yang menunjukkan bahwa pasangan dengan gangguan mental emosional dapat menyebabkan disharmonis dalam keluarga.
"Hasil riset Kesehatan Dasar menunjukkan, mereka yang mengalami gangguan mental emosional kalau berjodoh menjadi suami istri sangat memprihatinkan. Ini karena mereka dapat menyebabkan disharmonis dalam keluarga yang dibangun," tandasnya seraya menambahkan untuk membantu penderita demensia, bisa mengajak mereka melakukan kegiatan sosial, aktif berkomunikasi, dan menjalani pola hidup sehat.
ADVERTISEMENT
Di kesempatan yang sama, Executive Director Alzheimers Indonesia Michael Dirk Roelof Maitimoe menerangkan, demensia dapat diibaratkan seperti payung dari penyakit alzheimer. Dimana terjadi penurunan fungsi otak yang memengaruhi daya ingat, emosi, dan pengambilan keputusan. Ia pun membagikan beberapa tips untuk mencegah dan membantu penderita demensia agar tetap sehat secara fisik.
Dalam rangka Hari Ibu dan HUT ke-13, FJPI bersama IDN Times gelar Webinar yang mengangkat tema "Ibu Tangguh dan Demensia", pada Sabtu (19/12), foto : Istimewa
"Untuk mencegahnya bisa dilakukan dengan melakukan aktivitas sosial, mental, fisik, komunikasi aktif dan diet serta pola hidup sehat. Hal paling penting yang bisa membantu orang demensia adalah dengan melakukan video call dengan anak atau cucu," ucapnya.
Sementara itu, tamu yang hadir dalam webinar DY Suharya menceritakan, bahwa ibunya memiliki gejala demensia berupa lupa, marah, stres dan merasa kesepian. Bahkan, hal tersebut mengganggu kesejahteraan yang ada di rumah.
ADVERTISEMENT
"Ibu saya memiliki gejala demensia berupa lupa, marah, stres dan merasa kesepian. Penyakit ini berhubungan dengan fungsi otak untuk mengambil keputusan dan membawa dampak tidak adanya kesejahteraan di rumah," pungkasnya.