Melihat Tradisi Balobe, Menangkap Ikan dalam Kegelapan di Raja Ampat

Konten Media Partner
31 Oktober 2019 18:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tradisi Balobe di Raja Ampat, foto: Adyitya Nugroho
zoom-in-whitePerbesar
Tradisi Balobe di Raja Ampat, foto: Adyitya Nugroho
ADVERTISEMENT
Setiap daerah memiliki tradisi dan keunikan tersendiri dalam menangkap ikan. Seperti yang dilakukan masyarakat di Kampung Lopintol dan Kampung Warsandim, Teluk Mayalibit, Raja Ampat, Papua Barat. Tradisi yang dilakukan masyarakat di dua kampung tersebut dalam menangkap ikan disebut 'balobe' ikan lema.
ADVERTISEMENT
Balobe sendiri sudah menjadi kearifan lokal yang dilakukan secara turun temurun. Kegiatannya sangat unik dan menarik, mudah, dan hasilnya sangat memuaskan. Balobe hanya dilakukan malam hari saat bulan tidak nampak (masyarakat menyebutnya bulan gelap). Peralatan yang digunakan pun sangat sederhana. Hanya bermodal perahu dayung, dan lampu petro gas.
Perahu dayung yang diterangi lampu petro gas didayung ke tengah perairan yang berada di depan Kampung Lopintol dan Kampung Warsambin. Dari cahaya lampu petro gas, akan menarik perhatian ikan-ikan lema dan ikan jenis lainnya untuk datang mengerumuni sumber cahaya, pada bagian depan perahu yang diterangi lampu petro gas.
Tradisi balobe ikan di Raja Amapt,foto: Aditya Nugroho
Setelah ikan yang berkumpul sudah banyak, perahu kemudian didayung secara perlahan menuju ke tepi perairan dangkal. Gerombolan ikan pun akan terus mengikuti cahaya lampu. Setelah berada di perairan dangkal, barulah dengan sigap nelayan turun dari perahu lalu menangkap ikan menggunakan serok atau alat penimba ikan yang terbuat dari jaring. Ikan-ikan tersebut langsung dimasukan dalam cool box yang telah disiapkan dalam perahu.
ADVERTISEMENT
“Sejak kecil saya sudah ikut balobe,” tutur Khadija, perempuan kelahiran Kampung Lopintol.
Setiap bulan gelap, biasanya masyarakat berbondong-bondong ke perairan untuk berburu ikan lema. Kurang lebih 80 sampai 100 perahu dayung memeriahkan tradisi ini.
“Kalau hasil tangkapan sudah banyak, saya kembali ke kampung. Biasanya sudah ada pembeli ikan dari Kota Waisai. Jadi ikannya langsung dijual. Dengan per-ekornya (seharga) Rp 2.000, jika hasil balobe mencapai 1.000 ekor ikan lema maka bisa mendapatkan uang Rp 2 juta dalan semalam," ujar Khadija. Kamis, (30/10).
Hasil tangkapan ikan dari tradisi balobe, foto: Aditya Nugroho
Bagi wisatawan yang ingin mengikuti keseruan balobe, bisa berkunjung ke Kampung Warsambin dan Kampung Lopintol, Distrik Teluk Mayalibit. Tidak hanya ikut menangkap, kita bisa langsung membakar dan menyantapnya ditempat. Selain itu, kita bisa explore lokasi wisata di sekitar teluk Mayalibit. Seperti Batu Kelamin Laki-laki, Puncak Indar, dan juga Kali Biru, serta Batu Wajah/Stone Face.
ADVERTISEMENT
Kampung Warsandim dan Teluk Mayalibit bisa diakses dengan transportasi laut maupun darat. Dengan jarak tempuh kurang lebih satu jam dari Kota Waisai.
Reporter: Aditya Nugroho