One Day Tour Menjadi Ancaman Serius Pariwisata di Raja Ampat

Konten Media Partner
17 Mei 2019 18:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Perwakilan Homestay sedang melakukan rapat bersama. Foto:David/balleo-kumparan
Masyarakat Adat Raja Ampat yang tergabung dalam Forum Peduli Pariwisata Masyarakat Adat Raja Ampat, Papua Barat keluhkan berbagai ancaman serius terhadap kelangsungan usaha wisata di wilayah adat mereka. Hal ini diungkapkan 19 orang perwakilan homestay dan jasa transportasi di Waisai, pada Jumat, (17/05).
ADVERTISEMENT
Bertempat di Museum Geopark, Kimindores, Waisai, sebanyak 19 orang perwakilan pelaku usaha homestay dan transportasi wisata, dari pulau-pulau disekitar Waigeo, mengadakan pertemuan membahas ancaman terhadap pariwisata local di Raja Ampat.
Ancaman serius datang dari adanya kegiatan One Day tour dan live a board yang berwisata di Raja Ampat, namun tidak memberikan kontribusi langsung terhadap perekonomian di kampung-kampung, terutama homestay dan transportasi local.
“ Travel-travel melakukan tour sehari langsung dari Sorong menuju spot-spot wisata di Raja Ampat dan tidak menginap maupun membeli makan di Raja Ampat, secara otomatis membuat home stay dan transport local merugi, karena tidak ada biaya yang dikeluarkan, semua kebutuhan sudah dipenuhi dari Sorong, mereka juga tidak membayar PIN, " jelas Melki Dimara, salah satu pelaku usaha di Jenbeser.
ADVERTISEMENT
Selain trip wisata, isu lain diantaranya menurunnya jumlah kunjungan wisatawan, menyebabkan beberapa resort banting harga mengikuti harga homestay local, hal ini menyebabkan terjadi persaingan tidak sehat dan berdampak terhadap perkembangan home stay.
“ Kalau resort banting harga sama dengan homestay, tentu kami homestay local akan kalah bersaing, karena kami memiliki modal kecil, hal ini sangat meresahkan kami, " ujar Stefani yang memandu jalannya diskusi.
One day tour adalah isu yang paling serius dibahas karena berdampak langsung terhadap pengusaha local yang merupakan pemilik hak ulayat itu sendiri. Pasalnya mereka memperoleh dampak negatifnya, yakni banyak sampah, rusaknya terumbu karang dan penghindaran pembayaran PIN masuk Raja Ampat.
Untuk mengatasi ancaman ini, 19 orang yang mewakili homestay dan jasa transportasi bersepakat membentuk sebuah Forum Peduli Pariwisata Masyarakat Adat Raja Ampat, untuk menyuarakan kegelisahan pengusaha local.
ADVERTISEMENT
Forum yang telah terbentuk ini berencana akan bertemu dengan pemerintah dan stake holder lainnya guna membahas dan mencari jalan keluar mengatasi anacaman serius ini, agar terbangun pariwisata Raja Ampat yang sehat dan maju.
Terpilih dalam pemilihan secara aklamasi, Melkisedek Dimara sebagai Ketua, Stefani Arwakon sebagai Sekretaris dan Fandi Ahmad sebagai Bendahara.
Sembilan belas orang perwakilan pelaku usaha wisata local merupakan masyarakat adat pemilik hak ulayat spot-spot utama di Raja Ampat, yakni Wayag, Pianemo, Pasir Timbul dan sejumlah objek wisata lainnya.
Pewarta: David