Perjuangan Relawan Antar APD dari Manokwari ke Sorong, Berbekalkan Pisang Rebus
ADVERTISEMENT
Pemerintah Kota (Pemkot) Sorong mendapatkan bantuan berupa alat pelindung diri (APD), rapid test, masker serta obat-obatan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua Barat. Ada hal menarik dalam proses pengantaran alkes dan obat-obatan tersebut, yaitu bantuan diantar langsung oleh tim relawan yang berjumlah tiga orang, dari Manokwari, Papua Barat, menuju Kota Sorong dengan melewati jalur darat yang memakan waktu sekitar 19 jam.
ADVERTISEMENT
Tim relawan yang membawa alat kesehatan (alkes) dan obat-obatan ini tiba di Kota Sorong, pada Rabu sore (8/4). Untuk bisa sampai di Kota Sorong, mereka harus membawa bantuan dengan menggunakan mobil Triton. Sepanjang perjalanan, mereka harus menyusuri perbukitan, hutan, jalanan yang kondisinya masih rusak bahkan jurang. Agar bantuan tersebut bisa tiba dengan selamat dan diterima dengan kondisi baik dan utuh, tim relawan menutup bantuan dengan terpal sekitar dua lapis dan mengikatnya dengan tali.
Hal ini dilakukan, agar bantuan tersebut tidak terjatuh serta tidak basah terkena air hujan. Lantaran melewati jalanan yang sebagian besar masih dalam kondisi rusak parah, mobil yang membawa bantuan tersebut pun saat tiba di halaman Kantor Wali Kota Sorong, tampak sangat kotor dan berlumpur.
ADVERTISEMENT
Ketua Tim Relawan, Abdul Gani Ishak Bauw, menceritakan perjalanan mereka membawa bantuan berupa alkes dan obat-obatan dari Manokwari Provinsi Papua Barat, sampai tiba di Kota Sorong, merupakan perjalanan yang sangat panjang dan penuh dengan perjuangan.
"Kami dari Manokwari menuju Sorong melewati jalur darat, karena kita tahu bahwa jalur udara dan laut sudah ditutup. Kami berangkat hari Selasa malam sekitar pukul 23.00 WIT. Sebenarnya perjalanan dari Manokwari ke Sorong itu tidak terlalu jauh dan tidak terlalu lama, tapi perjalanan kali ini saya rasa merupakan perjalanan yang paling panjang dan terlama," ungkapnya kepada awak media, saat tiba di Kantor Wali Kota Sorong.
Lanjut Abdul, mereka sampai di Distrik Mamberani, Kabupaten Tambrauw sekitar pukul 01.00 WIT. Saat tiba di sana, mereka tidak bisa langsung melanjutkan perjalanan menuju Sorong. Hal ini disebabkan karena Pemerintah Kabupaten Tambrauw membuat keputusan untuk menutup dan membatasi akses masuk dan keluar Tambrauw dari kabupaten tetangga.
"Sampai di ujung Kabupaten Tambrauw itu ada posko, di mana posko itu sengaja dibuat untuk membatasi akses keluar masuk disitu. Di Tambrauw, Kepala Distrik bersama warga, Kapolsek dan Danramil mereka bersatu padu untuk membatasi akses keluar masuk disana. Sehingga kami disana sempat tertahan sekitar delapan jam," ujarnya
ADVERTISEMENT
Selama tertahan di Tambrauw, kata Abdul, ada kendala yang mereka hadapi, yaitu tidak adanya sinyal telepon. "Kendala yang kita hadapi di sana, tidak ada sinyal. Di sana itu sinyal mengikuti lampu, kalau lampu menyala baru ada sinyal. Pada saat itu, lampu di sana padam sehingga tidak ada komunikasi sama sekali. Setelah jam 8 pagi, baru kami diberikan izin untuk melewati posko tersebut dan melanjutkan perjalanan sampai tiba di Kota Sorong dengan selamat," ceritanya.
Dalam perjalanan menuju Kota Sorong untuk membawa bantuan, mereka hanya bisa menyantap pisang rebus yang menjadi bekal mereka. "Kebetulan yang ada di mobil sisa pisang rebus yang bisa kami makan. Supaya perjalanan cepat sampai, ketika mau makan pisang itu kita tidak berhenti. Tapi saya suap adek ini sambil dia tetap menyetir," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Meskipun melewati rintangan perjalanan yang penuh lika liku dan hanya berbekal pisang rebus, hal tersebut tidak menyurutkan niat mereka dalam membantu tugas kemanusiaan membawa bantuan berupa Alkes dan obat-obatan dari Manokwari menuju Kota Sorong, untuk penanganan COVID-19.
Ditambahkan Abdul, perjalanan mereka menuju Sorong terbilang lama, disebabkan karena ada beberapa titik yang mengalami tanah longsor, jalanan yang berliku dan terjal serta beberapa tanjakan yang kondisinya masih rusak parah. Oleh sebab itu, dirinya tidak lupa berharap Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Papua Baray bisa melihat persoalan jalan ini dengan baik.
"Kalau jalan penghubung antar kabupaten sudah bagus, maka biar jalur udara dan laut ditutup itu tidak jadi masalah. Saya harap ini menjadi perhatian untuk pemerintah pusat dan provinsi untuk memperhatikan infrastruktur jalan di Papua Barat," tandas Abdul Gani yang juga merupakan anggota DPRD Kabupaten Fakfak.
Reporter: Yanti
ADVERTISEMENT