Satu Anak di Sorong Meninggal Diduga Idap Difteri

Konten Media Partner
23 Oktober 2019 18:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Dinas Kesehatan Kota Sorong Hermanus Kalasuat, foto : Ana
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Dinas Kesehatan Kota Sorong Hermanus Kalasuat, foto : Ana
ADVERTISEMENT
Difteri merupakan infeksi bakteri pada hidung dan tenggorokan. Meskipun tidak menimbulkan gejala. Penyakit ini biasanya ditandai dengan munculnya selaput abu-abu yang melapisi tenggorokan dan amandel.
ADVERTISEMENT
Terkait adanya wabah difteri di Kota Sorong, Kepala Dinas Kesehatan Kota Sorong Hermanus S. Kalasuat, SKM menghimbau agar saat ini, orangtua yang ada di Kota Sorong tidak menolak imunisasi kepada anak. Karena imunisasi sangat penting dilakukan agar terhindar dari penyakit difteri.
Diakui Hermanus, beberapa hari lalu ada satu anak yang diduga meninggal dunia akibat penyakit tersebut. "Anak yang meninggal diduga karena difteri ini, tinggal di daerah Kampung Baru Distrik Sorong Barat, Kota Sorong. Sebelum meninggal, petugas kami sudah mendatangi anak tersebut, mengecek kasus dan melakukan intervensi dengan memberikan obat Anti Difteri Serum (ADS), namun sayangnya sudah terlambat," ungkapnya kepada media ini di ruang kerjanya, Rabu (23/10).
Menurutnya, berdasarkan hasil investigasi dan pemeriksaan dari buku imunisasi anak yang meninggal diduga karena difteri, ternyata imunisasi anak tersebut tidak full atau tidak lengkap. Hal ini yang mengakibatkan kondisi anak tersebut dengan mudah terserang difteri dan meninggal dunia. "Kami sudah kirim sampel anak yang meninggal ke Surabaya dan dari hasil memang positif difteri," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kata Hermanus, pada Minggu 20 Oktober 2019, juga ditemukan lagi kasus suspect difteri pada anak di wilayah Kota Sorong. Namun anak tersebut telah di intervensi dan saat ini tengah menjalani perawatan intensif di RS Kasih Herlina.
Imunisasi bayi di posyandu, foto : Istimewa
"Petugas kami sudah melakukan intervensi dengan memberikan obat ADS. Berdasarkan status imunisasi, anak yang suspect difteri dan sedang menjalani perawatan di rumah sakit herlina itu lengkap. Kami sudah mengecek dan kondisi anak yang diduga suspect difteri ini sudah agak membaik," bebernya seraya menambahkan saat ini petugasnya berusaha masuk ke sekolah-sekolah untuk memberikan vaksin difteri kepada anak-anak, agar bisa terhindar dari penyakit mematikan itu.
Kata Hermanus, imunisasi dinilai sebagai sarana pencegahan terbaik agar anak-anak terhindar dari penyakit difteri terutama mulai 0-12 bulan. Karena difteri tergolong penyakit menular berbahaya dan berpotensi mengancam jiwa, namun bisa dicegah melalui imunisasi.
ADVERTISEMENT
Lanjut dijelaskan, difteri disebabkan oleh bakteri bernama Corynebacterium diphtheria, yang dapat menyebar dari orang ke orang. Dimana Seseorang bisa tertular difteri bila tidak sengaja menghirup atau menelan percikan air liur yang dikeluarkan penderita saat batuk atau bersin. Penularan juga bisa terjadi melalui benda yang sudah terkontaminasi air liur penderita, seperti gelas dan sendok.
"Difteri dapat dialami oleh siapa saja. Namun, risiko terserang difteri akan lebih tinggi bila tidak mendapat vaksin difteri secara lengkap. Selain itu, difteri juga lebih berisiko terjadi pada orang yang hidup di area padat penduduk atau buruk kebersihannya," beber Kadis Kesehatan.
Menurutnya, gejala difteri seperti sakit tenggorokan, suara serak, batuk, pilek, demam. Kenudian menggigil, lemas dan muncul benjolan di leher akibat pembengkakan kelenjar getah bening.
ADVERTISEMENT
"Untuk pencegahan difteri dapat dicegah dengan imunisasi DPT, yaitu pemberian vaksin difteri yang dikombinasikan dengan vaksin tetanus dan batuk rejan (pertusis). Imunisasi DPT termasuk dalam imunisasi wajib bagi anak-anak. Pemberian vaksin ini dilakukan pada usia 2, 3, 4, dan 18 bulan, serta pada usia 5 tahun," pungkas Kadis Kesehatan Kota Sorong.