Konten dari Pengguna
Antara Kreativitas dan Otentisitas: Copy Sites Tourism di Bhumi Merapi Kaliurang
3 Juni 2025 13:36 WIB
·
waktu baca 2 menitKiriman Pengguna
Antara Kreativitas dan Otentisitas: Copy Sites Tourism di Bhumi Merapi Kaliurang
Belakangan ini, dunia pariwisata Indonesia mulai diramaikan dengan fenomena copy sites (replika) tempat-tempat populer dunia yang sengaja dibangun untuk menarik wisatawan. Salah satu yang tengah mencuBalqis Sofiana

Tulisan dari Balqis Sofiana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Belakangan ini, dunia pariwisata Indonesia mulai diramaikan dengan fenomena copy sites (replika) tempat-tempat populer dunia yang sengaja dibangun untuk menarik wisatawan. Salah satu yang tengah mencuri perhatian adalah Bhumi Merapi di Kaliurang, destinasi yang menghadirkan atmosfer ‘luar negeri’ di kaki Gunung Merapi. Namun di balik antusiasme pengunjung yang membanjiri media sosial, terselip pertanyaan reflektif: apakah kita sedang merayakan kreativitas, atau justru kehilangan otentisitas?

1. Copy Sites: Inovasi atau Imitasi?
ADVERTISEMENT
Bhumi Merapi menawarkan pengalaman keliling dunia tanpa paspor. Dari sudut ala Santorini Yunani, hingga jalanan yang menyerupai desa-desa Eropa, wisatawan dimanjakan dengan spot foto yang “Instagrammable”. Di satu sisi, ini adalah bentuk inovasi dalam mengemas destinasi agar menarik bagi generasi digital. Namun di sisi lain, hal ini menimbulkan dilema tentang makna pengalaman wisata yang sebenarnya. Apakah tujuan wisata kini hanya sebatas latar belakang foto yang menarik?
2. Otentisitas: Haruskah Selalu Asli?
Sering kali kita mengaitkan pariwisata berkualitas dengan keaslian. Tapi dalam dunia pariwisata modern, otentisitas tidak selalu berarti "asli secara tradisional”. Bisa jadi, otentisitas hadir dari pengalaman yang dirasakan pengunjung, meskipun latar tempatnya merupakan rekayasa visual. Justru tantangan menariknya adalah bagaimana mengemas copy sites agar tetap menyisipkan nilai lokal, entah lewat narasi, keterlibatan komunitas, atau paduan estetika lokal dan global.
ADVERTISEMENT
3. Perspektif Keberlanjutan Sosial Budaya
Copy sites memang menjanjikan keuntungan ekonomi jangka pendek. Namun, bagaimana dengan dampaknya terhadap keberlanjutan sosial budaya? Apakah masyarakat sekitar merasa dilibatkan, atau justru tersingkir oleh desain yang “impersonal”? Refleksi ini penting agar pengembangan destinasi tak hanya mengejar visualisasi, tapi juga keberlanjutan makna dan keterlibatan komunitas lokal dalam setiap pengambilan keputusan.
Copy sites seperti Bhumi Merapi menunjukkan bahwa pariwisata kita sedang bergerak dan itu bukan hal yang salah. Justru ini momen untuk berpikir lebih luas: bagaimana kita mengelola tren global dengan sentuhan lokal? Bagaimana kita tetap merayakan kreativitas, tanpa kehilangan keterhubungan pada akar budaya dan masyarakat yang melingkupinya?
Apalagi, Bhumi Merapi tak sekadar menduplikasi visual tempat-tempat asing. Ia juga melibatkan warga lokal sebagai pelaku utama baik sebagai pengelola wahana, penjaga hewan di mini zoo, hingga pelaku UMKM di sekitar lokasi. Dalam hal ini, Bhumi Merapi bisa menjadi contoh bahwa copy sites pun dapat dikembangkan dengan semangat keberlanjutan sosial dan ekonomi.
ADVERTISEMENT
Pariwisata masa kini tidak harus memilih antara “tradisional” atau “modern” keduanya bisa bersanding, asalkan dikelola dengan nilai, dan arah yang bijak. Yang penting bukan apa yang ditampilkan, tapi siapa yang terlibat dan siapa yang mendapat manfaat.