Dari Wartawan ke Senayan

Konten dari Pengguna
25 Oktober 2018 21:48 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bambang Soesatyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Peluncuran buku 'Dari Wartawan ke Senayan' (Foto: Bambang Soesatyo)
zoom-in-whitePerbesar
Peluncuran buku 'Dari Wartawan ke Senayan' (Foto: Bambang Soesatyo)
ADVERTISEMENT
Saya meluncurkan buku biografi ‘Dari Wartawan ke Senayan’. Buku setebal 280 halaman ini mengungkapkan perjalanan hidup hingga karier saya yang kemudian ditulis oleh tim yang juga senior saya dan rekan-rekan sesama wartawan di Harian Prioritas tahun 1986-1987.
ADVERTISEMENT
Mulanya saya menolak untuk dibuatkan biografi. Namun Bang Derek Manangka almarhum akhirnya berhasil meyakinkan saya. Bahwa buku itu penting untuk adik-adik yang sedang menggeluti profesi wartawan agar mereka juga bisa melihat bahwa karier mereka bisa menjulang dan punya masa depan.
Karena, menurut saya sebenarnya dari profesi wartawan kita bisa menjadi apa saja. Wartawan punya peluang yang lebih besar ketimbang profesi lainnya dalam akses dan jaringan. Mulai tukang sampah hingga presiden. Artinya, wartawan punya akses kepada siapapun dan dapat bertanya tentang apapun.
Awal mula saya merintis karier wartawan dari kasta paling bawah, yaitu reporter baru. Waktu itu karena masih pakai mesin tik, kalau satu dua alinea tulisan kita dianggap sudah tidak bagus, langsung disobek oleh redaktur. Apalagi kalau ketemu Bang Panda Nababan. Belum dibaca udah dirobek-robek.
ADVERTISEMENT
Demikian juga kehidupan ekonomi saya yang sekarang dicapai dengan tidak mudah dan harus kerja keras. Saya merintis bisnis dari paling bawah pula, yaitu dari jual beli sayur, bawang merah dan telor di Pasar Induk, Kramat Jati, Jakarta. Waktu ditugaskan meliput di Pasar Induk, saya mengetahui dari pedagang mereka mengambil barang dari Bekasi. Lantas saya menawarkan diri untuk ikut memasok juga. Para pedagang menyetujui sepanjang harganya lebih murah atau sama dari pemasok lainnya.
Peluncuran buku 'Dari Wartawan ke Senayan' (Foto: Bambang Soesatyo)
zoom-in-whitePerbesar
Peluncuran buku 'Dari Wartawan ke Senayan' (Foto: Bambang Soesatyo)
Dengan kendaraan umum dan kendaraan bak terbuka sewaan, saya bolak-balik Bekasi Pasar Induk. Bekasi waktu itu masih sangat jauh, belum ada jalan tol seperti sekaran. Alhasil saya harus kerja keras bangun lebih pagi dan waktu luang saya pakai untuk mengurus bisnis. Bagi saya prinsip bisnis atau dagang itu mudah. Kita tinggal mencari di daerah mana bisa kita beli barang lebih murah dan daerah mana kita bisa menjual barang lebih mahal. Selisihnya itulah keuntungan.
ADVERTISEMENT
Untuk modal saya terpaksa menggadaikan jam tangan dan beberapa barang lainnya, sebab awalnya semua harus saya bayar kontan. Setelah dipercaya baru kemudian boleh konsinyasi. Dari sana usaha terus melaju membangun jaringan dengan para pengusaha papan tengah dan papan atas melalui Hipmi (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) dan Kadin (Kamar Dagang dan Industri Indonesia).
Banyak yang bertanya kepada saya setelah saya menjadi ketua DPR mau ke mana, termasuk apakah mau menjadi ketua umum Golkar? Berpikir saja belum, kata saya. Saat ini fokus saya adalah bagaimana menaikkan rating DPR agar dipercaya rakyat.
Peluncuran buku 'Dari Wartawan ke Senayan' (Foto: Bambang Soesatyo)
zoom-in-whitePerbesar
Peluncuran buku 'Dari Wartawan ke Senayan' (Foto: Bambang Soesatyo)
Produktif
Selama ini saya memang dikenal produktif menulis buku. Paling tidak sudah 13 buku saya yang diterbitkan selama menjadi anggota DPR. Antara lain 'Skandal Gila Bank Centuri', 'Presiden Dalam Lingkaran Sengkuni', 'Perang-Perangan Melawan Korupsi', 'Republik Galau', 'Indonesia Gawat Darurat dan Ngeri-ngeri Sedang'.
ADVERTISEMENT
Kali ini buku saya ditulis oleh almarhum Derek Manangka yang kemudian diteruskan oleh wartawan senior Wina Armada, Nano Bramono, Heru Subroto, dan Bobby Barata serta ditertbitkan oleh Gramedia Kompas.
Peluncuran buku 'Dari Wartawan ke Senayan' (Foto: Bambang Soesatyo)
zoom-in-whitePerbesar
Peluncuran buku 'Dari Wartawan ke Senayan' (Foto: Bambang Soesatyo)
Saya memilih karier kewartawanan karena semasa kuliah senang berorganisiasi dan aktif di pers kampus. Profesi dan karakter kerja wartawan otomatis mengharuskan saya cakap berinteraksi dengan berbagai kalangan.
Buku ini bercerita secara simpel, lugas dan mengena tentang lika-liku perjalanan karier saya sejak jadi wartawan pada 1986, lanjut berbisnis dan berpolitik lewat Partai Golkar. Hingga masuk parlemen sejak 2009 dan akhirnya diberi kepercayaan sebagai Ketua DPR RI, sebuah amanah yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya.
Buku ‘Dari Wartawan ke Senayan’ merupakan buku terbarunya. Buku ini walaupun tidak ditulis langsung oleh saya, namun bisa mengungkap dengan jelas dan lugas pikiran saya sebagai seorang wartawan yang dulu bukan siapa-siapa hingga menjadi orang nomor satu di Senayan.
ADVERTISEMENT
Saya juga mengajak agar para tokoh, pimpinan dan anggota DPR, MPR, dan DPD serta siapapun untuk membiasakan menulis mengenai berbagai hal. Baik mengenai perjalanan hidup, pandangan, pemikiran, kiprah ataupun pengabdian, sesuai dengan profesi masing-masing.
Siapa tahu di sana ada mutiara dan hikmah yang dapat dipetik untuk jadi pelajaran bagi orang lain maupun sebagai sumbangsih bagi bangsa dan negara.
Penulisan buku ‘Dari Wartawan ke Senayan’ awalnya diinisiasi oleh Derek Manangka, mentor jurnalistik pertama saat saya memulai karier wartawan di Harian Prioritas pada tahun 1986. Namun, penulisan buku sempat tertunda lantaran Derek meninggal pada 26 Mei 2018. Penulisan kemudian dilanjutkan oleh tim yang terdiri dari Wina Armada, Nano Bramono, Heru Subroto, dan Bobby Barata.
ADVERTISEMENT
Tim penggarap bekerja inten dan kooperatif sejak awal dalam pengayaan data, foto dan testimoni dari 41 narasumber kunci. Bahkan delapan tokoh bangsa memberikan kesaksiannya atas perjalanan hidup saya.
Peluncuran buku 'Dari Wartawan ke Senayan' (Foto: Bambang Soesatyo)
zoom-in-whitePerbesar
Peluncuran buku 'Dari Wartawan ke Senayan' (Foto: Bambang Soesatyo)
Tak lupa, Presiden Jokowi memberi penilaian terhadap saya, katanya "Kesan pertama saya terhadap Bamsoet, kalau mengkritik pedas sekali. Tapi saya tahu beliau adalah orang yang konsisten dan apa adanya. Perjalanannya yang berliku dan keras sebagai wartawan dan jiwa kewirausahaannya yang kuat saat menjadi pengusaha, telah membetuk kematangan jiwa dan pikirannya dalam berpolitik,"
Selain itu, Wakil Presiden, Jusuf Kalla juga tak ketinggalan memberikan komentar. Baginya, sebagai wartawan yang menjadi Ketua DPR RI, saya dinilai mempunyai informasi dan hubungan yang baik dengan banyak kalangan. Karena itu, bisa mengemban amanah ini dengan lebih baik, adil dan independen.
ADVERTISEMENT
Sedangkan menurut Kepala Badan Intelijen Negara Budi Gunawan, sejak dipimpin oleh saya, DPR-RI lebih terbuka dan kondusif. Tidak ada lagi kegaduhan yang berarti. Tidak mudah menyatukan pandangan 560 politisi dari 10 partai politik dengan latar belakang beragam. Itulah kepiawaian saya, begitu kira-kira kata Budi Gunawan.
Acara peluncuran buku ini juga turut dihadiri beberapa teman saya, seperti Surya Paloh (Ketua Umum Nasdem), Pengusaha Senior Chaerul Tanjung, Ketua Umum Pemuda Pancasila Yapto Suryosumarno, Budayawan Radar Panca Dahana, Pelukis Senior Hardi, Tokoh Pers Senior Ishadi SK, Irjen Pol Setyo Wasisto (Kadiv Humas Polri), Melchias Mekeng (Ketua Fraksi Partai Golkar DPR RI), Taufiqulhadi (Anggota Fraksi Nasdem DPR RI), Roemkono (Anggota Fraksi Golkar DPR RI), Robert Kardinal (Anggota Fraksi Partai Golkar DPR RI), Masinton Pasaribu (Anggota Fraksi Partai Golkar DPR RI), Ahmad Sahroni (Anggota Fraksi Partai Golkar DPR RI), Elman Saragih, Panda Nababan, Noorca Massardi, Wina Armada, serta Gigin Pragianto, J Osdar, Aristides Katopo dan Marcyanus Donny yang menjadi narasumber dalam bedah buku tersebut. (*)
ADVERTISEMENT