3 Faktor yang Membuat Patahan Lembang Perlu Diwaspadai

Konten Media Partner
7 September 2018 21:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
3 Faktor yang Membuat Patahan Lembang Perlu Diwaspadai
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Kebun sayur di Lembang, Kabupaten Bandung Barat. (Iman Herdiana)
BANDUNG, bandungkiwari – Sesar Lembang merupakan patahan gempa bumi aktif yang dekat dengan cekungan Bandung dan meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kota Cimahi. Untuk mengantisipasi aktivitas sesar di utara Kota Bandung ini diperlukan mitigasi atau pengurangan resiko dampak bencana gempa bumi.
ADVERTISEMENT
Kepala Subbidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Wilayah Barat Indonesia Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, Akhmad Solikhin, mengatakan salah satu upaya mitigasi bencana ialah dengan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terkait sumber bencana.
Ia menjelaskan, sesar Lembang yang merupakan satu dari sekian banyak sesar atau patahan aktif yang menjadi sumber gempa bumi di Indonesia. Menurut statistik, gempa bumi dengan kekuatan magnitudo 4 sampai lebih di Indonesia bisa mencapai 900 kali dalam setahun. Dari seluruh kejadian gempa bumi di dunia, sebanyak 12 sampai 15 persen gempa bumi terjadi di Indonesia, dari Aceh sampai Papua.
“Jadi gempa bumi di Indonesia sudah hal biasa,” kata Akhmad Solikhin, dalam Geoseminar “Patahan Lembang: Fakta dan Realita” di Auditorium Badan Geologi, Jalan Diponegoro, Bandung, Jumat (7/9/2018).
ADVERTISEMENT
Ia juga mencatat kejadian gempa bumi yang merusak Indonesia dalam kurun 7 tahun terakhir sebanyak 166 kali, 16 di antaranya menyebabkan tsunami. Total korban jiwa akibat gempa bumi tersebut lebih dari 270 ribu jiwa, termasuk gempa bumi dan tsunami Aceh 2004.
“Jadi gempa bumi biasa di Indonesia, tapi jangan sampai ini dibiasakan kerusakannya, atau dampak gempa bumi yang merusak menjadi kebiasaan. Kita harus melakukan mitigasi bencana gempa bumi di Indonesia, salah satunya dengan diskusi seperti ini, peningkatan kapasitas diskusi mengenai gempa bumi dan potensi bahayanya,” ungkapnya.
Begitu juga dalam menyikapi sesar aktif Lembang di sekitar cekungan Bandung, peran mitigasi amat diperlukan. Dalam mitigasi sendiri ada tiga faktor yang terkait dengan kerusakan akibat gempa bumi. Pertama, sumber gempa buminya. Untuk cekungan Bandung, patahan Lembang adalah salah satu sumber gempanya yang dalam penelitian Daryono (2017), sesar sepanjang 29 kilometer ini bergerak dengan kecepatan 3 - 5,5 mm per tahun.
ADVERTISEMENT
“Faktor apa yang meningkatkan kerusakan di suatu daerah ada tiga faktor utama, sumber gempa dan karakternya. Semakin besar magnitudo gempa bumi maka semakin besar resiko dan kerusakaannya. Faktor ini juga terkait jarak, jadi semakin dekat dengan sumber gempa maka dampaknya semakin besar,” terangnya.
Wilayah cekungan Bandung memiliki resiko gempa bumi karena jumlah penduduknya yang padat dan banyak berdiri objek vital.
Faktor kedua, sambung dia, kondisi geologi lokal. Artinya, kondisi tanah atau batuan tempat manusia berpijak memengaruhi tingkat kerusakan akibat gempa bumi. Meski sumber gempa buminya jauh, namun jika kondisi batuan atau tanahnya gembur, maka tetap saja mempunya sifat amplifikasi gempa bumi yang tinggi sehingga tetap bisa menimbulkan kerusakan.
ADVERTISEMENT
Sedangkan cekungan Bandung secara geologis terdiri dari hasil endapan alluvium danau purba yang kondisinya gembur dan dapat mengamplifikasi goncangan gempa bumi.
Faktor ketiga, lanjut dia, ialah struktur bangunan. “Kalau bangunannya tidak sesuai dengan bangunan tahan gempa bumi jadi resiko kerusakannya akan lebih tinggi,” terangnya.
PVMBG sudah melakukan penelitian dan kajian yang menghasilakan peta untuk kepentingan mitigasi bencana. Salah satu rekomendasinya ialah tidak mendirikan bangunan di daerah resiko bencana, misalnya, tidak mendirikan bangunan tepat di atas sumber gempa dan longsor.
Pembangunan di cekungan Bandung direkomendasikan agar mengikuti kaidah struktur bangunan tahan gempa bumi sesuai Standar Nasional Indonesia yang sudah menjadi acuan Kementerian PU.
Di tempat yang sama, peneliti dari Pusat Survei Geologi (PSG) Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral, R. Muchammad Wahyudiono menjelaskan patahan Lembang terbentuk karena letusan gunung api Sunda sekitar 105 ribu tahun lalu. Letusan gunung api purba ini menimbulkan danau yang kemudian menjadi cekungan Bandung. Sebagaimana dipaparkan Solikhin, Wahyudiono menyatakan kondisi geologis cekungan Bandung berupa endapan alluvium.
ADVERTISEMENT
“Pada skala regional, Badan Geologi juga telah melakukan pemetaan seismotektonik di wilayah Bandung dan sekitarnya. Dari pemetaan ini diketahui bahwa wilayah Bandung oleh batuan sedimen tersier yang bersifat padu dan keras pada bagian bawah dan ditutup oleh bagian sedimen gunung api (bagian utara) dan sedimen danau berumur kuarter (bagian selatan) yang bersifat lunak dan urai,” katanya. (Iman Herdiana)