Angka HIV di Jabar Masih Tinggi

Konten Media Partner
1 Desember 2019 8:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi HIV/AIDS
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi HIV/AIDS
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Selama tiga hari, The Indonesian AIDS Conference 2019 digelar di Bandung. Mulai dari bedah buku, workshop, hingga simposium mewarnai acara ini. Dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, konferensi ini menghadirkan banyak data untuk diulas dari berbagai perspektif.
ADVERTISEMENT
Hari HIV/AIDS yang diperingati setiap tanggal 1 Desember bisa menjadi penanda betapa HIV/AIDS masih menjadi ‘gunung es’ yang bisa mencair meski perlahan. Sejumlah data baru menegaskan bahwa penanganan HIV/AIDS membutuhkan keperdulian semua orang.
Secara nasional, Jawa Barat menduduki peringkat ketiga kasus HIV baru tertinggi setelah DKI dan Jawa Timur. Berbagai kasus HIV baru ditemukan di Jawa Barat pada tahun 2018. Sementara, hingga Juni 2019 terdapat sekitar 2.700 kasus infeksi baru HIV. Meski begitu, tingginya penemuan kasus HIV juga perlu dikaitkan dengan jumlah kasus AIDS di Jawa Barat.
Menurut data Kementerian Kesehatan, jumlah kasus infeksi HIV tertinggi yaitu DKI Jakarta (58.877), Jawa Timur 48.241), Jawa Barat (34.149), Papua (32.629) dan Jawa Tengah (27.629). Sedangkan kasus AIDS terbanyak dilaporkan dari Papua (22.538), Jawa Timur (19.829), Jawa Tengah (10.111), DKI Jakarta (9.932), Bali (7.990) dan Jawa Barat (6.749).
ADVERTISEMENT
Ketua Sekretariat KPA Jawa Barat, Iman Teja Rachmana menyebutkan, bahwa AIDS merupakan penemuan HIV yang terlambat. Secara lebih spesifik Pengelola Program HIV di Provinsi Jawa Barat, Rosi Nurcahyani menjelaskan, bahwa HIV merupakan virus yang hidup di tubuh manusia. Sementara, AIDS merupakan kondisi di mana sudah terdapat infeksi penyerta atau oportunistik.
"Jadi, misalnya yang sudah kena HIV ini daya tubuhnya menurun. Ketika ada virus, misalnya tuberkolosis atau diare, itu dia rentan," tutur Rosi, di Bandung, Kamis (28/11). Ia pun menegaskan, bahwa kematian pada ODHA bukan disebabkan oleh HIV, melainkan karena infeksi penyertanya.
Sehingga, penemuan kasus HIV baru pun menjadi penting untuk mencegah meningkatnya angka AIDS. "Berarti aktivitas menemukannya semakin baik. Kita berbicara mengenai fenomena gunung es. Maka, gunung es tersebut sedikit demi sedikit akan terkikis," ujar Iman.
ADVERTISEMENT
Iman menyebutkan, kasus AIDS di Jawa Barat tahun ini ada sekitar 300 kasus. Ia mengklaim angka ini menurun dari kasus di tahun-tahun sebelumnya yang mencapai angka seribu.
"Artinya penemuan kasus dini semakin cepat. Sehingga, seseorang yang masih HIV lebih cepat diketahui, obat lebih cepat masuk, kualitas hidupnya semakin cepat terkoreksi," ungkapnya.
30 persen dari kasus HIV baru pada tahun 2018 tersebut dialami oleh kelompok usia 15-24 tahun. Sementara, penularan terbesarnya melalui hubungi seksual, yaitu sekitar 90 persen. Tidak hanya hubungan seksual secara konservatif, tetapi juga hubungan seksual dengan sesama jenis (homoseksual).
Iman menyebutkan, saat ini penanggulangan HIV/AIDS tidak bisa hanya berfokus pada kelompok populasi kunci, seperti wanita pekerja seks ataupun pengguna jarum suntik, tetapi juga pada populasi umum.
ADVERTISEMENT
"Kita juga harus aware, bahwa kelompok-kelompok populasi umum, seperti ibu rumah tangga atau anak-anak itu sudah mulai terpapar," tuturnya.
Selain itu, Iman menambahkan, sudah terdapat 600 kasus HIV pada anak. Di mana anak tersebut dilahirkan oleh seorang ibu yang memiliki status HIV positif, tetapi tidak mengetahui status HIV-nya sejak dini. "HIV AIDS bukan permasalahan orang lain, tapi permasalah kita semua, siapapun yang punya anak. Jadi, lakukan pencegahan di keluarga," ujar Iman. (Assyifa)