Antara Racun Tembakau dan Suami yang Tertindas Istrinya

Konten Media Partner
26 Agustus 2018 9:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Antara Racun Tembakau dan Suami yang Tertindas Istrinya
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Rachman Sabur tampil mementaskan monolog "Racun Tembakau" karya Anton Chekov di Gedung Dewi Asri ISBI Bandung. (Foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - “Untuk ceramah hari ini; omong-omong saya mengambil sebuah pokok tentang bahaya yang disebabkan pada bangsa manusia oleh menghisap tembakau. Saya sendiri merokok, tapi istri saya yang menyuruh ceramah tentang bahaya tembakau pada hari ini, dan karena itu, tidak ada jalan lain. Tentang tembakau…” ucap Ivan Ivanovich.
Ceramah tentang tembakau itu pun perlahan mengalir dari mulut lelaki tua bernama Ivan, pada Sabtu (25/8/2018) malam di Gedung Dewi Asri Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung. Sejatinya ceramah tentu membahas isi yang menjadi pokok persoalan. Namun tidak pada ceramah tersebut, Ivan bukan hanya membahas tembakau, tetapi meluas sampai kehidupan keseharian yang dikuasai sang istri.
Alhasil bukan pemahaman bahaya tembakau yang didapatkan audiens, melainkan gelak tawa karena Ivan begitu menggebu bercerita kesedihan dirinya yang mengalami ketertindasan. Ceramah tersebut tentu bukan ceramah akademik, tetapi pementasan monolog “Racun Tembakau” karya Anton P. Chekov yang diterjemahkan Suyatna Aniun dan Jim Adhilimas.
ADVERTISEMENT
Aktor senior Rachman Sabur memerankan tokoh Ivan pada pementasan malam itu. Dirinya hadir dengan natural tanpa polesan make up dan tubuh yang dipaksakan tua. Gestur tubuh yang ringkih dan mimik ketakutan, bercampur pernyataan yang memperolok kehidupan, membuat penonton acap kali tertawa.
Sementara pementasan “Racun Tembakau” sendiri bercerita tentang bahaya dan manfaat tembakau untuk manusia. Namun dalam penceritaannya justru melebar pada wilayah personal sang aktor yang penuh kelucuan. Terutama ketika menarasikan akan bahaya otoritas berlebih seorang istri terhadap suami.
Tentu di balik komedi yang hadir pada tubuh aktor, pementasan “Racun Tembakau” menjelaskan satu sisi kehidupan gelap yang terjadi pada rumah tangga.
Antara Racun Tembakau dan Suami yang Tertindas Istrinya (1)
zoom-in-whitePerbesar
Rachman Sabur tampil mementaskan monolog "Racun Tembakau" karya Anton Chekov di Gedung Dewi Asri ISBI Bandung. (Foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
ADVERTISEMENT
Naskah yang dipentaskan Rachman Sabur yang kerap dipanggil Babeh ini, bukan naskah yang kali pertama dipentaskan olehnya. Sejak menjadi mahasiswa naskah ini kerap dipentaskannya, tetapi pementasan kali ini memiliki nilai lebih dibandingkan ketika Rachman masih muda belia.
“Dulu waktu muda, wajah sengaja dicemong-cemong, pakai make up biar keliatan tua. Sekarang mah tidak, dibiarkan natural aja. Lagipula tokohnya memang orang tua,” ucap Rachman Sabur usai pementasan.
Meski dirinya tidak mengalami hal yang dialami sang tokoh yang tertindas, hal paling penting dari pementasan “Racun Tembakau” menurutnya adalah adanya ruang silaturahmi antar seniman dan melepas kerinduannya pada dunia panggung. Kerinduan tersebut hadir karena selama ini Rachman hanya berada di belakang panggung sebagai sutradara.
ADVERTISEMENT
Selain itu sosoknya sebagai pengajar ingin memberikan keilmuan secara langsung kepada mahasiswa bagaimana berproses teater. Tentunya dengan memberikan stimulus dan motivasi, dunia teater yang sesungguhnya.
Antara Racun Tembakau dan Suami yang Tertindas Istrinya (2)
zoom-in-whitePerbesar
Rachman Sabur tampil mementaskan monolog "Racun Tembakau" karya Anton Chekov di Gedung Dewi Asri ISBI Bandung. (Foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
Keinginan berbagi ilmu teater itulah yang menjadi mimpi besar Rachman yang mendirikan kelompok Teater Payung Hitam sejak 1982 lalu. Terutama kepada generasi muda yang memiliki minat pada dunia teater.
“Saya akan membawa monolog ini keliling ke tiga daerah lain. Garut, Tasik dan Ciamis,” ucap Rachman yang acap kali membawa kelompok teaternya berkeliling dunia.
Pementasan keliling ini pun yang menjadi keinginan Rachman membagi ilmunya kepada pecinta teater di daerah. Karena menurutnya animo dan militansi para aktor di daerah begitu sangat tinggi, berbeda dengan animo masyarakat kota terhadap teater yang saat ini menurun.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari pementasan “Racun Tembakau” tersebut, bagi Rachman dunia teater yang telah menjadi pilihan hidupnya banyak memberikan hal yang positif untuknya. Namun mimpi besar sang aktor yang kini menginjak usia yang ke-61 tahun itu begitu sederhana, hanya ingin berbagi keilmuan teaternya kepada siapa pun dan di mana pun orang-orang yang mencintai teater. (Agus Bebeng)