Awal Mula Perang Tomat di Lembang

Konten Media Partner
7 November 2018 15:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Awal Mula Perang Tomat di Lembang
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
"Korban" perang tomat di Lembang. (Foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
BANDUNG, bandungkiwari - Rempug Tarung Adu Tomat atau biasa disebut “Perang Tomat” di daerah Cikareumbi, RW 03 Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, sudah menjadi tradisi tahunan.
ADVERTISEMENT
Perang Tomat sendiri merupakan kreasi yang diciptakan pelaku seni Mas Nanu Munajar Dahlan (58) alias Abah Nanu Muda. Dosen tari tradisional ini kali pertama tercipta Perang Tomat diawali keprihatinan dirinya melihat panen tomat yang melimpah, tetapi tidak terserap pasar karena harga yang anjlok. Akibat harga tomat yang tidak masuk akal tersebut mengakibatkan ribuan tomat membusuk.
Awalnya warga Kampung Cikareumbi yang tergabung dalam grup Sisingaan Mekar Budaya, sering mengikuti festival yang dilakukan Padepokan Kalang Kamuning yang diselenggarakan Cihideung Festival setiap tahun. Warga pun meminta Mas Nanu Munajar Dahlan yang kerap dipanggil Abah Nanu untuk membuat festival di Cikareumbi.
“Saat itu tahun 2011 sedang panen tomat, namun tomatnya dibiarkan berserakan di kebunnya hingga membusuk, yang menjadi pertanyaan, mengapa tomat hasil panen itu dibiarkan berserakan tidak dijual atau dibawa ke rumah?"
ADVERTISEMENT
Jawaban para petani: "Harga jatoh, modal 5 rebu satu pohon menghasilkan dua kilo, tapi satu dihargai Rp1.500 perkilo, belum ongkos ngangkat satu kilo ongkos 300. Jadi jika dihitung dijumlahkan rugi katanya,” ucap Abah Nanu mengulang kembali ingatannya, saat berbincang dengan Bandungkiwari.com.
Sensitivitas estetetis Abah Nanu mulai tergelitik, maka tercetuslah ide memanfaatkan tomat busuk menjadi kegiatan masyarakat. Alhasil dibuatlah Perang Tomat untuk memanfaatkan Tomat rusak maupun busuk yang jumlahnya tidak terkira tersebut menjadi satu kegiatan masyarakat.
Namun meski demikian, ketika beragam citraan visual hadir diunggah di media sosial banyak komentar yang menyebut kegiatan tersebut mubazir alias tidak bermanfaat. Menanggapi hal tersebut Abah Nanu hanya tersenyum.
Awal Mula Perang Tomat di Lembang (1)
zoom-in-whitePerbesar
Tomat busuk yang dipakai perang tomat di Lembang. (Foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
ADVERTISEMENT
“Banyak orang yang menganggap mubazir membuang tomat dengan perang-perangan. Biasanya karena mereka belum datang ke perang tomat. Hanya lihat di Facebook saja, padahal yang dipake buat perang itu kan tomat busuk dan yang rusak,” ucapnya tegas.
Perang Tomat sendiri menurut Abah Nanu Muda merupakan bagian dari ritual syukur warga atas melimpahnya hasil alam di Cikareumbi. Namun bagian dari kegiatan tradisi masyarakat yang bernama Ngaruwat Bumi yang kemudian ditutup tradisi Hajat Buruan dengan puncak kegiatannya Perang Tomat.
Perang Tomat dalam cara pandang Abah Nanu Muda, tidak hanya sebatas kegiatan melempar tomat busuk semata. Makna terdalam dari Perang Tomat bertujuan sebagai simbol membuang sial atau menghilangkan beragam hal-hal buruk atau sifat negatif dalam diri masyarakat, maupun yang terkait dengan penyakit tanaman.
ADVERTISEMENT
"Dilakukan lewat saling melempar atau membuang tomat yang sudah buruk (busuk/matang sekali), dalam artian rempug tarung adu tomat tersebut adalah membuang kebencian atau untuk menyucikan diri," katanya. (Agus Bebeng)