Begini Kronologis Mahasiswa Papua Diberi Miras Oleh Polisi

Konten Media Partner
23 Agustus 2019 23:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Asrama mahasiswa Papua di Bandung (Foto: Ananda Gabriel)
zoom-in-whitePerbesar
Asrama mahasiswa Papua di Bandung (Foto: Ananda Gabriel)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Pemberian dua dus minuman keras oleh Komisaris Polisi (Kompol) Sarce Christiati kepada mahasiswa asal Papua di Bandung pada Kamis (22/8) siang menuai kecaman dari sejumlah pihak. Kecaman yang keras tentu datang dari mahasiswa Papua sendiri yang merasa dilecehkan oleh tindakan polisi tersebut.
ADVERTISEMENT
Mahasiswa Papua kecewa dan marah serta menuntut pihak kepolisian mencabut jabatan Kompol Sarce. "Tindakan ini sangat tidak manusiawi bagi kami. Menganggap kami orang Papua itu peminum. Maka dari itu kami tidak terima, dan ibu itu harus dicabut dari jabatannya," kata Tamelek Kosay, juru bicara Ikatan Mahasiswa se-Tanah Papua (Imasepa) dan Solidaritas Peduli Kemanusiaan ditemui di Asrama Papua di Bandung, Jumat (23/8) siang.
Baik Kosay maupun puluhan mahasiswa Papua lain yang tergabung dalam Imasepa bersama Solidaritas Peduli Kemanusiaan tidak menduga bakal ada insiden yang mencoreng aksi damai mereka.
Seperti apa sebenarnya kronologis peristiwa itu? Berikut penjelasan mahasiswa Papua kepada media:
Kamis sore itu, puluhan mahasiswa Papua menggelar aksi damai yang berjalan tertib dan lancar. Menurut Kosay, aksi solidaritas ini dilakukan untuk mengangkat isu rasisme dan diskriminasi yang terjadi pada kawan mereka di Surabaya dan Malang.
ADVERTISEMENT
"Dalam aksi itu kami mengangkat isu yang terjadi di Surabaya dan Malang. Maka dari itu kami Ikatan Mahasiswa se-Tanah Papua dan Solidaritas Peduli Kemanusiaan meminta oknum yang di Malang dan Surabaya segera dicopot dari jabatannya. Kemudian ormas-ormas segera dikumpulkan dan diadili secara tegas," katanya.
Aksi solidaritas mahaasiswa Papua (Foto:Assyifa)
Tujuan aksi itu juga untuk mengingatkan pemerintah agar menarik aparat yang ditugaskan di Papua. "Kami minta tegas juga pengiriman aparat ke Papua harus segera dicabut dari Papua juga masalah pelanggaran HAM yang terjadi di Papua tidak pernah diangkat harus segera diadili," ujarnya.
Namun, ketika mereka menyampaikan aspirasi tersebut, datang beberapa kawan dari Imasepa yang bertugas membawakan konsumsi. Miles Jikwa, salah seorang pengantar konsumsi justru membawakan dua dus minuman yang berbeda dari biasanya.
ADVERTISEMENT
"Ada salah satu ibu berpakaian lengkap polisi datang ke Asrama. Ibu Christina satunya bersama satu laki-laki datang antar minuman. Ke sini sekitar jam 1 siang," ujar Kosay.
Selain minuman, ada barang-barang lain yang dikirimkan yaitu dua karung beras dan dua karton mi instan. "Sebelum Miles terima, Ibu itu mengatakan jangan kasih tahu siapa-siapa dan ini minuman buat adik-adik setelah aksi," kata Kosay.
Miles tak mau sembarang menerima pemberian polisi. Dia pun mengantarkan dua bungkus minuman yang ia ketahui berisi minuman beralkohol.
"Maka dari itu, Miles terima dan bawa minuman itu ke tempat aksi. Di tempat itu ada Ibu Christina dan dia kita minta klarifikasi. Kami bilang, setidaknya ibu sebagai aparat keamanan seharusnya mengayomi kami. Sebagai mahasiswa, kami tidak terima dan di situ juga ada Polrestabes Bandung. Mereka harus cabut segera ibu itu dari jabatannya," ungkap Kosay.
ADVERTISEMENT
Menurut Kosay, dirinya tidak pernah melihat jenis minuman tersebut sebelumnya. Namun tertera dalam label minuman tersebut mengandung alkohol sebesar 19 persen.
Kosay menyesalkan perbuatan polisi itu yang dianggapnya merendahkan dan menghina mahasiswa Papua. Menurutnya, pemberian miras itu sama saja dengan melabeli mahasiswa Papua tukang mabuk. "Kalau tidak dicopot, kami mahasiswa akan kumpul di Polrestabes dan Polda (menuntut dicabut)," tegasnya.
Selain itu Kosay mengaku akan mengembalikan beras dan mi instan yang juga diberikan oleh Kompol Sarce. "Beras dan mi instan ini akan kami kembalikan," kata Kocay seraya menunjukkan dua karung beras yang tersimpan di ruang tamu asrama.
Kepala Bidang Humas Polda Jawa Barat Komisaris Besar Trunoyudo Wisnu Andiko membantah bahwa tindakan Kompol Sarce itu mewakili institusi kepolisian. “Dalam hal ini kami menyampaikan, ini adalah sifatnya pribadi hubungan emosional saudari Sarce pada warga Papua," kata Trunoyudo di Mapolda Jabar. (Ananda Gabriel)
ADVERTISEMENT