Catatan Soemardja Book Fair Bandung, Agar Milenial Cinta Buku

Konten Media Partner
10 Maret 2019 13:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Diskusi “Ngobrol Buku Bandung: Kilas Balik Buku 2018 dan Agenda Buku 2019” di Daily Routine Coffe, Jalan Kanayakan Bawah No 1 Bandung. (Iman Herdiana)
zoom-in-whitePerbesar
Diskusi “Ngobrol Buku Bandung: Kilas Balik Buku 2018 dan Agenda Buku 2019” di Daily Routine Coffe, Jalan Kanayakan Bawah No 1 Bandung. (Iman Herdiana)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari – Komunitas literasi yang meliputi pedagang buku, perpustakaan, penerbitan terus bertumbuh di Bandung. Komunitas ini digerakkan para pegiat senior maupun wajah-wajah baru atau kaum milenial.
ADVERTISEMENT
Salah satu event komunitas literasi tersebut ialah Soemardja Book Fair yang digelar secara swadaya sejak 2017. Event ini ditergetkan bisa digelar setahun sekali, sebagai alternatif dari pameran buku tahunan di Bandung yang biasa digelar Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) Jawa Barat di Gedung Landmark, Jalan Braga, Bandung.
Menurut pegiat literasi Indra Prayana, Soemardja Book Fair menjadi alternatif pameran bagi para pelapak buku Bandung di luar pameran yang digelar Ikapi Jabar.
“Ini semacam wadah terkait literasi di Bandung. Jadi alternatif di luar event Ikapi secara resmi, tapi bukan tandingan. Di luar Ikapi kita akan adakan event agar terkoneksi satu sama lain,” kata Indra, dalam diskusi “Ngobrol Buku Bandung: Kilas Balik Buku 2018 dan Agenda Buku 2019” di Daily Routine Coffe, Jalan Kanayakan Bawah No 1 Bandung, baru-baru ini.
ADVERTISEMENT
Dalam diskusi tersebut hadir koordinator Soemardja Book Fair, Kukuh Samudra yang juga pegiat lapak Buku Mahal. Kukuh memaparkan hasil evaluasi terhadap Soemardja Book Fair akhir tahun lalu dan ancang-ancang menggelar kembali pameran serupa tahun ini.
Soemardja Book Fair pertama kali digelar awal tahun 2017. Lalu di tahun kedua, pameran lapakan buku komunitas ini digelar akhir tahun. Sehingga pameran ini tiap tahunnya tidak putus.
“Niat awalnya sayang kalau misalnya dalam satu tahun kosong, bagusnya biar tak putus akar sebenarnya. Ingin jadi tahunan,” katanya.
Soemardja Book Fair 2018 digelar selama 5 hari. Berbeda dengan pameran buku lainnya, Soemardja Book Fair menerapkan sistem satu kasir, juga sedikit-sedikit menjalankan konsep ramah lingkungan berupa pengurangan sampah plastik dengan tidak menyediakan gelas dan kemasan plastik. Jadi peserta atau pembeli harus membawa wadah minuman sendiri, walaupun kopi dan makanan ringan disiapkan.
ADVERTISEMENT
Sistem satu kasir diterapkan untuk menumbuhkan saling kepercayaan antar pegiat literasi. Namun dalam praktiknya, sistem ini masih terkendala. Salah satunya, pembeli tak mau repot melakukan pembayaran ke kasir, sehingga pelapak pun melayani pembayaran langsung daripada bukunya tak jadi dibeli.
“Itu dinamika. Semoga dari dinamika yang ada bisa jadi pembelajaran,” kata Kukuh. “Memang masih banyak kekurangan, pelapak belum siap, kurang sosialisasi, dan sebagainya.”
Target pameran 2018 kemarin juga berbeda, yakni ada sasaran khusus pada generasi milenial. Menurutnya, pendekatan terhadap kaum milenial gampang-gampang susah. Salah satunya dengan menghadirkan narasumber diskusi yang bisa menjadi daya tarik kaum milenial.
Sebagaimana pameran lainnya, Soemardja Book Fair 2018 tidak melulu menjual buku, tetapi menghadirkan berbagai aktivitas mulai diskusi publik, bedah buku, workshop penulisan, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
“Yang menarik kemarin kelas menulis sampai 30 orang, biasanya 5 orang. Itu sebuah anomali sendiri, mungkin ada pasar yang tidak bertemu antara penyelenggara dan kebutuhan,” tutur Kukuh.
Maka event Soemardja Book Fair tahun ini perlu didukung perencanaan yang lebih matang. “Kalau matang, waktu dan susunan kegiatan dan tim akan lebih matang. Soemardja Book Fair bisa mewarnai lebih cerah dalam gerakan komunitas literasi di Bandung. Kita harap Soemardja Book Fair lebih ciamik dan nge-hits dan kata-kata seperti itulah,” ujarnya. (Iman Herdiana)