news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Cuaca Dingin Bandung Bikin Harga Ayam Melambung

Konten Media Partner
10 Juli 2018 18:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cuaca Dingin Bandung Bikin Harga Ayam Melambung
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Perdagangan daging ayam di pasar. (Foto: Kumparan.com)
BANDUNG, bandungkiwari – Cuaca dingin di Kota Bandung akhir-akhir ini berimbas pada melambungnya harga daging ayam. Penurunan suhu tersebut membuat kesehatan ayam potong terganggu.
ADVERTISEMENT
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jawa Barat Dewi Sartika menyebutkan, saat ini harga daging ayam rata-ratanya Rp39-40 ribu.
“Intinya memang agak naik harga daging ayam," ujar Dewi Sartika, Selasa (10/7/2018).
Dewi mengatakan, cuaca dingin yang melanda Bandung belakangan ini jadi penyebab naiknya harga daging ayam potong. Hal ini mengakibatkan biaya produksi yang semakin tinggi.
Akibat cuaca ekstrim ini, ia menjelaskan, penyuluh peternakan mengimbau peternak agar memasang pemanas yang biasanya 10-12 hari menjadi 15 hari. Dampaknya, biaya produksi meningkat.
Selain itu, faktor cuaca juga membuat ternak memerlukan energi yang lebih tinggi yang didapat dari konsumsi pakan ternak. Jika tidak, kondisi ternak jadi lebih rentan terhadap kematian. Meski diakuinya angka kematian tidak tinggi.
ADVERTISEMENT
"Yang jelas ada tambahan cost produksi. Selain pangan jadi bertambah, peternak juga kan harus membeli terpal plastik," ungkapnya.
Saat ini bibit hidup ayam di harga Rp 21 ribu hingga ke pedagang menjadi Rp 40 ribu. Sedangkan harga normal bibit hidup yang diatur dalam Permendag yaitu Rp 18 ribu.
"Seharusnya harga jual di pasar di kisaran Rp 39 ribu. Saya masih lihat itu hal yang wajar," kata Dewi.
Adapun produksi daging ayam di Jawa Barat sebanyak 676.938 ton per tahun. Sedangkan kebutuhan per tahun mencapai 374.767 ton.
Seperti diberitakan, suhu udara di Kota Bandung maupun di wilayah Jawa Barat relatif lebih dingin dalam beberapa hari terakhir. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan, fenomena tersebut disebabkan datangnya musim kemarau. (Ananda Gabriel)
ADVERTISEMENT