Demonstran Ajak Kurangi Penggunaan Plastik dan Kendaraan Pribadi

Konten Media Partner
21 September 2019 11:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aliansi Gerakan untuk Perubahan Iklim Jawa Barat turut dalam aksi global climate strike atau jeda untuk iklim di Bandung. (Assyifa)
zoom-in-whitePerbesar
Aliansi Gerakan untuk Perubahan Iklim Jawa Barat turut dalam aksi global climate strike atau jeda untuk iklim di Bandung. (Assyifa)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Aliansi Gerakan untuk Perubahan Iklim Jawa Barat turut dalam aksi global climate strike atau jeda untuk iklim. Aksi ini digelar pada Jumat (20/9) dimulai dari Jalan Sultan Agung Tirtayasa dan dilanjut dengan berjalan kaki menuju Bandung Indah Plaza (BIP), Bandung.
ADVERTISEMENT
"Seharusnya masyarakat hari ini berhenti melakukan aktivitas, memberikan jeda kepada iklim, agar mereka bisa me-recovery lagi iklimnya agar tidak semakin parah kerusakannya," ujar Koordinator Lapangan Aksi Climate Strike Bandung, Elga Subangkit, di Taman Cikapayang, Jumat (20/9).
Saat ini, di Jawa Barat telah terbangun lima Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), yang nantinya akan bertambah menjadi delapan. Banyaknya PLTU ini pun dinilai dapat meningkatkan pemanasan global. Pasalnya, emisi karbon yang dilepaskan oleh PLTU batubara dapat meningkatkan efek rumah kaca yang membuat bumi semakin panas. Hal ini pun memicu perubahan iklim terjadi semakin cepat pula.
"Pemanasan global itu bukan hal yang tabu, tapi ini sedang terjadi dan mengancam kita. Saat ini, cuaca di Bandung sangat panas, polusi juga sangat banyak, dan emisi gas buang dari kendaraan atau industri juga sangat parah," ungkap Elga.
Aliansi Gerakan untuk Perubahan Iklim Jawa Barat turut dalam aksi global climate strike atau jeda untuk iklim di Bandung. (Assyifa)
Di depan BIP, berbagai orasi disuarakan. Dengan semangat yang membara massa meneriakkan kalimat seperti "Cagar alam, harga mati!" ataupun "Jangan diam, lawan!". Tuntutan-tuntutan yang dituliskan di atas kardus bekas juga diangkat. "Jabar diserang PLTU batubara", begitu salah satu tulisan yang dibawa. Sebuah spanduk putih dengan tulisan "There is no planet B" pun dibentangkan.
ADVERTISEMENT
Sekitar pukul 15.45 WIB, massa bergeser ke Taman Cikapayang Dago dengan melakukan long march. Di sana, berbagai orasi dan puisi juga dibacakan. Aksi climate strike ini pun berakhir sekitar pukul 17.00 WIB. "Harapannya masyarakat dan pemerintah menjadi sadar, terutama pemerintah harus mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang lebih pro terhadap lingkungan dan ekologi," tutur Elga.
Menurut Elga, kepedulian Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat terhadap lingkungan masih kurang terlihat. "Contohnya sampah di Jawa Barat, khususnya di Bandung masih banyak. Ratusan ton masih dihasilkan dari aktivitas masyarakat. Sedangkan, pemerintah juga tidak mengeluarkan kebijakan yang mengatur bagaimana penggunaan plastik sekali pakai (salah satu contoh sampah)," beber Elga.
Aliansi Gerakan untuk Perubahan Iklim Jawa Barat turut dalam aksi global climate strike atau jeda untuk iklim di Bandung. (Assyifa)
Elga juga menyinggung perihal peraturan terkait plastik berbayar. "Tapi itu gaungnya hanya sebentar," tandas Elga. Menurutnya, saat ini peraturan tersebut tidak berdampak signifikan dalam hal limbah. Ia juga menyebutkan, bahwa Pemprov Jawa Barat belum memiliki alat untuk mengukur kualitas udara. "Ini menjadi kewajiban pemerintah untuk memberitahu kepada masyarakat, bahwa kondisi udara di Bandung seperti apa," tegasnya.
ADVERTISEMENT
Waktu yang dimiliki untuk memperbaiki keadaan bumi diklaim tidak lebih dari 11 tahun. Elga pun mengimbau masyarakat untuk melakukan hal-hal kecil yang mampu membantu menjaga keadaan bumi. Salah satunya dengan tidak menggunakan lagi plastik sekali pakai. "Ketika belanja bawalah tas belanja dari rumah, agar sampah plastik tidak menjadi sangat banyak," ujarnya.
Selain itu, masyarakat juga diharapkan dapat mengurangi penggunaan kendaraan bermotor. Pasalnya, bahan bakar fosil yang digunakan kendaraan bermotor dapat meningkatkan potensi pemanasan global, begitu pula dengan asap yang dihasilkan. "Kita mulai menggunakan transportasi umum atau transportasi yang lebih ramah terhadap lingkungan," tutur Elga. (Assyifa)