Ayah Ginan Vokalis Jeruji: Dia Kreatif, Seperti Enggak Pernah Capek

Konten Media Partner
22 Juni 2018 18:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ayah Ginan Vokalis Jeruji: Dia Kreatif, Seperti Enggak Pernah Capek
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Ginan Koesmayadi (kaos putih) di sasana tinju Rumah Cemara. (Dok Rumah Cemara)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari – Puluhan karangan bunga duka cita memenuhi rumah duka di Jalan dr. Slamet, Bandung. Rumah tersebut tempat tinggal orang tua almarhum Derajat Ginanjar bin Deddy Koesmayadi atau Ginan 'Rumah Cemara' yang meninggal dunia, Kamis (21/6) pukul 21.00 WIB.
Ginan dimakamkan di TPU Cibarunay, Sarijadi, Bandung, Jumat (22/6). Pria kelahiran Bandung 13 Juli tersebut meninggal pada usia 38 tahun.
Karangan bunga yang memenuhi halaman rumah orang tua Ginan tersebut berasal dari berbagai individu, instansi atau organisasi, antara lain dari Rektor Universitas Padjadjaran (Unpad) Tri Hanggono, PMI Kota Bandung, DPD Granat Jabar, FK Unpad, LBH dan YLBHI, IDI Kota Bandung, Klinik Teratai Rumah Sakit Hasan Sadikin, dan lain-lain.
Banyaknya karangan bunga dari beragam latar belakang menunjukkan luasnya pergaulan Ginan yang mendirikan ruang rehabilitasi narkoba dan HIV/Aids berbasis komunitas, Rumah Cemara, pada 2003. Hingga kini Rumah Cemara terus eksis mengusung program “Indonesia tanpa stigma dan diskriminasi”.
ADVERTISEMENT
“Pergaulannya luas dan orangnya supel,” ucap ayah Ginan, Deddy Koesmayadi, saat berbincang dengan Bandungkiwari.com, di rumah duka, Jumat (22/6).
Ayah Ginan Vokalis Jeruji: Dia Kreatif, Seperti Enggak Pernah Capek (1)
zoom-in-whitePerbesar
Karangan bunga duka cita untuk Ginan, di rumah duka. (Foto: Iman Herdiana/Bandungkiwari.com)
Deddy Koesmayadi mendapat kabar anaknya meninggal dari teman Ginan di Rumah Cemara. Awalnya, ia mendapat kabar bahwa Ginan pingsan. Ia lalu meminta Ginan dibawa ke Rumah Sakit Advent.
“Kemungkinan serangan jantung. Awalnya teman-temannya menyangka pingsan,” cerita Deddy yang juga dokter di Rumah Sakit Advent, Bandung.
Dari keterangan teman-temannya, cerita Deddy, Ginan sebelumnya beraktivitas seperti biasa saja. Malah ia ikut rapat persiapan band Jeruji tour ke Eropa jilid dua. Di kelompok band punkrock Bandung tersebut, Ginan menjadi vokalis.
Di sela rapat, Ginan mengeluh sakit lambung. Ia lalu membeli makan agar maagnya sembuh. Setelah itu ia pulang ke rumahnya di Cihanjuang, Kota Cimahi. Malam itu Ginan merasa gerah hingga keluar keringat dingin. Ginan lalu memutuskan mandi.
ADVERTISEMENT
Teman Ginan yang ada di rumahnya curiga mengingat Ginan tak keluar-keluar dari kamar mandi. Akhirnya teman Ginan memutuskan mendobrak pintu kamar mandi, dan menemukan Ginan sudah pingsan.
Saat itulah teman Ginan menghubungi rekan-rekannya di Rumah Cemara. Mereka lalu membawa Ginan ke UGD RS Advent, namun dokter jaga menyatakan Ginan sudah meninggal.
“Menurut dokter jaga Ginan meninggal sudah lebih dari 10 menit,” kata Deddy seraya menambahkan bahwa serangan jantung tersebut terjadi mendadak meski anaknya sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit jantung.
Deddy mengaku terakhir bertemu Ginan sehari sebelum meninggal. Saat itu Ginan datang ke rumah untuk makan bersama.
Ginan sendiri merupakan putra kedua dari lima bersaudara pasangan Deddy-Ernawati. Seluruh saudara kandung Ginan perempuan. “Ginan satu-satunya anak laki-laki,” kata Deddy.
ADVERTISEMENT
Sewaktu kecil, Deddy mengenang, Ginan sebagai anak yang aktif atau lincah. Dalam perkembangannya, Ginan gemar membaca dan menganalisis segala sesuatu. “Dia banyak baca, banyak analisa. Anaknya kreatif kayak enggak pernah capek,” tuturnya.
Deddy mengungkap beberapa aktivitas Ginan, salah satunya aksi jalan kaki Bandung-Jakarta sebagai nazar untuk tim sepak bola Rumah Cemara yang berhasil berangkat mengikuti turnamen sepak bola kaum marjinal Homeless World Cup 2011 di Prancis.
Kepada rekan seperjuangan Ginan, Deddy berpesan agar meneruskan mimpi atau cita-cita anaknya, yakni terus memperjuangkan kaum marjinal. “Kalau ide-idenya memang bisa diterima, ya dilanjutkan, membela kaum yang termarjinalisasi,” katanya. (Iman Herdiana)