Foto: Kala Mahasiswa Disabilitas Netra Wyata Guna Tidur di Jalanan

Konten Media Partner
15 Januari 2020 14:37 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penyandang disabilitas netra terpaksa harus tidur di trotoar di depan Panti Wyata Guna Bandung. Mereka dipaksa angkat kaki karena Wyata Guna berubah menjadi balai rehabilitasi. (Foto-foto: Agus Bebeng/bandungkiwari.com)
zoom-in-whitePerbesar
Penyandang disabilitas netra terpaksa harus tidur di trotoar di depan Panti Wyata Guna Bandung. Mereka dipaksa angkat kaki karena Wyata Guna berubah menjadi balai rehabilitasi. (Foto-foto: Agus Bebeng/bandungkiwari.com)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
BANDUNG, bandungkiwari - Jalan Padjadjaran Kota Bandung, Rabu pagi (15/1), terutama di sekitaran Halte bus Padjajaran 4, terlihat agak semrawut. Pasalnya, sebagian ruas trotoar yang biasa digunakan pejalan kaki, disesaki orang-orang yang tidur.
Penyandang disabilitas netra terpaksa harus tidur di trotoar di depan Panti Wyata Guna Bandung. Mereka dipaksa angkat kaki karena Wyata Guna berubah menjadi balai rehabilitasi. (Foto-foto: Agus Bebeng/bandungkiwari.com)
Beralaskan karpet plastik, terpal, dan sarung, mereka melawan dinginnya Kota Bandung dan asap kendaraan yang menyerang hidung dan paru-paru.
Penyandang disabilitas netra terpaksa harus tidur di trotoar di depan Panti Wyata Guna Bandung. Mereka dipaksa angkat kaki karena Wyata Guna berubah menjadi balai rehabilitasi. (Foto-foto: Agus Bebeng/bandungkiwari.com)
Sebanyak 32 penyandang disabilitas netra melakukan aksi tidur di trotoar sebagai bentuk menuntut keadilan atas kasus 'pengusiran' yang menimpa mereka. Mereka yang tidur di trotoar itu adalah siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Sensorik Netra (BRSPDSN) Wyata Guna.
Penyandang disabilitas netra terpaksa harus tidur di trotoar di depan Panti Wyata Guna Bandung. Mereka dipaksa angkat kaki karena Wyata Guna berubah menjadi balai rehabilitasi. (Foto-foto: Agus Bebeng/bandungkiwari.com)
Mereka terpaksa tidur di jalanan karena sudah tidak bisa lagi menempati asrama yang selama ini mereka tempati.
Penyandang disabilitas netra terpaksa harus tidur di trotoar di depan Panti Wyata Guna Bandung. Mereka dipaksa angkat kaki karena Wyata Guna berubah menjadi balai rehabilitasi. (Foto-foto: Agus Bebeng/bandungkiwari.com)
Pihak BRSPDSN Wyata Guna meminta para penghuni Asrama Wyata Guna untuk keluar dan menyatakan bahwa pihaknya sudah tidak bertanggung jawab lagi terhadap mereka. Sesuai Peraturan Menteri Sosial (Permensos) Nomor 18 Tahun 2018, panti sosial tunanetra kini fungsinya diubah menjadi balai rehabilitasi.
Penyandang disabilitas netra terpaksa harus tidur di trotoar di depan Panti Wyata Guna Bandung. Mereka dipaksa angkat kaki karena Wyata Guna berubah menjadi balai rehabilitasi. (Foto-foto: Agus Bebeng/bandungkiwari.com)
Perubahan tersebut pada akhirnya menjadikan para penghuni panti tidak punya hak lagi untuk tinggal dan menjadi penerima manfaat di kawasan Wyata Guna. Padahal, pada saat Wyata Guna masih berstatus panti sosial, seseorang dapat tinggal hingga lima tahun masa studi di perguruan tinggi.
Wagub Jabar Uu Ruzhanul Ulum saat mendatangi para penyandang disabilitas netra yang terusir dari Panti Wyata Guna Bandung, Rabu (15/1). (Foto: Agus Bebeng/bandungkiwari.com)
Aksi yang ditujukan untuk mengekspresikan kesedihan, kekecewaan, sakit hati di depan mantan rumah mereka tersebut mendapat respons dari berbagai kalangan. Termasuk Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum, yang pagi itu menemui para siswa yang sedang menggelar aksi tidur.
Wagub Jabar Uu Ruzhanul Ulum saat mendatangi para penyandang disabilitas netra yang terusir dari Panti Wyata Guna Bandung, Rabu (15/1). (Foto: Agus Bebeng/bandungkiwari.com)
Uu menawarkan fasilitas untuk pendidikan bagi mereka, bahkan akan melengkapi kebutuhan yang sesuai seperti yang ada di BRSPDSN Wyata Guna.
Tikar plastik dan sarung yang menjadi alas para disabilitas netra tidur di trotoar (Foto: Agus Bebeng/bandungkiwari.com)
Aksi demo tidur di jalanan masih berlanjut. Para siswa disabilitas netra dibantu para relawan dan ditemani gerimis terus berjuang demi pendidikan agar derajat kaum disabilitas bisa disamakan dengan masyarakat umumnya. (Agus Bebeng)
ADVERTISEMENT