Foto: Ketika Toleransi Hadir dalam Festival Cap Go Lak

Konten Media Partner
24 Februari 2019 9:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Festival Pesona Bauran Cap Go Lak 2019 yang diselenggarakan di Jalan Manisi Lapangan Kampung Jati Pasirbiru, Cibiru, Kota Bandung, Jawa Barat. Festival ini menghadirkan berbagai kesenian dari lintas budaya. (Foto-foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
zoom-in-whitePerbesar
Festival Pesona Bauran Cap Go Lak 2019 yang diselenggarakan di Jalan Manisi Lapangan Kampung Jati Pasirbiru, Cibiru, Kota Bandung, Jawa Barat. Festival ini menghadirkan berbagai kesenian dari lintas budaya. (Foto-foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Toleransi, mungkin itulah kata yang tepat mewakili acara Festival Pesona Bauran Cap Go Lak 2019 yang diselenggarakan di Jalan Manisi Lapangan Kampung Jati Pasirbiru, Cibiru, Kota Bandung, Jawa Barat pada Sabtu kemarin (23/2).
ADVERTISEMENT
Cap Go Lak sendiri merupakan pelesetan dari perayaan Cap Go Meh, yang diambil dari kata 'Golak' bahasa Sunda yang artinya bunyi menggelora seperti air mendidih. Kata tersebut mewakili saripati acara yang bergemuruh ramai oleh beragam tetabuhan tradisi.
Cap Go Lak memang hadir untuk merayakan Cap Go Meh. Memberikan penghormatan terhadap masyarakat Tionghoa dalam perspektif seni budaya, sehingga berbaur bersama tanpa batas apapun.
"Acara ini merupakan kebersamaan. Kita tidak ingin ada batasan apa pun. Kata Bauran sendiri merupakan kependekan dari kata ngabaur atau berbaur, sehingga akhirnya menjadi nama festival; yaitu Festival Bauran," ucap Abah Enjoem ketua penyelenggara.
Lebih lanjut Abah Enjoem menjelaskan, seni Bauran Cap Golak diawali dengan kegiatan membersihkan desa, sebagai bentuk gotong royong warga dengan sajian tradisi upacara ruatan kampung.
Tahun ini berbagai acara seni seperti reak, badawang, sisingaan, kuda renggong, kemprung jaipong dan pencak silat yang dibaurkan dengan seni rajawali, barongsai, pun liong sebagai atraksi pariwisata budaya yang menarik.
ADVERTISEMENT
Selain acara untuk mengangkat isu toleransi sebagai ruh kegiatannya, diharapkan Festival Seni Bauran Cap Go Lak yang bekerjasama dengan Kementrian Pariwisata ini mampu menjadi salah satu daya tarik wisata.
"Selain sebagai kegiatan tahunan yang menghadirkan keragaman seni dan budaya. Acara ini pun diharapkan mampu menghasilkan sisi ekonomi untuk masyarakat di sini," jelas Abah Enjoem.
Keinginan Abah Enjoem acara tersebut berdampak kepada masyarakat, baik secara ekonomi maupun sebagai konsep pelestarian seni dan budaya. Abah Enjoem menginginkan masyarakat terlibat secara langsung sehingga hadir kepemilikan bersama festival bauran. Dus, melahirkan festival-festival baru yang lebih khas.
Acara yang diselingi hujan besar tersebut, tidak menyurutkan animo masyarakat untuk menikmati seni budaya di depan rumah mereka sendiri.
ADVERTISEMENT
Tempat penyelenggaraan memang menarik, karena berada di lapangan olahraga warga Manisi. Tidak seperti umumnya festival yang diselenggarakan di tempat besar seperti lapangan bola atau area alun-alun, tempat olahraga ini justru lebih mengakrabkan warga yang terlibat.
Beberapa anak kecil acapkali merengek ingin bersentuhan dengan barongsai, naik seni kuda renggong, bahkan remaja tidak canggung menari bersama mengikuti lagu.
Tentu sebuah hiburan yang murah meriah dan menyenangkan, tanpa harus jauh menempuh perjalanan jauh.
Sore itu usai hujan reda, seni sisingaan menjadi daya tarik anak-anak untuk menunggang Singa yang dimainkan secara atraktif oleh para penari. Sampai jamuan seni kebersamaan tanpa batas apapun itu di akhiri dengan penampilan seni benjang dari Lingkung Seni Benjang Gelar Pusaka Wangi.
Sebuah pementasan yang memerlihatkan kemampuan para pemuda daerah dalam beladiri gulat tradisi khas Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Gelap mulai merayap. Namun bukan berarti helaran festival yang menghormati perbedaan itu berhenti. Mungkin kelak berpuluh tahun ke depan anak-anak yang menyaksikan festival hari itu, akan melahirkan tema toleransi yang sama dengan kemasan berbeda.
Minimal anak-anak itu sadar oleh-oleh pikiran dari Festival Seni Bauran Cap Go Lak, tetangga mereka berbeda pada sisi ras, keyakinan, agama dan keseniannya. Akan tetapi ketika menari dengan kebahagiaan meski hujan mengguyur mereka tetap bahagia bersama. (Agus Bebeng)