Foto: Kritik Pilpres, Tunanetra di Bandung Aksi Jalan Mundur
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Sekelompok disabilitas penyandang tunanetra bersiap bergerak menyuarakan ketidakadilan yang dialaminya, Kamis pagi (31/1/2019). Berbekal semangat dan beberapa baliho mereka berjalan dari Wyata Guna menuju Gedung Sate Bandung.
Namun, bukan seperti pada umumnya orang biasa berjalan, melainkan melakukan jalan mundur sebagai simbol kemunduran pemerintah saat ini.
Mereka yang menamakan Forum Akademisi Luar Biasa meminta perhatian pemerintah untuk para penyandang disabilitas. Selain itu, aksi tersebut juga sebagai respons terhadap isi dan substansi Debat Capres dan Cawapres tahap I yang belum memberikan substansi dan komitmen untuk lebih melayani dan melindungi kaum disabilitas.
Meski di tengah perjalanan diguyur gerimis, para penyandang disablitas terus bergerak membawa tuntutan seperti: Pembentukan Komisi Disabilitas Nasional sesuai UU NO 8. Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.
Mereka juga menuntut untuk mengusut tuntas kasus setoran atlet peraih mendali Asian Paragames yang tidak didaftarkan ke Pengadilan Negeri dan akuntabilitas penggunaannya. Menolak Peraturan Menteri Sosial Nomor 18 Tahun 2018 yang mengubah fungsi panti menjadi balai dan memperjelas posisi Asset dan Pengelolaan Panti Netra Wiyataguna.
Konvoi jalan mundur memang mencuri perhatian pengendara. Tatapan mata tajam menatap mereka yang terus melantunkan nyanyian. Suara klakson yang marah tidak membuat mereka berhenti. Hanya lubang di jalan yang membuat sejenak berhenti karena terjerembab, atau menabrak mobil yang di parkir sembarang.
Aksi jalan mundur berakhir di Gedung Sate diiringi keringat, air mata, dan orasi yang melempar kegundahan mereka.
Siang itu, di antara hiruk pikuk demo buruh yang menuntut keadilan, mereka melemparkan harapannya ke langit Kota Bandung yang sedikit mendung.
(Agus Bebeng)
ADVERTISEMENT