Foto: Perang Tomat, Tradisi 'Membersihkan Diri' Khas Bandung Barat

Konten Media Partner
13 Oktober 2019 21:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Kampung Cikareumbi Kabupaten Bandung Barat saling melempar tomat, Minggu (13/10). (Foto-foto: Agus Bebeng/bandungkiwari.com)
zoom-in-whitePerbesar
Warga Kampung Cikareumbi Kabupaten Bandung Barat saling melempar tomat, Minggu (13/10). (Foto-foto: Agus Bebeng/bandungkiwari.com)
ADVERTISEMENT
BANDUNG BARAT, bandungkiwari - Warga Kampung Cikareumbi RW 03 Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, punya tradisi “perang” yang luar biasa. Perang antarwarga ini diikuti oleh sebagian besar petani dan juga siapa saja, termasuk pendatang dari luar kampung Cikareumbi.
Tidak peduli siapa orang itu, kalau dia datang ke Cikareumbi, pasti akan disambut dengan serangan bertubi-tubi tanpa terkecuali. Inilah yang terjadi pada warga yang melintas ke daerah tersebut pada Minggu (13/10). Warga langsung menyerang, memanaskan “perang”.
Eitsss, jangan berpikir liar dulu. Ini memang perang, tapi bukan perang yang ganas mengakibatkan kematian, melainkan perang yang penuh tawa dan canda.
Perang ini dinamakan 'Rempug Tarung Adu Tomat' atau 'Perang Tomat'. Satu peristiwa perang yang berkaitan dengan makna ngaruwat (ruwatan). Ngaruwat sendiri esensinya membersihkan diri dari hal yang buruk, atau membuang sifat-sifat busuk yang ada dalam setiap individu, atau dengan kata lain "miceun rereged, geugeuleuh keukeumeuh".
Sementara filosofi melemparkan tomat sesungguhnya merupakan simbol membuang sifat-sifat buruk.
ADVERTISEMENT
Tidak selesai pada titik itu. Seluruh tomat yang dilemparkan dikumpulkan kembali untuk dijadikan bahan kompos pupuk tanaman tomat dan sayuran lainnya.
Secara sederhana, tujuan Rempug Tarung Adu Tomat atau Perang Tomat adalah sebagai ungkapan membuang sial segala macam hal-hal buruk atau sifat yang tidak baik di masyarakat maupun hal buruk dengan penyakit tanaman. Proses membuang keburukan ini dipilih dengan saling lempar menggunakan tomat.
Tomat yang digunakan dalam perang ini tentu bukan untuk dikonsumsi, melainkan tomat busuk yang sudah tidak laku dijual. Melimpahnya tomat busuk sebenarnya berasal dari panen tomat para petani di Cikareumbi. Namun sangat disayangkan panen yang melimpah tidak semuanya terserap pasar.
Hasil panen yang melimpah seharusnya membuat petani gembira karena mereka bisa punya penghasilan lebih dari jerih payah mereka. Namun harga tomat yang jatuh di bawah standar harga, membuat petani merugi. Bahkan untuk mengembalikan modal bertani pun terkadang belum cukup.
Selain harga yang jatuh, ongkos angkut tomat dari kebun sampai ke agen penyalur atau bandar begitu mahal. Melihat kondisi yang demikian, alhasil petani bersama Kelompok Seni Mekar Budaya melalui olahan tangan dingin seniman Nanu Muda, merancang kreasi seni perang tomat, yang dimulai sejak 2010 lalu.
ADVERTISEMENT
Sudah sembilan tahun Perang Tomat menjadi identitas warga RW 03 Kampung Cikareumbi Desa Cikidang. Sebuah kegiatan budaya yang berawal dari kekecewaan petani tomat terhadap panen yang melimpah. Namun jika disikapi dengan positif, boleh jadi perang ini bisa menginspirasi daerah lain dalam berkreasi. (Agus Bebeng)