Foto: Tiga Aktris Mainteater Pentaskan Naskah Sastrawati Jerman

Konten Media Partner
19 Desember 2018 10:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto: Tiga Aktris Mainteater Pentaskan Naskah Sastrawati Jerman
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Tiga aktris kelompok teater Bandung, Mainteater, mementaskan “Monolog Suara-suara: Yang tak terlahir, Maria, Desdemona” yang diterjemahkan Dian Ekawati bertempat di IFI–Bandung, Jalan Purnawarman. (Foto-foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Kelompok Mainteater bekerjasama dengan Prodi Sastra Jerman Fakultas Ilmu Budaya Unpad menampilkan tiga monolog perempuan karya Christine Brückner yang berjudul “Monolog Suara-suara: Yang tak terlahir, Maria, Desdemona” yang diterjemahkan Dian Ekawati bertempat di Institut Francais Indonesia – Bandung, Jalan Purnawarman.
Foto: Tiga Aktris Mainteater Pentaskan Naskah Sastrawati Jerman (1)
zoom-in-whitePerbesar
Pementasan yang berlangsung dari Selasa (18/12/2018) sampai Kamis (20/12/2018) ini, menampilkan tiga aktor perempuan Bandung, yaitu; Rinrin Candraresmi berjudul “Perjalanan ke Utrecht: Suara dari Yang Tak Terlahir”, Ria Ellysa Mifelsa “Di mana kau kehilangan suaramu, Maria? - Doa Maria di Gurun Yehuda dan Heliana Sinaga yang mengambil judul “Seandainya kau bicara Desdemona - Seperempat jam terakhir di peraduan Othello, Sang Panglima”.
Foto: Tiga Aktris Mainteater Pentaskan Naskah Sastrawati Jerman (2)
zoom-in-whitePerbesar
Ketiga monolog yang dipentaskan tiga aktor perempuan ini merupakan bagian dari 16 tulisan Christine Brückner, salah seorang penulis perempuan Jerman yang lahir di Schmillinghausen, Hessen pada 10 Desember 1920 dan meninggal di Kassel, 21 Desember 1996.
Foto: Tiga Aktris Mainteater Pentaskan Naskah Sastrawati Jerman (3)
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Tiga Aktris Mainteater Pentaskan Naskah Sastrawati Jerman (4)
zoom-in-whitePerbesar
Christine Brückner merupakan sastrawan yang mengangkat tema-tema mendasar kemanusiaan tentang makna hidup, moral, rasa bersalah, tetapi juga rasa bahagia.
Foto: Tiga Aktris Mainteater Pentaskan Naskah Sastrawati Jerman (5)
zoom-in-whitePerbesar
Pementasan yang memainkan unsur multimedia dan permainan tata cahaya ini menghadirkan pesan kepada para pengunjung tentang kegelisahan, suara hati, pikiran, cinta, harapan yang tidak terucapkan oleh para aktor.
Foto: Tiga Aktris Mainteater Pentaskan Naskah Sastrawati Jerman (6)
zoom-in-whitePerbesar
Rinrin yang hadir dengan keterbatasan gerak karena terjebak dalam kain, Ria dengan kegetiran seorang Maria dengan latar Salib, dan Heliana yang mewakili cinta mendalam kepada sang Panglima harus mengakhiri hidup dengan pilihan bunuh diri, mengajak penonton untuk berimajinasi dan larut dalam dialog psikis para aktor.
Foto: Tiga Aktris Mainteater Pentaskan Naskah Sastrawati Jerman (7)
zoom-in-whitePerbesar
Pementasan yang menujukkan bahwa perempuan yang selama ini digambarkan lemah dan tidak memiliki kuasa, tersimpan kekuatan yang besar dan menentukan.
Foto: Tiga Aktris Mainteater Pentaskan Naskah Sastrawati Jerman (8)
zoom-in-whitePerbesar
Suara mereka perlu didengarkan dan mereka perlu diberi kesempatan untuk bicara dan bersaksi. Oleh karena itulah, pertunjukkan ini dibuat untuk mereka yang hampir kehilangan bahasanya. Untuk mereka yang (terpaksa) diam dan bungkam. (Agus Bebeng)
ADVERTISEMENT