Ging dan Item Berjuang Bareng Kemudian Sama-sama Ditahan Rezim Orde Baru

Konten Media Partner
28 Januari 2019 17:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ging dan Item Berjuang Bareng Kemudian Sama-sama Ditahan Rezim Orde Baru
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Eko Maryadi alias Item, rekan Ging Ginanjar di masa melawan Orde Baru. (Ananda Gabriel)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari – Eko Maryadi alias Item, mantan Ketua Aliansi Jurnalis Independen dan Presiden Southeast Asian Press Alliance (Seapa), hadir dalam acara “Doa untuk Ging” yang digelar seniman dan jurnalis Bandung, di Gedung YPK, Jalan Naripan, Minggu (27/1/2019).
Item yang pernah menjadi tahanan politik (tapol) Orde Baru, memaparkan kesaksiannya tentang sepak terjang Ging Ginanjar dalam memperjuangkan kebebasan pers dan berekspresi.
Hubungan Item dengan Ging semakin intens pasca-peberedelan tiga media massa 21 Juni 1994. Tiga media yang ditutup rezim Soeharti itu ialah Majalah Tmpo, Majalah Editor, dan Tabloid Detik yang menjadi tempat Ging bekerja sebagai koresponden.
Ging yang turut mendeklarasikan pendirian AJI, organisasi yang dibentuk sebagai respons terhadap organisasi wartawan yang ada saat itu namun tunduk pada kekuasaan, banyak menggelar rapat-rapat baik di Bandung maupun di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Di Bandung, kata Item, Ging dan kawan-kawan jurnalis, aktivis HAM dan seniman menempati secretariat di Jalan Morse. Sekretariat ini menjadi kantro produksi majalah Independen.
Ging dan Item Berjuang Bareng Kemudian Sama-sama Ditahan Rezim Orde Baru (1)
zoom-in-whitePerbesar
Acara “Doa untuk Ging” yang digelar seniman dan jurnalis Bandung, di Gedung YPK, Jalan Naripan, Minggu (27/1/2019). (Ananda Gabriel)
“Yang saya ingat dari Ging adalah dia salah satu wartawan yang bisa komputer agak lebih dari yang lain,” katanya.
Di zaman itu, terang Item, belum banyak wartawan yang bisa gunakan program corel draw dan page maker, yaitu program untuk mendesain majalah. Dengan program tersebut, Ging membuat desain Indepnden. “Dan saya kebetulan menjadi salah satu reporter di situ,” katanya.
Selain menjadi reporter Independen, Item ditugaskan mengecek kiriman naskah dari berbagai daerah di Indonesia, terutama Surabaya, Yogyakarta dan Jakarta. Adanya jaringan dengan daerah tersebut terkait dengan pendirian AJI yang dimotori empat organisasi wartawan, yaitu Forum Wartawan Independen Bandung, Surabaya Pers Club, Forum Wartawan Yogyakarta, dan Serikat Jurnalis Independen Jakarta.
ADVERTISEMENT
Namun ada saatnya Item lama tak bertemu Ging. Dengan tuduhan makar karena menerbitkan majalah Independen, Item bersama pendiri AJI lainnya, Ahmad Tufik, pada Maret 1995.
Saat itu di mobilnya terdapat 3.000 eksemplar majalah Independen yang siap didistribusikan. Namun barang bukti tersebut berhasil diamankan. Andai saja 3.000 eksemplar majalah tersebut ikut disita, menurut Item, vonis hakim terhadap dirinya bisa lebih berat lagi.
“Karena saya tahu kalau tertangkap dengan barang bukti itu mungkin hakim di pengadilan negeri Jakarta Pusat tidak akan vonis saya 3 tahun, mungkin saya akan divonis 10 tahun. Tapi terima kasih salah satunya Ging itu orang yang turun tangan, waktu itu bantu ikut sembunyikan majalah itu di suatu tempat bersama Roy Pakpahan,” cerita Item.
ADVERTISEMENT
Selama Item dan Ahmad Taufik ditahan aparat rezim Soeharto, Ging melanjutkan penerbitan Independen secara bahwah tanah. Majalah Independen kemudian berubah nama menjadi Suara Independen. Sampai akhirnya Ging pun ditangkap rezim dan dijebloskan ke penjara.
“Saya bebas jelang Soeharto jatuh dan kami memang tak pernah ketemu. Tapi saya merasa Ging itu teman ideologi saya. Kami jarang ketemu tapi kalau ketemu klik. Ketemu pun Ging seperti biasa lucu, ngabodor, kadang pakai bahasa Sunda,” kata Item. (Iman Herdiana)