“Jais Darga Namaku”, Perempuan Indonesia Pertama yang Jadi Bandar Seni Internasional

Konten Media Partner
20 Mei 2018 4:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
“Jais Darga Namaku”, Perempuan Indonesia Pertama yang Jadi Bandar Seni Internasional
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Buku “Jais Darga Namaku” karya Ahda Imran. (Istimewa)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari – Buku roman autobiografi “Jais Darga Namaku” mengisahkan perjalanan hidup seorang perempuan Indonesia dengan seluruh ambisinya. Menghadirkan lapisan-lapisan 30 tahun perjalanan kisah kehidupan sosok perempuan bernama Jais Darga atau Madam Darga.
Cerita buku beranjak dari berbagai ruang kehidupan pribadi Jais Darga hingga pergulatannya dalam menjejakkan diri sebagai bandar seni atau art dealer skala internasional.
Jais Darga hidup dengan latar belakang keluarga menak Sunda, dunia anak muda Kota Bandung periode 1970-an, hingga bisnis seni rupa di Paris, London, Amsterdam, New York, Singapura, dan Hongkong.
Ambisi Jais Darga kemudian membuatnya dikenal sebagai Jais Darga atau Madam Darga, seorang art dealer internasional di Paris. Ambisi yang membuat Jais terus mengembara ke banyak negeri jauh, sehingga ia tak bisa lagi membedakan apakah ia sedang “pergi” atau “pulang”.
ADVERTISEMENT
Otobiografi (As told to) yang disajikan dengan teknik prosa ini lebih jauh tak hanya berkisah perihal Jais Darga. Tapi mengisahkan pergulatan hidup seorang perempuan, seorang anak, seorang istri dan ibu.
Semua itu berbaur dengan ambisi dan pergulatannya dalam dunia bisnis, ada banyak lapisan kisah yang tersimpan. Kisah perempuan dalam kesepiannya, kegelisahannya, kesakitan, penghianatan, dan penghinaan.
Seluruh lapisan kisah berpusat pada ambisi serta pergulatannya mempertahankan kedaulatan dirinya. Bukan dalam dunia bisnis belaka, tapi juga terhadap kuasa lelaki. Termasuk kedaulatannya atas tubuh dan bagaimana kuasa itu dihadapinya, seperti dikatakan Jais Darga, “Aku tidak merasa dilahirkan sebagai perempuan, tapi terpilih sebagai perempuan.”
“Jais Darga Namaku”, Perempuan Indonesia Pertama yang Jadi Bandar Seni Internasional (1)
zoom-in-whitePerbesar
Jais Darga (kanan) dan Ahda Imran dalam acara diskusi buku “Jais Darga Namaku” di IFI Bandung. (Foto: Iman Herdiana/Bandungkiwari)
ADVERTISEMENT
Novel setebal 540 halaman yang diterbitkan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) tersebut ditulis penyair Bandung, Ahda Imran.
Ahda adalah penulis kelahiran 10 Agustus 1966 di Kanagarian Baruh-gunung, Sumatera Barat. Ia aktif menulis puisi, cerpen, novel, drama, kritik, dan esai. Antologi Puisi tunggalnya yang telah terbit berjudul Dunia Perkawinan (1999), dan Penunggang Kuda Negeri Malam (2008), Rusa Berbulu Merah (2014).
Ahda menulis sejumlah monolog yang telah dipentaskan, antara lain “Inggit” dan “Tan Malaka: Saya Rusa Berbulu Merah”, juga “Monolog Empat Perempuan” yang ditulis bersama Gunawan Maryanto dan Djenar Maesa Ayu.
Bersama Agus Noor dan Hasan Aspani ia menulis lakon “Perempuan-perempuan Chairil”. Ia menyunting sebuah buku antologi; Muktamar, Kumpulan Puisi Penyair Jawa (2003); Aku Akan Pergi ke Banyak Peristiwa, Kumpulan Puisi 9 Penyair Jawa Barat (2005); Di Atas Viaduct (Bandung Dalam Puisi Indonesia) (2009).
ADVERTISEMENT
Tulisannya berupa feature, esai, dan kritik termuat dalam sejumlah buku bunga rampai, 5 Tahun Teater Unlimited, Jaipongan dan Gugum Gumbira, 100 Ikon Bandung (Pikiran Rakyat, 2011), Kaleidoskop Seni Indonesia 2011 (Dewan Kesenian Jakarta, 2012), Dasasila Bandung, Dulu dan Kini (2015).
Novel tersebut dibincangkan oleh Mainteater Bandung yang bekerjasama denganPenerbit KPG, Bale Darga, lewat acara Membincang Jais Darga Namaku, di Auditorium Institut Francais Indonesia (IFI) Jalan Punawarman No. 32 Bandung, Senin pekan lalu.
Acara ini menghadirkan artist talk bersama Jais Darga dan Ahda Imran, pembacaan penggalan Novel Jais Darga Namaku oleh Heliana Sinaga.
Lalu dilanjut dengan sebuah perbincangan oleh Jim Supangkat (Kurator Seni Rupa), Hikmat Gumelar (Sastrawan/esais), Olin Monteiro (Penyair/Aktivis Perempuan), dan dipandu oleh Heru Hikayat (Penulis/ Aktivis Seni), yang membawa khayalak menyelami potret kehidupan seorang Jais Darga yang menarik untuk disimak. (Iman Herdiana)
ADVERTISEMENT