Jawa Barat Ingin Capres Bicara Peralihan Energi Kotor Batubara

Konten Media Partner
7 Februari 2019 9:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gerakan #BersihkanIndonesia menilai visi-misi pasangan Calon Presiden (Capres) Joko Widodo-Maaruf Amin dan Capres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di bidang energi dan lingkungan belum bisa lepas dari energi kotor batubara. (Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Gerakan #BersihkanIndonesia menilai visi-misi pasangan Calon Presiden (Capres) Joko Widodo-Maaruf Amin dan Capres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di bidang energi dan lingkungan belum bisa lepas dari energi kotor batubara. (Istimewa)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Gerakan #BersihkanIndonesia menilai visi-misi pasangan Calon Presiden (Capres) Joko Widodo-Maaruf Amin dan Capres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di bidang energi dan lingkungan belum mampu mengobati luka masyarakat terdampak di daerah tambang, para petani dan nelayan. Gerakan #BersihkanIndonesia adalah sebuah gerakan gabungan 37 lembaga non-partisan termasuk WALHI Jawa Barat. Gerakan ini menyatakan, visi misi kedua pasangan capres masih mengandalkan energi kotor batu bara untuk pemenuhan energi nasional. Namun, gerakan ini juga menilai masih ada waktu bagi kedua pasangan Capres untuk meyakinkan pemilih dalam Debat Capres 17 Februari 2019 dan menyatakan komitmen untuk membawa Indonesia beralih dari era batu bara kotor dan merusak ke energi bersih terbarukan. “Kami sudah pelajari visi-misi keduanya. Sayangnya, Capres Jokowi dan Capres Prabowo masih mengandalkan batu bara untuk energi nasional dan tidak ada satu pun yang bicara tentang dampak-dampak masif mengerikan yang tengah dihadapi para petani, nelayan di pesisir dan warga di desa-desa di daerah tambang,” kata Dadan Ramdan, Direktur Eksekutif WALHI Jawa Barat, melalui siaran persnya. Dengan visi misi tersebut, Capres Jokowi dan Capres Prabowo telah mengabaikan fakta menyedihkan tentang dampak mengerikan tambang batu bara. “Lubang-lubang beracun dibiarkan tanpa diperbaiki. Di Kaltim saja sudah 32 jiwa anak-anak yang meninggal hanya karena hukum tidak tegak di bisnis kotor batu bara ini. Kita juga tidak pernah mendengar baik Capres Jokowi maupun Capres Prabowo bicara soal bencana mengerikan di halaman rumah anak-anak bangsa ini,” ungkap Dadan. Di hilir, bisnis kotor batu bara telah mendorong kemiskinan masyarakat ke level yang mengkhawatirkan. Ia menyebut, puluhan ribu nelayan dan petani terutama di pesisir utara Jawa Barat semakin berkurang pendapatannya karena laut dan daerah pesisir tempat mereka mencari ikan dan bertani rusak. Wahyudin, Kadiv. Pengorganisasian dan Kampanye WALHI Jawa Barat, menjelaskan, buruh tani di Desa Mekarsari Indramayu dan buruh tambak garam di Desa Kanci Cirebon kehidupannya merana karena adanya alih fungsi lahan. Pun nasib nelayan kehilangan wilayah tangkapannya. Dan warga yang menolak diintimidasi dan dikriminalisasi. “Tidak ada perlindungan atas mereka yang berjuang untuk lingkungan dan masa depan mereka,” kata Wahyudin. Sementara Dwi Retnastuti, Deputi Direktur WALHI Jawa Barat juga menjelaskan, saat ini sejumlah daerah terdampak pencemaran batubara mulai menggugat kebijakan energi nasional. Di antara masyarakat yang menggugat adalah mereka yang tinggal di sekitar PLTU Batang, Cirebon, Celukan Bawang (Bali), Indramayu, Pelabuhan Ratu. Menurutnya, hal itu merupakan pelajaran penting bahwa teori meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui proyek-proyek pembangunan energi bersumber batubara hanyalah ilusi. “Kedua capres harus mengakhiri ilusi ini,” jelas Dwi Retnastuti. Lebih lanjut Dadan Ramdan menjelaskan Capres Jokowi dan Capres Prabowo seharusnya memberi harapan bahwa Indonesia akan meninggalkan batubara dan mulai bicara bagaimana peralihan pemanfaatan energi bersih terbarukan menjadi sumber utama energi Indonesia. Karena fakta lainnya, pembangkit listirik batubara kini menjadi pembunuh senyap dan bertanggungjawab atas kematian dini 6.500 jiwa per tahunnya. WALHI Jabar juga menyampaikan laporan terbaru #coalruption, menyebutkan ada hubungan yang kental antara bisnis tambang batu bara dengan pendanaan politik di tingkat daerah dan nasional terutama pilpres. Jika kedua capres tidak ingin dihubungkan dengan bisnis kotor ini, mereka harus bicara tentang peralihan dari pemanfaatan batubara ke energi terbarukan sebagai tumpuan energi nasional. “Tren global adalah mengganti batu bara dengan energi terbarukan. Dan Indonesia dengan kekayaan energi surya dan sumber energi terbarukan lainnya, bisa membawa bangsa ini lebih baik dan menjadi pemimpin global. Pertanyaannya adalah, apakah Capres Jokowi dan Capres Prabowo akan membawa bangsa ini ke energi bersih dan ikut tren global atau masih ingin berkubang pada energi kotor. Mereka harus jawab ini,” tutup Dadan Ramdan. (Iman Herdiana)
ADVERTISEMENT