Jejak Sejarah di Batas Senja

Konten Media Partner
18 Maret 2018 17:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jejak Sejarah di Batas Senja
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Inen Rusnan memperlihatkan kamera Leica F3 miliknya yang terbakar pada 2003 silam (Foto-foto: Agus Bebeng/bandungkiwari.com)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Baru selepas Ashar lelaki baya itu akhirnya bisa ditemui. Keriput kulit wajahnya memberi petanda ribuan matahari telah dilalui. Jalannya terlihat limbung, tetapi semangat perjuangan telah menjadi tongkat penyangga yang menumpu kerentaan tulang kakinya. Meski begitu, cobalah berbincang tentang memotret era film terutama masa kepemimpinan Presiden RI Pertama Ir. Soekarno, dijamin bibirnya akan membuka lipatan sejarah seketika.
Lelaki itu bernama Inen Rusnan. Papah Inen, demikian panggilannya, dilahirkan di Sumedang, 28 Agustus 1937. Mungkin tidak banyak orang yang mengenal sosoknya. Namun di balik tubuhnya yang renta dan kesederhaannya ini, tersimpan catatan sejarah fotografi Indonesia.
Inen memang tidak begitu populer di khasanah fotografi Indonesia, namanya tenggelam dalam hiruk pikuk perkembangan teknologi fotografi. Namun bagi orang-orang yang mencintai sejarah, tentu mengenal namanya. Bagaimana tidak, Inen tercatat dalam sejarah sebagai fotografer Konferensi Asia Afrika pertama pada 1955. Selain itu dirinya merupakan salah satu fotografer termuda Indonesia yang memperebutkan angle bersama para pewarta foto dunia.
ADVERTISEMENT
“Papah yang paling muda saat itu. Kisaran umur 18 taunan pas ikut membantu membuat dokumentasi KAA,” kenang Inen sambil menunjuk foto hitam putih saksi bisu perjalanan dirinya.
Saat itu Inen Rusnan yang hanya mengenyam pendidikan setingkat SMP ditunjuk Departemen Penerangan menjadi wartawan foto peliput konferensi. Inen tidak sendiri saat itu, dia bersama tim menerima amanat yang sangat besar dari negara untuk mengabadikan setiap momen agar tidak terlewat.
“Saat itu bukan tidak ada yang mau moto (memotret). Tapi siapa yang bisa moto? Jaman masih susah. Jangankan bisa moto, pegang kamera mungkin gak pernah,” ucap Inen yang menjelaskan pada saat itu pemilik kamera di Bandung, terbatas orang-orang tertentu saja. “Yang pasti kaya” tegasnya.
ADVERTISEMENT
Namun jangan mengira Inen Rusnan orang kaya pada saat itu. Inen berasal dari keluarga sederhana di daerah Jatinangor. Namun karena tidak mau menyerah dengan keadaan, Inen kecil mengadu nasib di Bandung. Kegetiran dan liku hidup yang penuh cobaan tidak membuatnya menyerah.
Sampai suatu ketika garis nasib berpihak padanya. Inen didaulat menjadi anak angkat seorang fotografer bernama James AS Adiwijaya, pendiri James Press Photo. Inen muda saat itu dibimbing menjadi asisten kamar gelap dan belajar secara langsung dunia fotografi dari sang bapak angkat.
Jejak Sejarah di Batas Senja (1)
zoom-in-whitePerbesar
Inen memperlihatkan sejarah bangunan Gedung Merdeka, Bandung.
James memang tidak pelit dengan ilmu fotografinya. Segala pemahamannya tentang fotografi dicurahkan untuk Inen. Sampai pada titik diberi kepercayaan untuk memotret dengan bekal kamera Leica F3,dan sejak saat itulah Inen bersetubuh dengan fotografi.
ADVERTISEMENT
“Dari bapak James, saya diberi banyak hal, terutama dunia fotografi. Hal yang paling penting mampu menjawab tantangan dan jujur,” ucap Inen dengan mata berkaca, seraya memandang potret hitam putih sang bapak angkat yang tersenyum dengan kameranya.
Saat itu mungkin Inen menjadi orang Bandung yang paling beruntung bertemu dengan banyak tokoh baik skala lokal, nasional maupun tingkat dunia. Hal itu karena Inen merupakan juru foto yang terbiasa membuat dokumentasi acara.
Tak pelak di arsip klisenya terlihat banyak tokoh dunia yang sempat datang ke Indonesia. Meski sudah sepuh Inen mampu menceritakan dengan detail setiap acara yang menampilkan wajah para tokoh tersebut. Terlebih foto yang mellibatkan Presiden Soekarno. Beberapa foto masih terlihat jelas yang menceritakan perjalanan Soekarnao melakukan inspeksi ke keluarga tentara, peresmian bendungan Jatiluhur, Soekarno saat mengajar, bahkan foto peletaka batu pertama Universitas Padjadjaran.
ADVERTISEMENT
Meski sebatas pendokumentasi acara, kerap pula foto yang dibuatnya dimuat di media massa. Jika disejajarkan dengan profesi dewasa ini, Inen bisa disebut pewarta foto lepas. Maka tidaklah mengherankan fotonya kerap mewarnai media massa seperti: Pikiran Rakyat, Sipatahunan, Warta Bandung, Bandung Post, Mangle, Duta Masyarakat, Harian Karya, dan beberapa media lainnya. (Agus Bebeng)