Kisah Sepatu Cibaduyut, Yasa Singgih dan Men’s Republic

Konten Media Partner
26 Mei 2019 18:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Yasa Singgih, Presiden Men’s Republic. (Twitter)
zoom-in-whitePerbesar
Yasa Singgih, Presiden Men’s Republic. (Twitter)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Yasa Singgih bisa jadi contoh bagi kaum milenial yang sukses berbisnis di usia dini. Ya, saat ini usia Yasa baru 24 tahun. Tetapi ia sudah memimpin perusahaan beromset ratusan juta yang didirikan dari nol bernama Men’s Republic.
ADVERTISEMENT
Nama Yasa Singgih memang tidak asing di dunia entrepreneur. Pria kelahiran Bekasi, 23 April 1995 ini mudah dicari di mesin pencari Google. Banyak media online yang mengupas perjalanan kariernya yang menarik. Ia juga sering diundang mengisi diskusi kewirausahaan, salah satunya dalam acara Road Show “Bisnis Modal Jari”, di Harris Hotel & Convention Ciumbuleuit, Bandung, pekan lalu.
Kedatangannya ke Bandung baginya seperti napak tilas. Sebab di Bandunglah ia mewujudkan ide bisnis sepatu yang kini mendunia.
“Tahun 2014 saya mentargetkan harus punya merek sendiri. Saya pergi ke Bandung, ke Cibaduyut untuk bikin sepatu dan mulai jualan,” tutur Yasa, menjelaskan awal mula Men’s Republic memulai bisnis sepatu, di Bandung, baru-baru ini.
Produk sepatu bikinan pusat sepatu di Bandung itu ia jual secara online. Saat itu, Instagram masih baru. Ia menerapkan pemasaran dengan cara endorse selebgram. Di awal kemunculan Instagram, endorse tidak membutuhkan biaya alias gratis.
ADVERTISEMENT
“Saya jualan endorse ke selebgram masih gratis, sekarang 10-15 juta. Dulu kasih barang ke artis, dipromosikan ke IG kita,” kata pria berkacamata minus itu.
Lima tahun kemudian, Men’s Republic jadi brand terkemuka yang punya 5 toko di Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi (Jabodetabek). Pemasaran produk Men’s Republic mengandalkan online, sehingga pangsa pasarnya tersebar di dalam dan luar negeri.
Bisnis yang dijalankan Yasa bisa dibilang model bisnis paling kekinian yang dilakukan kaum milenial, terutama dari segi pendirian dan pemasaran yang mengandalkan sistem online atau e-commerce.
Yasa menuturkan, dirinya tidak lahir dari orang tua yang memiliki harta berlimpah. Malahan kondisi keluarganyalah yang mendorong untuk berwirausaha, berdikari menghasilkan uang sendiri.
ADVERTISEMENT
“Mulai bisnis ketika ayah sakit jantung, harus operasi, sementara duit kurang. Saya dan kakak pikir harus bantu orang tua dan tak lagi meminta uang pada mereka,” kata anak bungsu dari tiga bersaudara pasangan Marga Singgih dan Wanty Sumarta itu.
Meski terkendala modal, ia mengaku beruntung menjadi generasi yang lahir di era teknologi digital dan tatanan industri yang sudah tumbuh dan terus berkembang. Ketika itu ia masih SMA, usianya baru 16 tahun. Ia mulai bisnis kaos secara online. Pemasarannya menggunakan Blackberry Messenger.
Kaos yang ia jual didapat dari pedagang di Tanah Abang. Ia menjualnya dengan cara reseller karena belum punya brand sendiri. “Sekolah saya di Jakarta Barat, tiap hari naik angkot 09. Ambil barang Tanah Abang untuk dijual online,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Kondisi marketplace saat itu belum semarak sekarang. Belum ada Tokopedia, Buka Lapak, Shopee, dan sejenisnya. Satu-satunya situs online yang menjadi pasar jual beli baru Kaskus. Maka selain mengandalkan Blackberry Messenger, ia pun memanfaatkan Kaskus.
“Saya jualan pakai Kaskus, hasilnya bagus, makin lama makin berkembang,” katanya.
Di saat bisnis onlinenya berkibar, ia menjalankan rencana bisnis berikutnya, yaitu mengembangkan brand sendiri yang ia namai Men’s Republic, sebuah brand produk kebutuhan laki-laki seperti sepatu.
Yasa merasakan betul pengaruh teknologi digital terhadap perkembangan dirinya. Terlebih saat ini di mana berbagai toko online terus tumbuh, media sosial menjamur, dan peluang-peluang usaha terbuka lebar.
Bisa dibilang, bisnis online tak ada matinya. Misalnya ketika semua perhatian orang tertuju pada Pemilu 2019 atau pemilihan presiden yang kadang tensinya memanas, ia mengaku bisnisnya di dunia maya tetap jalan.
ADVERTISEMENT
“Saya main di online merasakan banget pertumbuhannya. Misalnya zaman pilpres ekonomi disebut-sebut menurun. Kayaknya di industri online tak berpengaruh. Ruang tumbuh besar. Selama 5 tahun ga pernah penurunan, tiap tahun naik. Itu keberuntungannya main online,” ungkapnya.
Faktor modal yang terbatas juga bukan jadi hambatan untuk berbisnis online. Dengan modal pas-pasan, bisnis online justru sanggup menjangkau pasar di dalam dan luar negeri seperti yang kini dilakoni Men’s Republic.
Bahkan bisnis online sekarang ini tidak perlu lagi survei atau melakukan pendekatan ke lapangan. Misalnya untuk mencari barang reseller, bisa cukup dilakukan dengan jari dan ponsel cerdas.
Dulu waktu ia memulai bisnis online, ia harus melakukan pendekatan kepada pedagang Pasar Tanah Abang, ia harus mencari tahu latar belakang si pedagang. Dengan pendekatan tersebut, ia bisa mendapatkan barang untuk dijual kembali.
ADVERTISEMENT
“Sekarang tidak, ga butuh keluar rumah, jauh lebih simpel lagi,” kata pria yang sedang melanjutkan kuliah S2. (Iman Herdiana)