Kokedama dan Terrarium, Pajangan Unik untuk Mempercantik Ruangan

Konten Media Partner
15 April 2018 8:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kokedama dan Terrarium, Pajangan Unik untuk Mempercantik Ruangan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Teknik menyusun tanaman menjadi hal penting dalam Terrarium (Foto-foto: Agus Bebeng/ bandungkiwari.com
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari-Segar dan teduh. Itulah kesan pertama saat kaki melangkah ke ruangan putih yang dipenuhi berbagai macam bunga. Beberapa vas mini dan bunga yang tergantung memanjakan mata untuk lepas sejenak dari layar gawai yang merusak retina mata.
“Hijau Daun, Go Green Ga Pake Ribet” itulah kalimat pertama yang menyambut kedatangan para tamu yang mengunjungi workshop tempat penjualan dan pengadaan bahan baku untuk para pencinta seni merangkai bunga.
Keterbatasan lahan dan semakin sadarnya masyarakat kota akan lingkungan yang asri diterjemahkan "Hijau Daun" dengan membuat dua produk seni yaitu, kokedama dan terrarium. Dua jenis oprekan seni ini memang sedang digemari masyarakat kota yang ingin mempercantik ruangan dengan nuansa tanaman yang indah.
ADVERTISEMENT
Kokedama berasal dari kata koke (lumut) dan dama (bola) merupakan model tanaman yang ditanam dengan media bola-bola lumut. Kokedama sendiri semula dikembangkan di Jepang yang merupakan seni turunan dari merangkai bonsai.
Kokedama diawali dari nearai, yaitu cara menikmati bonsai dengan mencabut dari medianya dan menanamnya ke dalam lumut. Kokedama umumnya ‘disajikan’ tidak dengan diletakkan, tetapi digantungkan sehingga memperlihatkan bentuk bola yang indah.
Sementara terrarium sendiri merupakan seni menanam dan menyusun tanaman dalam wadah transparan. Kemampuan mengolah beragam tanaman menjadi ekologi buatan ini memerlukan juga kepekaan estetik untuk menempatkan tanaman menjadi komposisi yang memanjakan mata.
Melihat kecendrungan masyarakat urban yang memiliki kesadaran lingkungan dengan tempat terbatas. Pun untuk kepentingan menata ruangan dengan tanaman yang indah, Hijau Daun yang dimotori Shinta Yuana Fitri dan Febrijanti Wardhani menerjemahkan kebutuhan tersebut.
Kokedama dan Terrarium, Pajangan Unik untuk Mempercantik Ruangan (1)
zoom-in-whitePerbesar
Febrijanti Wardhani memperlihatkan Terrarium buatannya di workshop Hijau Daun
ADVERTISEMENT
Berangkat dari hobi mengolah kayu yang memerlukan biaya lumayan besar, akhirnya mereka berdua menerjuni dunia merangkai tanaman menjadi produk seni yang sedap dipandang mata.
“Awalnya melihat kokedama di rumah teman. Karena lucu dengan bentuknya, akhirnya mengikuti workshop kokedama. Dan sejak saat itu, mulailah terlibat dengan tanaman,” ucap Shinta kepada Bandung Kiwari beberapa waktu lalu.
Ketertarikan Shinta dan Febrijanti akhirnya menggerakkan kaki mereka berdua mengikuti beragam workshop kokedama yang diselenggarakan para seniman bunga ini. Sampai pada akhirnya mereka mencoba mengikuti ajang pameran dan mendapat respons luar biasa dari pengunjung. Meski belum genap satu tahun mereka berbisnis kokedama, akhirnya nama Hijau Daun menjadi tempat untuk mencari kokedama.
Dimulai dengan harga Rp 60 ribu, Hijau Daun menjual produk kokedama mereka. Namun tentunya nilai nominal tersebut tergantung pula dari jenis bunga yang menjadi faktor utama menjadikan satu produk kokedama bernilai tinggi. Tidak tertinggal menurut Shinta hal terpenting dari produk kokedama mereka adalah tingkat kerapihan produk.
ADVERTISEMENT
“Banyak juga sih yang jual. Tapi menurut mereka produk kita memiliki kerapihan. Itu yang menjadikan kita sedikit lebih baik dari produk yang lain” jelas Febrijanti yang juga mencintai dunia fotografi.
Namun menurut mereka kendala utama bisnis kokedama dan terrarium berada pada wilayah bahan baku. Sampai saat ini mereka masih memasok bahan baku dari luar negeri, karena kebutuhan beberapa barang masih belum ada di pasaran lokal.
“Moss (lumut), tali untuk kokedama, atau wadah kaca buat terrarium kita harus impor,” ucap Febrijanti.
Keinginan Hijau Daun membuat produk yang mengandung bahan lokal memang untuk saat ini belum bisa terpenuhi, karena kandungan bahan baku untuk mereka seperti terrarium mencapai 80 persen masih impor. Meski tidak menutup mata, ada bahan baku lokal untuk produk mereka, harganya masih jauh di atas pasaran produk impor.
ADVERTISEMENT
“Seperti pernak pernik binatang kecil untuk terrarium harga barang impor hanya seribu rupiah perbuah. Jauh berbeda dengan produk yang dibuat di Indonesia,” jelas Shinta.
Kebutuhan akan bahan baku impor memang tidak bisa dihindari untuk produk kreatif seperti kokedama dan terrarium. Namun hal ini bukan berarti tidak bisa disiasati. Jenis tanaman, misalnya, Indonesia punya keragaman jenis yang bisa dieksplorasi untuk menghasilkan karakter lokal. (Agus Bebeng)