Kolektor Topeng dari Bandung Berburu Sampai Jepang

Konten Media Partner
10 Agustus 2018 12:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kolektor Topeng dari Bandung Berburu Sampai Jepang
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Ragam topeng dipajang di Galeri Seni Abun yang dijadikan ruang apresiasi dan pembelajaran untuk pecinta seni topeng. (Foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Tubuhnya yang berat untuk bergerak perlahan mendekati pajangan topeng Panji yang terpampang di tembok. Jejeran topeng Panji dari beberapa daerah di Pulau Jawa, seolah menarik batas ingatannya pada perjalanan cerita cinta Raden Inu Kertapati dan Dewi Sekartaji.
Sosok sepuh yang mengalami gangguan pendengaran itu - Abun Adira, kolektor topeng sekaligus pemilik Galeri Seni Abun di Jalan Kiaracondong, Cicadas, Bandung. Abun mengamati koleksi topeng Panji yang menjadi kebanggaannya. Di galerinya ada lebih dari 700 topeng yang merupakan bagian dari tradisi Nusantara.
Kakek berusia 75 tahun itu menjelaskan, dia mencintai topeng Panji karena punya nilai pilosofis tinggi. Apalagi ketika dirinya beberapa tahun lalu sempat mengadakan diskusi cerita Panji, yang sekarang telah resmi ditetapkan sebagai ‘ingatan dunia’ atau ‘Memory of the World’ (MoW) oleh Unesco.
ADVERTISEMENT
Memang di galerinya yang terhimpit ruko, topeng representasi dari Raden Inu Kertapati, Panji Semirang, Dewi Sekartaji, Klana Sewandana, Ragil Kuning/Dewi Onengan, Tumenggung Pakencanan, dan karakter lainnya seolah berebut gaya untuk diperhatikan pengunjung.
Keinginan Abun untuk menjaga topeng sebagai warisan budaya, seolah seperti embun pagi yang tidak pernah kapok dibakar matahari. Meski tubuhnya tidak setrengginas masa muda, dirinya acapkali menjelajah mencari topeng.
Kolektor Topeng dari Bandung Berburu Sampai Jepang (1)
zoom-in-whitePerbesar
Abun Adira memerlihatkan topeng koleksinya di Galeri Seni Abun. (Foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
Bahkan kini seperti ada kewajiban jika dirinya menyambangi pameran, pasti jika balik ke Bandung akan membawa bekal topeng. Seperti beberapa waktu lalu dirinya menyambangi pameran di Jepang, yang dibawanya ke Bandung sebuah topeng khas Jepang.
ADVERTISEMENT
“Ini topeng dari Jepang, namanya topeng Hannya. Topeng ini simbol iblis wanita yang biasa digunakan pada teater Noh,” jelas Abun seraya memperlihatkan karakter Hannya, di galeri topengnya baru-baru ini.
Pada penjelasan tersebut, Abun tampak kesal. Dia menyeka keringat yang menuruni lembah keriput wajahnya. Bagi Abun topeng Indonesia tidak kalah secara jenis dan ragam. Setiap daerah memiliki kekayaan topeng yang luar biasa, di mana keragamannya jauh dari negara Jepang. Namun kekayaan topeng Indonesia, menurut Abun tidak didorong dengan promosi yang simultan.
Lebih jauh Abun menjelaskan, di Indonesia hanya beberapa galeri saja yang mengkhususkan diri memamerkan karya seni topeng. Padahal jika ada tempat atau galeri khusus untuk topeng bisa berdampak banyak untuk promosi daerah, kesejahteraan para perajin maupun mengenalkan nilai-nilai budaya yang terdapat pada topeng.
Kolektor Topeng dari Bandung Berburu Sampai Jepang (2)
zoom-in-whitePerbesar
Pengunjung memperhatikan deretan topeng dari pelbagai daérah di Indonesia di Galeri Seni Abun. (Foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
ADVERTISEMENT
Di Bandung sendiri, hanya galerinya yang selalu menjadi rujukan mahasiswa maupun khalayak umum untuk melihat atau menjadi bahan penelitian terkait topeng. Bahkan tidak jarang beberapa pameran yang berhubungan dengan topeng dari luar negeri selalu meminjam koleksinya.
Alih-alih merasa bangga, Abun justru merasa sedih jika hanya galerinya yang menjadi rujukan. Selain karena tempat yang sempit, kemampuan secara finansial dirinya menambah koleksi topeng sangatlah terbatas.
“Harus ada orang lain yang mencintai topeng. Tradisi topeng ini harus diselamatkan,” ucap Abun sambil berjalan memperlihatkan koleksi karya seni lain seperti Wayang Cepak, Kulit, Potehi, Klitik dan Barong.
Sepanjang ruang Galeri sederhana itu, berjuta pasang mata menatap tajam. Beragam emosi menempel pada dinding beku yang mengabarkan cerita kehidupan. Jika saja di antara ratusan topeng itu mampu berkata, mungkin saja mereka akan menyanyikan lagu dari Peterpan yang kini menjadi Noah “Buka dulu topengmu, biar kulihat warnamu”. (Agus Bebeng)
ADVERTISEMENT