news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Komunitas Pahlawan Bencana, Edukasi Soal Bencana Lewat Dongeng

Konten Media Partner
29 November 2018 14:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Komunitas Pahlawan Bencana, Edukasi Soal Bencana Lewat Dongeng
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Relawan Komunitas Pahlawan Bencana sosialisasi kebencanaan lewat dongeng atau cerita di Bandung, Kamis (15/11/2018). (Arie Nugraha)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Bencana alam kerap kali datang tanpa diduga. Kadang sebagian orang, menganggap itu adalah sebuah peringatan dari Maha Kuasa. Namun secara keilmuan, hal itu merupakan penyeimbangan alam terhadap sesuatu yang tidak stabil. Alam merelaksasi dirinya, agar semuanya mendapatkan porsi yang sama.
Penyebabnya antara lain ulah manusia itu sendiri yang sering kali serakah dalam memenuhi kebutuhan kehidupan. Untuk memenuhi hajatnya, selalu mengekplorasi alam dengan porsi yang tidak tepat.
Seperti pembangunan pemukiman, sarana umum, kebutuhan perhiasan, sandang, pangan dan papan. Semuanya dilakukan tanpa menghiraukan keseimbangan alam.
Saat alam menyelaraskan dirinya, manusia menudingnya sebagai bencana. Sehingga sekarang ini diperlukan, pengertian soal bencana itu sendiri agar berbagai kalangan masyarakat mau hidup selaras dengan alam. Tak terkecuali untuk anak-anak.
ADVERTISEMENT
Anak-anak perlu mendapatkan perhatian lebih soal mengantisipasi datangnya bencana alam semisal banjir, gempa bumi, gunung meletus dan sejenisnya. Alasannya sederhana, anak-anak bersama lansia merupakan kelompok yang rentan menjadi korban saat terjadinya bencana alam.
Komunitas Pahlawan Bencana, Edukasi Soal Bencana Lewat Dongeng (1)
zoom-in-whitePerbesar
Relawan Komunitas Pahlawan Bencana sosialisasi kebencanaan lewat dongeng atau cerita di Bandung, Kamis (15/11/2018). (Arie Nugraha)
Penyampaian soal antisipasi bencana terhadap anak-anak ini, dilakukan dengan bahasa tutur dan dimengerti oleh mereka. Dongeng! Ya, benar dengan mendongeng soal antisipasi atau mitigasi bencana menjadi medium yang jitu disampaikan ke anak-anak.
Seperti yang dilakukan oleh Komunitas Pahlawan Bencana. Mereka dengan berkelanjutan mengkampanyekan mitigasi bencana melalui medium cerita bergambar atau dongeng kepada penerus bangsa.
"Jadi tarafnya hanya sebatas kesadaran terhadap kebencanaan, karena kita berpikir memang tahapan pasca-bencana itu sudah banyak yang bergerak ke arah sana. Tapi saat pra bencananya sendiri ini masih banyak orang-orang yang belum tahu harus seperti apa dan sosialisasi tahapan sebelum bencana itu seperti apa," kata Priyangga Dyatmika saat ditemui di Taman Lansia, Jalan Diponegoro, Bandung, baru-baru ini.
ADVERTISEMENT
Priyangga menuturkan komunitasnya banyak menemukan kasus sebagian masyarakat panik saat terjadinya bencana. Itu disebabkan kata Priyangga, ketidaktahuan untuk bertindak saat terjadinya bencana karena minimnya informasi soal mitigasi terutama bagi anak-anak.
Anak harus diberikan informasi, soal pentingnya hidup berdampingan alam yang tidak terlepas dari kejadian bencana alam. Apalagi di Kota Bandung sendiri, potensi terjadinya bencana alam sangat tinggi.
Priyangga mencontohkan di daerah utara Kota Bandung terletak Gunung Api Tangkuban Parahu, di bagian selatan setiap tahun dipastikan banjir, serta sesar aktif Lembang. Sehingga dianggap perlu mensosialisasikan kesiapsiagaan bencana sejak dini dengan mengunjungi sekolah.
"Dikenalkan apa itu bencana, simulasi gempa, karena kita tahu hampir di seluruh Indonesia tidak ada daerah yang rawan gempa. Tapi berdasarkan pengalaman saya pribadi saat sekolah, belum pernah diberikan simulasi gempa. Beda dengan negara-negara lain yang sudah lebih dulu mengenalkan hal ini," kata Priyangga.
ADVERTISEMENT
Contoh yang paling nyata adalah Jepang dan Amerika yang setiap tahunnya pelajar di sana diberikan pengenalan simulasi gempa. Berbagai macam kesiapsiagaan bencana itu, dikemas dalam sebuah dongeng kepada anak-anak.
Setelah anak mengetahui dalam berbagai macam bencana tersebut terjadi berbagai hal, maka tahapan selanjutnya adalah menceritakan soal respon terhadap bencana itu sendiri.
"Ini penting juga karena kita tahu bencana tapi tidak tahu harus ngapain, itu jadi percuma. Misalnya yang sederhana kalau banjir harus pakai sepatu boot untuk melindungi kaki, ada gunung meletus harus lari, ada abu vulkanik pakai masker atau ada gempa ayo berlindung kayak gitu-gitu," jelasnya.
Jika tahapan bencana dan respon bencananya sudah diketahui oleh anak-anak, maka pengenalan lingkungan di sekitar dilakukan. Pengenalan lingkungan tersebut guna mengetahui cara merespon dampak terjadinya bencana, terhadap benda-benda didekat mereka serta proses evakuasi.
ADVERTISEMENT
Sehingga jika terjadi bencana alam berupa gempa bumi, anak - anak sudah memahami apabila lapangan terbuka lebih aman daripada diam di dalam ruangan ataupun kamar mandi. Barang-barang yang menggantung atau menempel di dinding seperti pigura, akan membahayakan apabila jatuh karena kaca penutup pigura pecah.
Pecahan kaca ini menjadi material berbahaya untuk dilalui saat proses evakuasi. Jalur yang lebih aman dari benda yang membahayakan tersebut, harus segera dicari dalam pelatihan evakuasi terhadap anak-anak.
"Fokus pemberian mitigasi bencana ke anak-anak dan kelas empat serta lima. Sehingga mereka bisa menceritakan kembali cerita mitigasi bencana kepada yang lain dan menjadi pahlawan bencana. Bukan voluenternya tapi mereka," tegas Priyangga.
Seperti yang dilakukan olehnya di salah satu pojok di Taman Lansia bersama beberapa teman di Komunitas Pahlawan Bencana. Mereka bercerita soal apa yang disebut banjir, gempa dan lain sebagainya didepan siswa taman kanak-kanak dengan medium buku bergambar berwana ukuran sekitar 30 x 20 centimeter.
ADVERTISEMENT
Lokasinya cukup mumpuni, karena tepat dibelakang para siswa itu berdiri repilka satwa prasejarah Dinosaurus. Setiap penjelasan Priyangga ataupun relawan lainnya, selalu ditanggapi dengan bagus oleh mereka.
Tak hanya siswa, para orang tua yang mendampingi ikut menanggapi setiap penjelasan maupun pertanyaan soal banjir yang diutarakan oleh relawan Komunitas Pahlawan Bencana. Kelompok yang mengaku setiap menggelar kegiatan sosialiasi mitigasi bencana dengan koceknya sendiri itu, siap dipanggil untuk menyebarkan informasi kesiapsiagaan bencana secara gratis. (Arie Nugraha)