LIPI Ciptakan Pembangkit Listrik untuk Desa Terpencil

Konten Media Partner
23 April 2019 12:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peneliti Puslit Telimek LIPI, Anjar Susatyo dan pembangkit listrik Piko Hidro, di LIPI Bandung. (Ananda Gabriel)
zoom-in-whitePerbesar
Peneliti Puslit Telimek LIPI, Anjar Susatyo dan pembangkit listrik Piko Hidro, di LIPI Bandung. (Ananda Gabriel)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari – Bagi masyarakat perkotaan, peran teknologi sangat terasa. Tapi tidak bagi warga yang tinggal di pelosok di mana masih banyak yang belum terjangkau aliran listrik.
ADVERTISEMENT
Kawasan tersebut gelap gulita di malam hari, warganya masih sulit berkomunikasi jarak jauh karena minusnya peran media elektronik dan tidak adanya akses listrik. Padahal listrik merupakan kebutuhan primer umat manusia. Setiap aktivitas manusia membutuhkan listrik.
Dengan latar belakang itu, Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik (Puslit Telimek) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengenalkan hasil penelitian terkait energi terbarukan dengan biaya murah.
Salah satu alat pembangkit listrik yang dikembangkan Puslit Telimek LIPI adalah Piko Hidro, yakni pembangkit listrik yang memanfaatkan kinetik air.
Cara kerja Piko Hidro ialah memanfaatkan potensi energi air dengan head sangat rendah (1–3 meter) dengan debit yang besar. Turbin arus sungai (TAS) bekerja karena adanya energi kinetik air yang mengalir memasuki turbin dan diarahkan oleh sudu pengarah menuju runner atau sudu gerak kemudian keluar melalui sebuah saluran yang disebut draft tube.
ADVERTISEMENT
Energi kinetik air menyebabkan sudu turbin berputar sehingga poros turbin juga ikut berputar.
Peneliti Puslit Telimek LIPI, Anjar Susatyo, mengatakan pembangkit listrik Piko Hidro bisa menghasilkan energi listrik bahkan dari debit air yang sangat kecil.
“Piko Hidro menggunakan turbin sederhana, mudah dipasang, serta ramah bagi organisme air seperti ikan,” terang Anjar Susatyo di Bandung, Senin (22/4).
Selain itu, ia menjelaskan, Piko Hidro mudah dalam pengoperasian dan perawatan, mudah dalam instalasi pada bangunan sipil sederhana dan harganya murah namun kualitas andal.
Piko Hidro buatan LIPI Bandung. (Ananda Gabriel)
Piko Hidro mampu menghasilkan daya listrik sampai 1.000 watt. Instalasi ini cocok diaplikasikan di sungai atau pada saluran irigasi yang memiliki terjunan sekitar 1,5 meter atau lebih dengan debit air lebih dari 0,25 meter kubik per detik.
ADVERTISEMENT
Anjar lalu mencontohkan Piko Hidro 250 watt yang ia kerjakan bersama peneliti LIPI. Piko Hidro tersebut seberat 17 kilogram dan bisa menghasilkan daya 50-250 watt dengan menggunakan head 0,75-2 meter dan debit air 25-30 liter per detik.
Walau energi listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik tidak begitu besar, namun adanya listrik akan sangat membantu masyarakat terutama di daerah terpencil.
Menurut Anjar, energi listrik yang dihasilkan Piko Hidrto tersebut bisa menyalakan tiga buah lampu dan satu televisi. Pembangkit listrik model Piko Hidro ini sudah diuji di Sungai Barabai, Kalimantan Selatan.
Dibandingkan dengan genset, Anjar mengatakan, Piko Hidro lebih praktis. "Bayangkan bila masyarakat di daerah terpencil harus menggunakan genset yang lebih berat dan harus dibongkar dulu saat mau dibawa ke perkampungan," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Mengenai harga, ia menargetkan harga Piko Hidro yang dikembangkan LIPI ini tidak lebih dari Rp10 juta, belum termasuk turbin dan pipa PVC.
Namun kendala yang dihadapi dalam membuat Hidro Piko ada pada generator yang harus memakai produk impor. Tetapi kendala ini bisa diatasi dengan penggunaan generator yang ada di pasaran.
Pihaknya siap memproduksi Piko Hidtro ini 50 unit kurang dari sebulan. “Untuk pembuatan dengan skala 50 bisa 2-3 minggu," ujarnya. (Ananda Gabriel)