Mahasiswa Asing Mainkan Teater Indonesia di UPI

Konten Media Partner
27 April 2019 10:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pementasan teater "Lelaki yang Menikahi Bidadari" yang dilakukan mahasiswa asing di Gedung FPSD, UPI Bandung. (Foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
zoom-in-whitePerbesar
Pementasan teater "Lelaki yang Menikahi Bidadari" yang dilakukan mahasiswa asing di Gedung FPSD, UPI Bandung. (Foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Tentu sudah banyak orang yang mendengar atau membaca cerita tentang Jaka Tarub dan Nawang Wulan. Satu cerita rakyat yang mengisahkan pencurian selendang seorang puteri dari kahyangan bernama Nawang Wulan oleh Jaka Tarub.
ADVERTISEMENT
Setiap orang akan berimajinasi sosok Jaka Tarub yang gagah. Mahir bela diri dan gerak tubuh yang kental dengan nuansa Jawa. Pun halnya ketika membayangkan puteri Nawang Wulan. Pasti yang tergambar perempuan bertubuh kuning langsat dengan gerak kemayu dan santun.
Begitupun halnya ketika membayangkan para bidadari yang sudah dapat dibayangkan cantik dan luar biasa menyenangkan.
Namun jangan bayangkan personifikasi tubuh itu hadir pada pementasan "Lelaki yang Menikahi Bidadari" yang menceritakan kisah Jaka Tarub dan Nawang Wulan di Gedung FPSD, UPI Bandung, Jumat sore (26/4).
Kesakralan cerita itu hilang ketika kita menyaksikan pementasan yang menghadirkan seluruh aktornya tersebut dari luar negeri terbatas dalam dialog dan gerak tubuh yang kaku.
Hal tersebut tentu dapat dimaklumi, karena para aktor adalah mahasiswa asing dari 11 negara yang mengikuti program Dharma Siswa pada program Bahasa Indonesia Penutur Asing yang diselenggarakan Balai Bahasa UPI Bandung.
Tinggalkan sejenak karakter Jaka Tarub dan Nawang Wulan dalam perspektif Indonesia. Karena tentu tidak akan didapati penokohan tersebut pada pementasan "Lelaki Yang Menikahi Bidadari" yang dibuat Burhan Sidiq.
ADVERTISEMENT
Jaka Tarub dan Nawang Wulan kehilangan tubuh budayanya, bahkan dialog mereka acapkali terdengar tidak jelas di atas panggung. Begitu pula para bidadari yang sore itu hadir dengan keragaman warna kulit, bentuk tubuh dan gerak yang berbeda.
Penonton lebih banyak tertawa daripada menyimak alur cerita yang mengisahkan Nawang Wulan kehilangan selendang di tengah hutan karena dicuri Jaka Tarub.
Penonton lebih tertarik melihat kekhasan tubuh budaya para aktor dari luar negeri dengan dialog-dialog yang dibuat menjadi komedi.
"Idealnya cerita ini memang terlalu berat untuk para mahasiswa asing. Tapi melihat mereka mampu memainkannya dalam waktu kurang lebih 2 bulan, itu sangat luar biasa," ucap sang sutradara Rizdky Firmansyah yang kerap dipanggil Zuki.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, dengan tidak adanya dasar teater yang dimiliki para mahasiswa asing pementasan ini terbilang baik. Bahkan Zuki menggarisbawahi pada sisi emosi dan ekspresi para pemain.
"Apalagi bahasa Indonesia mereka masih terbatas dalam memahami naskah," ucap Zuki yang kerap memproduksi pementasan teater.
Memang tidak bisa dipungkiri, teatrikalitas para aktor masih jauh dari tuntutan peran yang seharusnya hadir.
Apalagi kapasitas panggung yang terbatas dengan kondisi ruangan yang panas membuat aktor tampak tidak leluasa bergerak. Namun Zuki menyiasati keterbatasan para aktor dengan metoda Longser dalam garapannya. Hal tersebut dilakukannya untuk menghadirkan sisi interaktif antara pemain dan penonton.
Dalam balutan pakaian tradisi para aktor mencoba untuk menerjemahkan naskah yang penuh pesan dan mitos tersebut.
ADVERTISEMENT
Naskah tersebut memang sengaja dipilih Zuki, karena banyak mengandung mitos, sehingga tidak masuk akal bagi para mahasiswa asing.
"Melalui teater akhirnya mereka belajar cara berpikir dan berekspresi atau berperilaku, supaya tidak terjadi shock culture," ungkapnya.
Pada sisi lain, Daniel Antonio mahasiswa Meksiko yang memerankan tokoh Jaka Tarub, merasa tertantang dengan pementasan tersebut karena ingin memiliki pengalaman baru.
"Hal yang paling susah itu tarian," ucap Daniel yang fasih berbahasa Indonesia.
Dirinya mengakui memiliki banyak hambatan dalam proses pementasan. Namun di balik itu hal terpenting dari pesan moral pementasan ini adalah kejujuran.
"Kita harus jujur. Seperti kalau cinta harus jujur dari awal. Jangan seperti cerita itu. Nanti karmanya menimpa kita," tegasnya.
ADVERTISEMENT
Jaka Tarub yang diperankan Daniel Antonio dengan lawan mainnya Nawang Wulan yang diperankan Zebonisso Samadova, memang jauh dari pendekatan kultural masyarakat Jawa.
Namun setidaknya melihat keinginan mahasiswa asing memelajari bahasa dan budaya Indonesia, ini tentu sebuah cubitan sayang untuk kita, agar lebih seksama untuk menjaga bahasa dan budaya Indonesia. (Agus Bebeng)