news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Mahasiswa yang Dikeluarkan dari Wyata Guna Memilih Bertahan di Trotoar

Konten Media Partner
15 Januari 2020 20:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mahasiswa disabilitas netra yang dikeluarkan dari Wyata Guna Bandung memilih tetap bertahan di trotoar Jalan Padjajaran, Rabu (15/1). (Foto: Assyifa)
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswa disabilitas netra yang dikeluarkan dari Wyata Guna Bandung memilih tetap bertahan di trotoar Jalan Padjajaran, Rabu (15/1). (Foto: Assyifa)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Mahasiswa tunanetra yang dikeluarkan dari kawasan Wyata Guna memilih untuk bertahan di pinggir Jalan Padjajaran Kota Bandung hingga waktu yang belum bisa ditentukan. Mereka yang menamakan diri Forum Akademisi Luar Biasa ini akan tetap bermalam di trotoar hingga ada solusi untuk tempat tinggal mereka.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum datang dan melihat kondisi para mahasiswa ini, Rabu (15/1) pagi. Dalam kunjungannya tersebut, Uu menawarkan solusi untuk merelokasi para mahasiswa tunanetra ke Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi Jawa Barat yang berada Cibabat, Kota Cimahi.
Tawaran ini pun didukung oleh istri Walikota Bandung, Siti Muntamah yang juga datang ke tenda yang didirikan di depan kawasan Wyata Guna. Namun mahasiswa menilai status dan kondisi tempat di Cibabat itu memiliki sejumlah kekurangan.
"Di Cibabat rupanya itu bukan bentuknya panti, tapi masih rumah singgah," ujar Humas Forum Akademisi Luar Biasa, Elda Fahmi, di depan kawasan Wyata Guna, Rabu (15/1).
Selain itu, menurut Elda, kapasitas dari Dinsos Jawa Barat tidak mencukupi untuk menampung seluruh mahasiswa yang dikeluarkan dari Wyata Guna. Pasalnya, terdapat tiga asrama di Dinsos Jawa Barat. "Per asramanya itu maksimal paling padat bisa diisi delapan (orang)," katanya.
ADVERTISEMENT
Sedangkan jumlah keseluruhan mahasiswa yang harus angkat kaki dari kawasan Wyata Guna adalah 32 orang, di mana 24 di antaranya berjenis kelamin laki-laki dan sisanya perempuan. Ditambah dengan empat orang siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) yang telah tinggal di Dinsos Jawa Barat terlebih dahulu.
"Jadi enggak mungkin kalau kami hitung-hitung, putri semuanya delapan orang satu asrama bisa. Terus ini 24 (orang), ditambah di sana empat (orang), jadi satu asrama 14 orang itu enggak mungkin," tutur Elda.
Elda menambahkan, berdasarkan informasi dari siswa SLB yang tinggal di Dinsos Jawa Barat, terdapat beberapa kekurangan yang harus dipertimbangkan. "Di sana airnya jarang kata teman-teman SLB," ujarnya.
Menurut Elda, terdapat beberapa aspek yang menjadi pertimbangan pemindahan ke panti lain. "Pertama harus akses. Kedua harus memperhitungkan juga dari jarak kampus. Ketiga tingkat keramahan di sana, karena di sini anak-anaknya masih pada syok. Terus kapasitasnya," katanya.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, Forum Akademi Tuna Netra tidak menutup diri untuk melakukan negosiasi, terutama dengan Siti Muntamah yang berjanji akan melakukan peninjauan kembali.
"Ketika nanti Bu Siti ke sini, kami mau sampaikan itu. Kami mau bertahan dulu di sini, karena itu bukan solusi," tegas Elda. (Assyifa)