Masyarakat Garis Depan Nusantara Peringati Hari Deklarasi Djoeanda di Bandung

Konten Media Partner
15 Desember 2018 19:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Masyarakat Garis Depan Nusantara Peringati Hari Deklarasi Djoeanda di Bandung
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Masyarakat Garis Depan Nusantara memeringati Deklarasi Djoeanda di Tahura Djoeanda Bandung. Hadir Nurwati, putri bungsu Ir H Djoeanda, Menteri Kelautan era Gus Dur, Sarwono Kusumaatmadja, mantan KSAL Laksamana TNI Ade Supandi, dan sejumlah tokoh lainnya. (Iman Herdiana)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari – Tanpa Ir H Djoeanda Kartawidjaya, Indonesia mungkin sebuah negara kepulauan yang terpisah-pisah oleh lautan. Namun berkat kecerdasan dan keberanian sang Perdana Menteri era Presiden Sukarno, dikumandangkanlah Deklarasi Djoeanda 13 Desember 1957.
Deklarasi ini tegas menyatakan bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan yang disatukan oleh lautan. Konsep negara kepulauan kemudian diakui dunia. Jasa besar Djoeanda itu mendorong Masyarakat Garis Depan Nusantara menggelar peringatan Hari Deklarasi Djoeanda di Bandung, Sabtu sore (15/12/2018).
Peringatan diisi serangkaian acara, antara lain, pemasangan prasasti dan pembacaan deklarasi monumental tersebut. Tempat berlangsungnya acara pun istimewa, yakni di Taman Hutan Raya (Tahura) Djoeanda, kawasan Dago, Bandung. Di bawah patung dada Ir H Djoeanda, prasasti deklarasi dipasang dan dikumandangkan.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Garis Depan Nusantara yang lahir atas inisiatif organisasi pecinta lingkungan Wanadri dan Rumah Nusantara, juga berhasil mendatangkan sejumlah tamu undangan penting, antara lain, Nurwati, putri bungsu Ir H Djoeanda. Hadir pula Menteri Kelautan era Abdurahman Wahid (Gus Dur) Sarwono Kusumaatmadja, mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Ade Supandi, dan sejumlah tokoh lainnya.
Usai pembacaan deklarasi, Nurwati dan para tokoh undangan mendapat piagam penghargaan. Nurwati menyampaikan terima kasihnya atas penghargaan tersebut.
“Apa yang telah dilakukan Bapak Ir H Djoeanda dapat menjadi panutan bagi kami semua dan sekeluarga dan untuk kaum muda agar bisa melanjutkannya. Anak muda adalah penerus perjalanan pemerintahan saat ini,” ungkap Nurwati dengan suara terharu.
ADVERTISEMENT
Sebelum deklarasi, acara dibuka dengan doa bersama dan diskusi tentang Deklarasi Djoeanda. Diskusi yang dipandu tokoh Jabar, Aat Suratin, itu intinya ingin menggali hikmah dan semangat Deklarasi Djoeanda yang kini diperingati sebagai Hari Nusantara.
“Kita di sini berkumpul terkait hal penting memeringati Hari Nusantara yang kita kembalikan menjadi Hari Deklarasi Djoeanda,” kata Aat. “Karena Hari Nusantara adalah hari yang memeringati Deklarasi Djoeanda.”
Hal serupa diungkapkan aktivis Wanadri, Ipong Witono. Menurutnya, pihaknya berusaha konsisten memeringati Deklarasi Djoeanda setiap tahunnya.
“Kita berkumpul memeringati hari Deklarasi Djoeanda bukan Hari Nusantara. Deklarasi Djoeanda penting dimaknai sebagai tonggak kebangkitan bagi Indonesia, sama pentingnya dengan momen Sumpah Pemuda dan bahkan Proklamasi, dalam melengkapi jejak sejarah bangsa Indonesia,” kata Ipong.
ADVERTISEMENT
Ia bersyukur, saat ini Indonesia berupaya meningkatkan kemajuan di sektor bahari dengan dibentuknya Menko Kemaritiman. Dengan begitu ada upaya pemerintah untuk membangun kekuatan pada sektor laut walaupun masih banyak yang harus dikejar.
Ia berharap presiden berikutnya, siapa pun presidennya, mempertahankan Menko Kemaritiman. Peningkatan perlu dilakukan, misalnya, membangun sekolah terkait kelautan, membangun perusahaan kapal laut, memperkuat nelayan, dan lainnya.
“Untuk itu Deklarasi Djoeanda harus disuarakan terus sehingga dapat ruh Deklarasi Djoeanda,” katanya.
Untuk diketahui, Garis Depan Nusantara merupakan tim ekspedisi ke 92 pulau terluar atau terdepan di Indonesia pada 2010-2013. Ekspedisi yang menggali khasanah budaya kelautan Indonesia ini menghasilkan buku Tepian Tanahair. (Iman Herdiana)