Maudy Koesnaedi Dalam Kisah Ronggeng Korban Jugun Ianfu

Konten Media Partner
4 November 2018 9:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Maudy Koesnaedi Dalam Kisah Ronggeng Korban Jugun Ianfu
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Maudy Koesnaedi dalam adegan pementasan teater "Ronggeng Kulawu" karya Ed Jenura dengan sutradara Wawan Sofwan di Selasar Sunaryo Art Space. (Foto-foto: Agus Bebeng)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Hujan reda di area Selasar Sunaryo Art Space, menyisakan anak gerimis yang menyentuh tubuh perempuan di kursi kayu. Maesaroh perempuan yang duduk di kursi kayu itu, seorang ronggeng dari dusun Kulawu yang memiliki cerita menyedihkan tentang hidupnya pada masa penjajahan Jepang.
Mae, demikian menyebut dirinya, bertemu dengan Kapten Kazuo Ito seorang tentara Dai Nippon. Keduanya terlibat kisah cinta yang dipenuhi oleh latar politik dan kekuasaan antara negeri yang dijajah dan yang menjajah.
Mae bertutur tentang hidup yang mengalami kepedihan, dipisahkan dari orang tua dan kang Uja, lelaki yang berjanji menikahinya ketika negara merdeka. Penjajahan Jepang menyeret Mae yang cantik dan ronggeng itu menjadi budak syahwat tentara Jepang.
Maudy Koesnaedi Dalam Kisah Ronggeng Korban Jugun Ianfu (1)
zoom-in-whitePerbesar
Jugun Ianfu, demikian sejarah mencatat para wanita yang dipaksa menjadi budak seks bagi tentara Jepang. Mae merupakan salah satu dari perempuan yang direndahkan dalam kejinya penjajahan itu. Bibirnya yang tipis meluapkan kemarahan dan narasi kepedihan bagaimana dirinya menjadi pemuas syahwat kaum kolonial.
ADVERTISEMENT
Siang dan malam perlakuan tidak berhenti pada Mae. Sampai suatu ketika dirinya terbebas dari pelacuran dan menjadi gundik Kapten Kazuo Ito. Perlakuan yang berbeda didapatkan Mae dari Kazuo membuat memiliki rasa mencintai sang kapten.
Maudy Koesnaedi Dalam Kisah Ronggeng Korban Jugun Ianfu (2)
zoom-in-whitePerbesar
Namun menjadi gundik yang terbebas dari rumah bordil, tidak serta merta memerdekakan dirinya. Mata kebencian masyarakat menempel pada dirinya yang mengganggap Mae sebagai pengkhianat bangsa. Sementara dirinya ingin berjuang memerdekakan bangsa, demi melepas penderitaan yang dideritanya.
Akan tetapi pertemuan Mae sang ronggeng Kulawu dengan Kapten Kazuo Ito harus berakhir ketika Jepang bertekuk lutut pada sekutu. Tubuh Ronggeng Kulawu yang biasa meliuk itu harus berakhir pula dengan pertempuran di rumahnya.
Itulah sekilas pementasan “Ronggeng Kulawu” yang disutradari Wawan Sofwan, naskah karya ED Jenura, dengan pemeran Maudy Koesnaedi sebagai Maesaroh, dan Andi Kanemoto sebagai Kazuo Ito.
Maudy Koesnaedi Dalam Kisah Ronggeng Korban Jugun Ianfu (3)
zoom-in-whitePerbesar
Pementasan yang diselenggarakan oleh Teater Ronggeng Kulawu bekerja sama dengan Selasar Sunaryo Art Space, pada Sabtu (3/11/2018) malam itu bercerita tentang kisah cinta Maesaroh dan Kapten Kazuo Ito dengan latar sejarah penindasan kaum perempuan.
ADVERTISEMENT
Maesaroh malam itu, hanya satu perwakilan sisi gelap dari ratusan perempuan-perempuan Indonesia yang harus membunuh harapan dan mimpi karena penjajahan Jepang. Mereka terlupakan, bahkan mungkin dianggap tidak pernah ada, padahal mereka mengalami kekejaman penjajahan.
Maudy Koesnaedi Dalam Kisah Ronggeng Korban Jugun Ianfu (4)
zoom-in-whitePerbesar
“Saya ingin menyampaikan pesan bahwa perempuan itu orang yang kuat. Memiliki cita-cita yang luar biasa,” ungkap Maudy Koesnaedi usai pementasan.
Secara tersirat Maudy mengungkapkan perempuan saat ini harus bersyukur karena kondisi yang tidak seperti masa penjajahan, karena hal terpenting menurutnya adalah tidak lagi terenggutnya kemerdekaan.
Seperti yang terlihat pada pementasan “Ronggeng Kulawu”, bagaimana Maudy menampilkan sosok Maesaroh yang disiksa, dilecehkan, bahkan dihina oleh penjajah dan bangsa sendiri selama masa penjajahan Jepang itu.
Maudy Koesnaedi Dalam Kisah Ronggeng Korban Jugun Ianfu (5)
zoom-in-whitePerbesar
Sementara itu penulis naskah ED Jenura mengatakan karya yang dibuatnya berdasar pada kecintaannya pada seni tradisi seperti Ronggeng Gunung yang saat ini masih berkembang di daerah Tasikmalaya dan Ciamis.
ADVERTISEMENT
Selain itu karena Wawan sang sutradara memintanya untuk dibuatkan naskah yang terkait hal tersebut. Untuk menguatkan naskah ED Jenura pun memberikan beragam konflik psikologis yang dibangun untuk kekuatan karakter tokoh Maesaroh.
Maudy Koesnaedi Dalam Kisah Ronggeng Korban Jugun Ianfu (6)
zoom-in-whitePerbesar
“Dapat stimulus dari novel dan film yang bercerita banyak tentang perempuan yang tersakiti,” ucap ED Jenura.
Meski pementasan “Ronggeng Kulawu” telah usai, sejumlah penonton masih duduk bercakap tentang pementasan, beberapa diantaranya ada pula yang merenung. “Kita lupa Jugun Ianfu,” ucap seorang penonton sambil pulang menyeret kakinya. (Agus Bebeng)