news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Mengantisipasi Badai Matahari Akibat Melemahnya Medan Magnet Bumi

Konten Media Partner
19 Januari 2019 10:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mengantisipasi Badai Matahari Akibat Melemahnya Medan Magnet Bumi
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Aurora, cahaya di angkasa akibat interaksi medan magnetik dengan matahari. (Pixabay)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari – Salah satu dampak yang perlu diantisipasi dari melemahnya medan magnetik bumi yang kini menjadi perhatian ilmuwan dunia ialah badai matahari atau gelombang geomagnetic (geomagnetic storm). Dalam sejarahnya, gelombang ini pernah mematikan jaringan telegraf, listrik, dan merusak satelit.
Bagaimana hubungan medan magnetik bumi dengan matahari? Profesor Satria Bijaksana, pakar geofisika global dari Institut Teknologi Bandung (ITB), menjelaskan medan magnetik bumi yang berada di dalam perut bumi ternyata tak terhimpit oleh sumbu rotasi. Medan magnetik bumi yang usianya 4,2 miliar tahun – setara dengan proses pembentukan bumi – itu mampu terdeteksi dalam radius 7–10 kali diameter bumi. Diameter bumi adalah 12.742 kilometer.
“Itu sebabkan mengapa masih bisa mengandalkan medan magnet bumi untuk mengendalikan satelit. Medan magnetik bumi tidak berhenti di permukaan bumi,” kata Guru Besar yang juga alumnus ITB dan meraih gelar doktornya di Memorial University of New Foundland, Kanada.
ADVERTISEMENT
Salah satu keistimewaan medan magnetik bumi itu ialah mampu melindungi aktivitas solar wind atau badai matahari. Menurut Satria, saat ini kondisi medan magnetik bumi sedang melemah, sementara kutub magnet utara mengalami pergerakan dari Kanada menuju Siberia, Rusia.
Ia menegaskan, pelemahan medan magnetik bumi tidak perlu dicemaskan. Akan tetapi masalah riil yang perlu diantisipasi ialah badai matahari.
Menurutnya, solar wind sebenarnya bisa ditangkal magnetosfer, yakni selubung magnetik yang dihasilkan medan magnet bumi.
“Yang melindungi kita magnetofer, medan magnetik bumi punya fungsi untuk menghambat solar wind tadi. Karena bumi realtif lebih kecil dari matahari kemudian magnetospare kayak berbentuk cebong, selain melindungi bumi dari solar wind juga benda kosmis lainnya dari luar tata surya kita,” terangnya.
ADVERTISEMENT
Interaksi antara medan magentik bumi dan matahari terjadi saling melemahkan. Jika solar windnya lemah, maka magnetosfernya menguat. Sebaliknya jika magnetosfernya lemah, maka solar windnya yang menguat.
Ada saat ketika intensitas aktivitas matahari meningkat yang menghasilkan badai geomagnetic (geomagnetic storm). Badai ini muncul ketika terjadi Coronal Mass Ejection (CME) yang menghasilkan gelombang kejut geomagnetik.
“Nah, badai geomagnetik ini yang mungkin menimbulkan dampak pada kita,” kata Satria.
Dalam sejarahnya, serangan badai geomagnetik terjadi pada 1859. Peristiwa ini melumpuhkan sistem telekomunikasi tercanggih masa itu, yakni telegraf. Kemudian tahun 1989 terjadi gelombang serupa di Kanada yang mematikan jaringan listrik di negara benua Amerika itu.
Lalu gelombang tersebut juga merusak satu pertiga satelit milik NASA. Ancaman badai geomagnetik ini sudah diantisipasi dengan didirikannya stasiun pengamatan medan magnet bumi, sehingga bisa dipantau kapan badai ini melanda.
ADVERTISEMENT
Di era kekinian, kata Satria, badai geomagnetik bisa menjadi gangguan serius mengingat aktivitas manusia yang sangat tergantung pada teknologi telekomunikasi, internet, belanja atau transaksi online dan lain-lain. Sebab badai ini sudah terbukti mampu mematikan jaringan listrik dan telekomunikasi. (Iman Herdiana)