Menghidupkan Sastra dan Bung Hatta di Halte Bus Bandung

Konten Media Partner
27 Mei 2019 14:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Komunitas Rindu Menanti membersihkan Halte Buahbatu (Perempatan Lampu Merah Buahbatu Soekarno Hatta), Bandung. Mereka juga menghias halte dengan poster dan kutipan Bung Hatta. (Foto-foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
zoom-in-whitePerbesar
Komunitas Rindu Menanti membersihkan Halte Buahbatu (Perempatan Lampu Merah Buahbatu Soekarno Hatta), Bandung. Mereka juga menghias halte dengan poster dan kutipan Bung Hatta. (Foto-foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Di tengah bising informasi, hiruk pikuk capres, kelindan hoaks di media sosial dan kerusuhan Pemilu 2019, sekelompok anak muda yang berideologi radikal santai kembali membuat 'kekacauan'.
ADVERTISEMENT
Mereka menamakan diri komunitas “Rindu Menanti” yang didirikan Rosihan Fahmi pada 11 November 2015. Komunitas ini melakukan gerakan literasi di ruang publik untuk masyarakat terutama anak muda.
Kegelisahan melihat rendahnya minat membaca pada anak muda, membuat komunitas ini rajin menggelar dan membuat ruang persenyawaan dengan buku.
Tercatat Warteg Baca, Angkot Pinter dan Halte Sastra pernah menjadi bagian sejarah mereka dalam melawan kebodohan.
Pada Medio 2018 mereka menyulap halte menjadi ruang baca. Titik tempat manusia bergerak itu mereka manusiakan dengan terlebih dahulu membersihkannya dari sampah, dan dijadikan tempat membaca.
Namun kegiatannya, bukan hanya sebatas menawarkan buku untuk dibaca. Sesekali mereka membaca puisi dengan lantang, dan menemani curhatan para pengguna halte.
ADVERTISEMENT
Halte Sastra sendiri lahir hasil kolaborasi dengan para pegiat seni di kota Bandung. Dinamakan Halte Sastra, karena pada dinding akrilik halte mereka menempelkan stiker gambar sastrawan beserta kutipan syairnya.
Tujuan dari Halte Sastra yaitu menghadirkan kembali sastra di ruang publik, pun memaknakan bahwa sastra mampu diserap orang setiap saat.
Setelah jeda menunggu musim kemarau yang membawa angin perubahan dan cinta, "Rindu Menanti" kembali beraksi.
Bertempat di Halte Buahbatu (Perempatan Lampu Merah Buahbatu Soekarno Hatta) pada Minggu sore (26/5), mereka kembali berhikmat mengolah halte dengan tema “Halte Inspirasi”.
"Sebenarnya gagasan halte inspirasi itu sudah ada sejak satu tahun yang lalu, seusai kita membuat Halte Sastra. Tapi tidak menemukan momen yang tepat kapan eksekusinya," ujar Rosihan Fahmi, inovator pergerakan komunitas anak muda ini.
ADVERTISEMENT
Momentum pascapemilu yang semrawut, membuat mereka menjadi gerah dan tergerak untuk menyikapi kondisi Indonesia.
"Persoalan saat ini terlihat. Di mana perbedaan pendapat, agama hingga haluan politik berpotensi memicu perpecahan. Untuk itu kami menghadirkan Halte Inspirasi dengan menampilkan sosok Muhammad Hatta," tegasnya.
Muhammad Hatta dipilih menjadi ikon pertama Halte Inspirasi, karena sosoknya yang sangat inspiratif; peduli terhadap urusan kebangsaan dan persatuan pada masanya.
"Saya melihat Muhammad Hatta ini, orang menjadikan urusan negara menjadi prioritas pertama dalam hidupnya. Bahkan keluarganya sendiri menjadi nomor kesekian," ujar Fahmi.
Apalagi dirinya menyimak momentum terakhir di Jakarta yang menimbulkan perpecahan dengan friksi agama, perlu disikapi bersama untuk menjahit kembali wacana kebangsaan dan persatuan.
ADVERTISEMENT
Untuk itulah tepatnya Minggu sore di antara persetubuhan dengan Ramadan; terjangan haus, lapar dan debu yang merasuki pikiran, mereka meluncurkan Halte Inspirasi di jalanan kering Soekarno-Hatta, Bandung.
Halte Inspirasi sedikitnya memiliki empat pondasi, yakni perdamaian, kebebasan, kemanusiaan dan kebahagiaan masyarakat. Komunitas Rindu Menanti sepakat bahwa kesatuan Indonesia adalah hal utama dibandingkan kepentingan kelompok.
Dalam kegiatan memberikan roh pada halte sejak sore sampai malam menjelang. Selain memasang stiker berwajah Muhammad Hatta dan kutipan kalimatnya. Mereka terlebih dahulu membersihkan halte dari beragam sampah.
Kemudian membacakan biografi singkat sang tokoh kepada manusia, tanaman, hewan bahkan pada karbon monoksida yang ikut mampir menyimak.
Ke depan, 'Rindu Menanti' berencana membuat Halte Inspirasi tersebut satu bulan sekali dengan satu tokoh tertentu yang sebelumnya telah dipilih dan didiskusikan bersama.
ADVERTISEMENT
"Kami ingin teman-teman komunitas bukan hanya menempel saja tapi tahu persis siapa tokoh itu. Jadi ada aspek edukasinya juga terutama kepada teman-teman relawan," ucap Fahmi seraya menikmati buka puasa bersama musim kering yang membekukan.
Ke depan tentunya di beberapa halte di kota Bandung akan hadir tokoh-tokoh dunia yang memiliki semangat perdamaian, spirit persatuan hadir menyapa Anda di setiap pemberhentian sejenak.
Mungkin akan hadir Malala Yousafzai, Mahatma Gandhi, Martin Luther King, atau Nelson Mandela. Namun untuk Minggu sore itu Moh. Hatta terlebih dahulu menyapa masyarakat di seputaran Soekarno-Hatta.
“Kita masih terus berjuang jadi tuan rumah di negeri sendiri, tanyakan pada diri, Apa yang sudah saya beri pada bangsa ini?”. Kutipan dari Hatta tersebut menyeruak hadir pada nalar publik yang masih terkunci peristiwa demo Jakarta.
ADVERTISEMENT
Terbayang baktimu, terbayang jasamu
Terbayang jelas jiwa sederhanamu
Bernisan bangga, berkafan doa
Dari kami yang merindukan orang
Sepertimu.
Hujan air mata dari pelosok negeri
Saat melepas engkau pergi...
Dan syair lagu Iwan Fals tersebut menemani perjalanan malam yang semakin bercabang. (Agus Bebeng)