Monster-monster di Rumah Seniman Bandung

Konten Media Partner
6 Agustus 2018 19:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Monster-monster di Rumah Seniman Bandung
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Lukisan karya Ardiyanto "Anto" Seri Unstory dalam pameran open studio bertajuk “Ziarah yang Lalu” di rumahnya Sarijadi Blok 1/44 Rt 02 Rw 02 Bandung. (Istimewa)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari – Ada kalanya seorang pelukis tiba pada saat membuat karya abstrak yang tak mudah dimengerti kecuali berkelindannya warna dan garis-garis yang rumit ataupun sederhana. Fenomena ini pula yang kini ditempuh perupa Ardiyanto “Anto” dalam sejumlah karya mutakhirnya.
Seniman jebolan seni rupa Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Bandung (kini Universitas Pendidikan Indonesia) itu, kini menekuni kolase abstrak, meski tidak sedikit juga karyanya yang dibuat dengan teknik dan media campuran.
Anto menggelar open studio bertajuk “Ziarah yang Lalu” di rumahnya Sarijadi Blok 1/44 Rt 02 Rw 02 Bandung. Lewat pameran ini pengunjung bisa menyimak bagaimana perjalanan seniman sebelum menghasilkan atau menuju karya abstrak.
Di studionya, pengunjung bisa melihat sejumlah tema yang telah dikerjakan, antara lain, kehidupan sehari-hari dan inspirasi dari berbagai pertunjukan tradisi dengan corak yang banyak dipengaruhi Joan Miro, Klee, kelompok Cobra dan terutama kubisme Picasso (1991-1995).
ADVERTISEMENT
Anto juga mengolah perspektif dari gambar anak, objek-objek terdiri dari berbagai pecahan binatang yang digabung menjadi bentuk sintesa, distorsi dan menjadi makhluk yang absurd.
Era berikutnya (1997-1999), Anto mengaku dipengaruhi oleh R Rauschenberg secara kebentukan dan tetap mengadopsi seni rupa anak. Tema-tema tersebut merupakan kritik, opini, harapan, kekecewaan tentang dunia pendidikan di perguruan tinggi sebagai subject matter kekaryaan dari seri "Transformasi Pikiran Transmisi Kebudayaan". Ia banyak mengerjakan karya dengan teknik campuran di atas kanvas maupun karya xerography dan cukilan kayu.
Kritik terhadap Pendidikan terlihat dari lukisan berjudul “Cuci Otak 1” dan “Cuci Otak 2”. Anto menyajikan sejumlah bebek yang berdiri tegak, buku-buku yang dicuci dengan sabun kualitas rendah, jarum suntik dan gambar bohlam. Semuanya dilukis dalam bentuk dan warna yang muram.
ADVERTISEMENT
Seri berikutnya (2007-2009), ia mengkritisi dan membaca kembali sejarah seni rupa modern Barat dalam beberapa karya dijuntaposisikan dengan ikon-ikon seni rupa lokal dengan pendekatan aprosiasi pada karya-karya di Barat dan di medan seni rupa lokal.
Dalam lukisan berjudul “Arak-arakan Mistis” yang dikoleksi Ir Mulyanto MM, Anto menyajikan monster-monster kecil dengan bentuk aneh, beberapa ada yang bergigi tajam dengan lidah menjulur. Mereka dilukis dengan warna-warna cerah. Tapi monster itu terlihat juga seperti mainan anak yang diperbuas. Bahkan di lukisan tentang monster lainnya, ia menyajikan simbol Ghostbusters.
Berikutnya, tema tentang identitas sejarah terinspirasi banyak saat mendampingi para peternak lokal di Cikajang, Garut (2005-2007). Ia menyajikan isu-isu yang berkait dengan hibriditas, keaslian, sintesa, genetik dan kolonialisme melalui subject matter kambung ettawa maupun domba Garut.
ADVERTISEMENT
Ia melukis domba-domba dalam bentuk kartun pada lukisan berjudul “Native, Migration & Myth”, serta “Native & Migration”. Di sini ia menampilkan domba jantan dengan tanduk melingkari kepalanya, serta ada silhuet domba yang beradu.
Ia juga memamerkan simbol-simbol lokal “Hero Versus Hero”, yakni sebuah lukisan tentang Gatot Kaca dan Si Buta Dari Goa Hantu. Super hero lokal ini mendapat sentuhan kubisme berupa tarikan garis-garil lurus tanpa lengkung. Lalu pada lukisan lain ia menyampilkan tokoh Punakawan seperti Semar, Gareng, Petruk, Bagong.
Adapun karya relatif baru adalah daur ulang dari era kebentukan yang dipengaruhi seni rupa anak, kelompok Cobra saat 1992-1994 yang didaur ulang dengan stilasi, deformasi dan distorsi objek yang lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
Corak abstrak mulai terlihat di era 2015-2016 yang merupakan transisi menuju abstrak ekspresionisme dengan teknik (dominan) kolase pada era berikutnya: 2016-2018.
“Bagi saya berubah corak karya, teknik, material, metode kreasi adalah hal yang wajar terjadi dan seharusnya. Sehingga saya tidak beranggapan bahwa ciri khas visual seorang perlu dipertahankan sebagai identitas,” jelas Anto, kepada Bandungkiwari.com.
Monster-monster di Rumah Seniman Bandung (1)
zoom-in-whitePerbesar
Lukisan karya Ardiyanto "Anto" dalam pameran open studio bertajuk “Ziarah yang Lalu” di rumahnya Sarijadi Blok 1/44 Rt 02 Rw 02 Bandung. (Istimewa)
Melalui putusan yang cair dan fleksibel tersebut, ia merasa bisa berkarya sesuai dengan kebutuhan tema (konten) kebutuhan teknik dan material serta gagasan yang diusung.
Open studio Anto bagian dari rangkaian acara yang digagas BDG Connex bertajuk “Bandung Art Month 2018: Balik Bandung” yang digelar 14 Juli hingga 15 Agustus 2018.
ADVERTISEMENT
Anto mengatakan, open studio ditunjukan bagi masyarakat luas. Masyarakat diharapkan dapat mengalami pengalaman berkarya di studio pribadi seniman dengan segala proses kreatif yang telah dilalui dari waktu ke waktu.
Masyarakat sebagai apresiator juga dapat berdialog langsung dengan seniman berkit dengan berbagai hal yang dikerjakan seniman. Termasuk pertimbangan material, teknik, tema maupun corak serta metode kreasi yang ditempuh saat berkarya.
Menurutnya, open studio selain menyajikan suasana proses, juga menyajikan karya-karya lama sebelum periode abstrak ekspresionistik.
“Ini buat saya adalah mereview atau ‘memandang kembali' karya lama untuk proses kreasi saat ini dan nanti. Semacam wisata pribadi dari karya-karya dan gagasan sebelumnya, re-evaluasi sekaligus menggali ide-ide, bentuk-bentuk, metode-metode yang bisa dikembangkan, dirusak, dikritisi oleh saya untuk kebutuhan artistik dan estetik karya saya,” paparnya.
ADVERTISEMENT
Ia mengakui, karyanya saat ini makin menjauh dengan karya-karyanya yang terdahulu. “Makin menjauh dari bentuk representasional yang agak naif-naif, kayak monster-monster,” ujarnya.
Sebelum open studio di rumahnya, Anto menggelar pameran di The Space, The Parlor, Jalan Rancakendal Luhur 9 Dago Atas, Bandung. Pameran ini memamerkan karya-karya paling anyar yang didominasi corak abstrak. (Iman Herdiana)