Musim Hujan, Cabai Jadi Mahal dan Cepat Busuk

Konten Media Partner
17 Januari 2020 20:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Musim hujan memicu harga cabai naik (Foto: Assyifa)
zoom-in-whitePerbesar
Musim hujan memicu harga cabai naik (Foto: Assyifa)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Curah hujan yang cukup tinggi di sejumlah wilayah di Indonesia dalam beberapa bulan terakhir menyebabkan harga komoditas cabai di sejumlah pasar tradisional di Kota Bandung terus merangkak naik.
ADVERTISEMENT
Di Pasar Kosambi misalnya, setidaknya, terdapat empat jenis cabai yang mengalami peningkatan harga sejak sekitar dua bulan yang lalu.
Keempat jenis cabai tersebut adalah cabai tanjung, cabai keriting merah, cabai TW, dan cabai rawit merah. Seorang pedagang bahan dapur dan sayuran, Iis, kini mematok harga sebesar Rp75 ribu untuk sekilo cabai tanjung.
Sekitar dua bulan yang lalu, Iis menjual cabai tanjung dengan harga Rp35ribu - Rp40 ribu per kilogram. Angka tersebut pun merangkak naik secara bertahap hingga mencapai harga Rp60 ribu per kilogram, sebelum kemudian mengalami lonjakan yang signifikan.
Sementara, cabai keriting merah yang awalnya dijual seharga Rp35 ribu per kilogram, terus mengalami kenaikan harga hingga Rp55 ribi per kilogram dan kini melonjak seharga Rp65 ribu per kilogram.
ADVERTISEMENT
Hal serupa juga terjadi pada cabai TW. Cabai yang sebekumnya dijual seharga Rp40 ribu per kilogram ini, naik perlahan hingga mencapai harga Rp65 ribu per kilogram. Kini, cabai jenis tersebut pun dijual dengan harga Rp85 ribu per kilogram.
Cabai rawit merah pun mengalami hal yang sama. Cabai jenis ini kini dijual seharga Rp80 ribu per kilogram. Sebelum mengalami lonjakan, cabai rawit merah dipatok dengan harga Rp50 ribu per kilogram yang kemudian naik bertahap hingga mencapai angka Rp75 ribu per kilogram.
Sementara itu, harga komoditas sayuran dan bahan dapur lainnya cenderung stabil. Bahkan, sudah seminggu ini harga bawang merah turun dari Rp48 ribu - Rp50 ribu per kilogram menjadi Rp34 ribu per kilogram.
ADVERTISEMENT
Dari harga tersebut, Iis menyebutkan, dirinya bisa mengambil keuntungan sekitar 20-30 persen. Namun, ketika terjadi kenaikan harga seperti saat ini, ia pun mengalami kerugian.
"Misalkan kalau ada yang mau beli, harga naik, kebanyakan enggak jadi atau yang tadinya beli sepuluh kilogram jadi dikurangi," ujar Iis, di Pasar Kosambi, Jumat (17/1).
Meski begitu, mengaku adanya kemungkinan perbedaan harga antar para penjual. "Tergantung kita supplier-nya dari mana. Kalaupun ada perbedaan harga, enggak akan jauh," tuturnya.
Menurut Iis, kenaikan harga ini terjadi lantaran cuaca yang sedang tidak baik. "Kalau hujan, kayak sayuran atau buah-buahan itu cepat busuk. Ditambah dengan petani ladangnya terendam air dan lain sebagainya," ujarnya.
Bahkan, Iis mengaku, kerap membuang cabai dagangannya yang membusuk dan tidak bisa dijual. "Pas kemarin hampir setiap hari hujan, misal dari tiga kilogram, saya bisa membuang 3 ons sampai setengah kilogram per jenisnya," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Sehingga, kondisi ini pun menimbulkan kerugian bagi Iis dan pedagang bahan dapur lainnya. "Gede modalnya, kalau kebuang ya wassalam," katanya.
Iis pun berharap, adanya peranan pemerintah untuk meningkatkan daya beli masyarakat. "Rasanya enggak adil kalau beli di supermarket, harga mahal, tapi enggak pernah nawar. Coba di sini, pasti ditawar. Padahal, harga jauh beda sama di supermarket. Kalau daya beli masyarakat tinggi kan in syaa Allah kita juga ramai jualannya," harap Iis. (Assyifa)