Pameran Lukisan 'Energy', Saat Ridwan Kamil Ikut Memajang Karyanya

Konten Media Partner
12 Januari 2020 16:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pameran lukisan bertajuk "Energy" yang memajang karya 13 seniman termasuk karya Jeihan Sukmantoro yang wafat akhir 29 November 2019. (Foto-foto: Agus Bebeng/bandungkiwari.com)
zoom-in-whitePerbesar
Pameran lukisan bertajuk "Energy" yang memajang karya 13 seniman termasuk karya Jeihan Sukmantoro yang wafat akhir 29 November 2019. (Foto-foto: Agus Bebeng/bandungkiwari.com)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Galeri Pusat Kebudayaan Bandung sejak Jumat (10/1) malam menawarkan sajian menu visual yang spesial. Berbeda dengan sejumlah pameran sebelumnya, pameran bertajuk ‘Energy’ ini menampilkan karya lukis dari beberapa seniman terkenal Indonesia ini.
ADVERTISEMENT
Melibatkan 13 seniman yaitu Jeihan Sukmantoro, Sri Warso, Nasirun, Syahnagra, Tisna Sanjaya, Diyanto, Isa Perkasa, Iconk, Nadia Tarsanto, Ade Artie, Indah Arsyad, Ida Ahmad, dan Bibiana Lee, pameran ini berlangsung sejak 10-20 Januari 2020.
Selain menampilkan karya para seniman, tidak ketinggalan Gubernur Jabar Ridwan Kamil, yang kerap dipanggil Kang Emil, ikut pula memajang karyanya dalam pameran tersebut.
Dalam sambutannya, Isa Perkasa yang menjadi Kurator di Galeri Pusat Kebudayaan, menyambut gembira kehadiran pameran 'Energy'. Isa menyatakan sejak lama Galeri Pusat Kebudayaan yang dulu disebut YPK menjadi energi untuk berkumpul, berdiskusi, berkarya, berpameran para seniman.
Dari tempat ini pulalah lahir para seniman besar Indonesia, tercatat nama seperti; Safei Soemarja, Afandi, Popo Iskandar, Barll, Remy Sylado dan banyak seniman lainnya pernah berinteraksi di YPK.
ADVERTISEMENT
"Pameran ini merupakan wasiat dari Jeihan yang hari ini bertepatan 40 hari beliau meninggal," ucapnya.
Pameran yang bertajuk 'Energy' memang menjadi ruang bertemu para seniman untuk mengusung totalitas dalam berkarya. Sekaligus menapaki kembali semangat berkarya seorang maestro Jeihan.
Dalam kesempatan pembukaan pameran tersebut, perupa internasional Syahnagra menjelaskan latar belakang pameran 'Energy'. Saat itu Syahnagra mendapat kabar kondisi kesehatan Jeihan menurun. Setelah bertemu dengan Jeihan, dirinya bercerita banyak tentang pameran dan keinginannya membuat acara yang besar.
"Ketika datang, Jeihan mengatakan kita harus bikin pameran yang hebat," ucapnya mengenang pertemuan.
Syahnagra saat itu kebingungan tema apa yang akan diangkat sebagai pameran tersebut. Namun sebelum pulang dirinya sempat melihat lukisan karya Jeihan yang berwarna merah. Lukisan dengan sosok perempuan berbaju merah dengan latar belakang merah itu menarik perhatiannya.
ADVERTISEMENT
Baginya lukisan tersebut menyampaikan imajinasi bahwa dirinya memiliki semangat yang besar. Dirinya seperti matahari yang tak habis menyinari dunia. Lukisan itulah yang menjadi pemantik Syahnagra menemukan teks 'Energy' yang menjadi tema pameran.
Pada sisi lain Syahnagra menyambut baik kedatangan Gubernur Jabar Ridwan Kamil pada pameran ini. Bahkan kedatangan Kang Emil saat malam persiapan pameran mendapat perhatiannya. "Kedatangan gubernur malam-malam merupakan doa yang luarbiasa. Cuma doa pemimpin yang paling penting buat seniman," tegasnya.
Syahnagra mencontohkan bagaimana seorang Bung Karno, Presiden pertama RI, bisa menjadi hebat karena selalu berdiskusi dengan seniman, di belakang istana.
Kehadiran Kang Emil bukan hanya sebatas meresmikan pembukaan pameran. Sejumlah karyanya bahkan ikut dikurasi dan dipamerkan bersama karya perupa lainnya.
ADVERTISEMENT
Latar belakang pendidikan sebagai arsitektur memang menjadikan mantan Walikota Bandung itu terbiasa membuat sketsa. Hal itu pulalah yang menjadikan dirinya dekat dengan seni rupa. "Seni rupa bagi saya storry telling, bercerita," ujarnya.
Emil mengakui dirinya bukan seniman, tapi baginya seni rupa menjadi ruang dan sarana mengekspresikan kemanusiaan. "Saya melukis menemukan ketenangan. Kepala saya penuh dengan ribuan input berita negatif. Saya bisa tenang hanya sedang solat dan ketika melukis," ucapnya.
Dua hal tersebut menurut Emil, merupakan bagian dari kontemplasi. Sementara terkait aliran lukisannya sendiri, pria berkacamata ini tidak mengetahuinya. Dirinya hanya melepaskan apa yang dalam dalam kepalanya.
Emil juga sempat mengakui dirinya pecinta keindahan. "Saya ini suka dengan yang indah, maka saya memilih gadis tercantik di Dago Pojok, dari banyak lukisan. Saya memilih lukisan yang paling indah ini," selorohnya seraya menunjuk istrinya, Atalia Praratya Kamil yang ikut serta menyaksikan pameran.
Pameran yang akan berlangsung hingga 20 Januari 2020 ini terbuka untuk umum. Masyarakat bisa mengapresiasi beragam aliran dan pesan-pesan yang tersimpan di balik goresan para seniman Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pameran ini diharapkan memberikan spirit dan pelajaran penting dalam perkembangan kesenian. Sekaligus, pameran ini menjadi bukti bahwa energi adalah kekuatan yang bisa membangun, mengajak semua ikut bergembira bersama. (Agus Bebeng)