Foto: Pawai Obor Anak-anak Peringati Hari Lahir Inggit Garnasih

Konten Media Partner
17 Februari 2019 9:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Komunitas Sakola Ra'jat (SR) Iboe Inggit Garnasih melakukan serangkaian kegiatan Bulan Cinta Inggit Garnasih. (Foto-foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
zoom-in-whitePerbesar
Komunitas Sakola Ra'jat (SR) Iboe Inggit Garnasih melakukan serangkaian kegiatan Bulan Cinta Inggit Garnasih. (Foto-foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Percakapan anak gerimis bersama kekerdilan cahaya obor menggiring suasana haru. Cericit suara sound system berebut telinga dengan kaki-kaki kecil yang berkecipuk menginjak genangan air.
ADVERTISEMENT
Apalagi saat mata menangkap poster hitam putih perempuan sederhana berkebaya yang menempel pada tembok rumah depan halaman Aula RW 09 Lio Genténg Bandung, suasana terasa begitu menyesakkan.
Beberapa lilin yang menyala seolah ingin menerangi cerita hitam dan putih kehidupan perempuan di poster itu. Pertanyaannya siapakah perempuan itu? Dialah perempuan yang bernama Inggit Garnasih.
Tentu tidak banyak orang di negeri ini yang tahu siapa sosok Inggit Garnasih. Jangankan di Indonesia, di Bandung sendiri tempat dirinya berjuang dulu tidak banyak orang yang tahu. Kecuali orang tua yang sudah sepuh dan mengalami hidup di masa perjuangan fisik dulu.
Inggit Garnasih memang tidak terkenal. Aku namanya tenggelam dibandingkan tokoh perempuan pejuang lainnya. Padahal jasanya tentu luar biasa mengantar seorang pemuda bernama Soekarno menjadi Presiden Pertama di negeri ini.
Mengingat pentingnya mengenalkan Inggit kepada khalayak luas terutama anak-anak dan remaja saat ini, komunitas Sakola Ra'jat (SR) Iboe Inggit Garnasih melakukan serangkaian kegiatan pada Februari yang dilabeli Bulan Cinta Inggit Garnasih; salah satunya peringatan hari lahir beliau.
Sabtu (16/2) malam, SR mengenang hari kelahiran Inggit Garnasih yang lahir pada 17 Februari 1888 di desa Kamasan, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung.
ADVERTISEMENT
Inggit yang merupakan istri kedua presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno diperingati kelahirannya dengan sangat sederhana. Hanya menyalakan obor, penyalaan lilin, penaburan bunga, pembacaan sejarah hidup, serta lantunan do'a.
Tak ada kemeriahan. Tak ada nyanyian. Tak ada orasi yang menggebu. Tak ada gugatan, yang ada hanya tetesan airmata dan sedu sedan.
Bersama gerimis tipis yang mengulang batas perjuangan, mereka mengenang pejuang yang sederhana.
Di akhir hayatnya, Inggit begitu sederhana. Sesederhana makamnya yang terletak di tempat pemakaman umum Porib Bandung.
Malam boleh beranjak. Jaman boleh bergerak. Namun jasa pejuang harus selalu membayang. (Agus Bebeng)