Foto: Pelajar Bandung Tulis Surat Cinta untuk Ibu Inggit Garnasih

Konten Media Partner
15 Februari 2019 9:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Siswa-siswi SMP Dewi Sartika, Jalan Kautamaan Istri, Bandung, menulis surat cinta untuk Inggit Garnasih. (Foto-foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
zoom-in-whitePerbesar
Siswa-siswi SMP Dewi Sartika, Jalan Kautamaan Istri, Bandung, menulis surat cinta untuk Inggit Garnasih. (Foto-foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Ruangan kelas bersejarah SMP Dewi Sartika, Jalan Kautamaan Istri, Bandung, pagi itu bertemu dengan sosok perempuan pejuang yang namanya tidak begitu terkenal dalam memori kolektif banyak orang; Inggit Garnasih.
ADVERTISEMENT
Tentu bukan tanpa sebab komunitas Sakola Ra'jat (SR) Iboe Inggit Garnasih mengadakan kegiatan "Menulis Surat Cinta untuk Ibu Bangsa" yang ditujukan untuk mengenang kelahiran tokoh pejuang; Inggit Garnasih yang lahir pada 17 Februari 1888 di desa Kamasan, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung.
Cucu Inggit Garnasih, Tito Zeni Asmarahadi, menerangkan sejarah Inggit Garnasih kepada siswa-siswi. (Foto-foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
Kegiatan yang diselenggarakan SR tersebut merupakan rangkaian Peringataan Bulan Cinta Ibu Bangsa Inggit Garnasih yang telah diselenggarakan sejak 2015 lalu.
Menurut koordinator SR, Gatot Gunawan kegiatan tersebut sebagai bentuk merawat memori kolektif masyarakat khususnya generasi muda, akan jasa dan pengabdian Inggit Garnasih kepada negara.
"Sepeninggal Ibu Inggit Garnasih pada tahun 1984 ditambah adanya upaya de-Sukarnoisasi pada masa Orde Baru, nama Ibu Inggit Garnasih surut perlahan," ungkapnya.
Hal tersebut seiring minimnya narasi sejarah ataupun cerita lisan dari orangtua terdahulu tentang sosok Inggit Garnasih. Tidak mengherankan pada saat ini banyak orang yang tidak mengetahui peran perjuangan dan jasa dari Inggit Garnasih yang juga merupakan seorang perintis kemerdekaan.
ADVERTISEMENT
"Padahal apabila kita gali lebih jauh kisah hidup Ibu Inggit, beliau banyak meninggalkan pesan moral dan keteladanan bagi seluruh rakyat Indonesia," jelas Gatot yang juga merupakan seorang penari.
Kegiatan yang diselenggarakan pada Kamis (14/2) tersebut memang terasa istimewa karena berlangsung di dalam bangunan bersejarah yang didirikan Rd. Dewi Sartika pada tahun 1910, yaitu bangunan bekas Sekolah Kautamaan Istri yang sekarang menjadi SD/SMP Dewi Sartika.
Kegiatan Menulis Surat Cinta ditujukan khusus siswa kelas 3 SMP Dewi Sartika dengan harapan mereka mengenal sosok Inggit Garnasih.
Apalagi pada kesempatan tersebut cucu Inggit Garnasih, yaitu Tito Zeni Asmarahadi menjadi pembicara yang mengantarkan para siswa "berhubungan" dengan Inggit Garnasih.
"Minimal dengan kegiatan seperti ini pelajar mengenal sosok Inggit Garnasih yang memiliki jasa luar biasa untuk negeri ini. Tentunya tanpa mengesampingkan sosok pejuang lain," jelas Tito usai memberikan sedikit sejarah tentang Inggit Garnasih.
ADVERTISEMENT
Mengenang sosok Inggit Garnasih melalui kegiatan “Menulis Surat Cinta Untuk Ibu Bangsa” ini tentu bukan sebatas membahas dan menulis sedikit pemahaman para pelajar akan jasa hidup beliau.
Menurut Atik Kurniasih Kepala Sekolah Dewi Sartika kegiatan ini mampu memberi pemahaman baru tentang sosok pahlawan perempuan Jawa Barat yaitu Inggit Garnasih kepada para siswa.
"Saya pun lebih memahami siapa ibu Inggit Garnasih melalui paparan tadi," ungkapnya.
Senada dengan itu Gatot mengajak semua orang untuk terlibat membuat peringatan
"Bulan Cinta Ibu Bangsa Inggit Garnasih," apalagi menurutnya 14 Februari yang dinisbatkan sebagai Hari Kasih Sayang, sebaiknya digunakan untuk mengenang kelahiran Inggit Garnasih pada 17 Februari.
"Daripada kita memperingati Hari Kasih Sayang, lebih baik mengenang sosok Ibu Inggit Garnasih, yang juga lahir pada Februari," tegasnya.
ADVERTISEMENT
Menebarkan kisah Inggit Garnasih kepada banyak orang merupakan salah satu upaya yang disisipkan SR untuk memerkenalkan perjuangan beliau.
Inggit Garnasih yang sederhana semasa hidupnya mungkin tidak ingin diperlakukan istimewa, seperti penuturan sang cucu Tito Zeni Asmarahadi. Namun tentunya sebagai penghormatan jasa beliau yang lahir pada Februari lebih baik diperingati daripada sibuk memikirkan Valentine atau membagikan coklat yang bisa membuat gigi berdenyut. (Agus Bebeng)