Peneliti Ungkap Riset Terbaru Patahan Gempa Lembang

Konten Media Partner
11 September 2018 12:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peneliti Ungkap Riset Terbaru Patahan Gempa Lembang
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Patahan gempa Lembang ditandai garis merah. (Dok. peneliti Irwan Meilano)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Peneliti dari Kelompok Keahlian Geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB) Irwan Meilano menyatakan dalam literatur aktivitas sesar atau patahan Lembang sudah terekam sejak 1968. Sesar gempa bumi aktif yang membentang 29 kilometer dari Lembang sampai Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, itu memiliki mekanisme geser mendatar mengiri (sinistral) dengan komponen vertikal.
Menurut Irwan, penelitian itu dilakukan Profesor Tjia dengan mengkaji sungai-sungai yang dilintasi sesar Lembang. Selanjutnya, kata Irwan, kesimpulan serupa juga muncul dari hasil riset berikutnya yang dilakukan peneliti terbaru pada 2012.
Sebelumnya, penelitian mengenai sesar Lembang memang jumlahnya amat sedikit, tidak banyak jurnal ilmiah yang mempublikasikannya. Sehingga masa itu, pengetahuan sesar Lembang masih terbatas.
Namun dalam perkembangannya, misteri yang meliputi sesar Lembang terus disibak. Penelitian kemudian mengungkap seberapa aktif sesar Lembang dibandingkan dengan sesar lain yang ada di Indonesia. Untuk mengetahui aktivitas ini, dilakukan pengukuran pada laju geser (slip rate) sesar Lembang, yakni 4-6 milimeter per tahun.
ADVERTISEMENT
“Sebagai perbandingan di Sumatera ada yang sampai 20 mm per tahun. Sesar Lembang 4-6 mm per tahun. Yang di Sumatera jauh lebih aktif. Tapi kalau jalan-jalan ke Papua di sana ada sesar kecepatannya sampai 60 mm pertahun. Jadi jauh lebih aktif,” bebernya.
Setelah merekam aktivitas sesar Lembang, peneliti kemudian menghitung dampak dari kekuatan maksimum sesar Lembang, yakni magnitude 6,4 – 7. Penelitian kemudian diarahkan pada kajian resiko bencana dengan melakukan simulasi dampak dari magnitude terbesar.
Doktor lulusan Nagoya University, Jepang, itu menegaskan, kajian resiko bencana adalah kajian yang tidak boleh terjadi. Jadi kalau membuat kajian resiko bencana dan terjadi persis sama, pasti ada yang salah dengan kajian tersebut.
ADVERTISEMENT
“Karena kajian resiko bencana dibuat dengan tujuan ini tidak boleh terjadi, dengan tujuan kita mempunyai upaya-upaya untuk menguranginya sehingga tak terjadi. Itu idenya. Itu disclimer dari awal,” terangnya.
Dari kajian resiko bencana disimpulkan bahwa dampak sesar Lembang bukan urusan mereka yang tinggal di Lembang saja, sesar Lembang tak hanya berdampak bagi mereka yang kampungnya dekat dengan sesar Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Namun bagi warga yang tinggal di selatan Bandung seperti Majalaya dan sekitarnya, atau di barat Bandung seperti Cimahi, atau di timur Bandung seperti Ujungberung, juga dimungkinkan terdampak aktivitas sesar Lembang.
Sehingga kesiapsiagaan atau mitigasi bencana penting bagi Bandung dan sekitarnya, bagi warga maupun pemerintah daerah di sekitar sesar Lembang.
ADVERTISEMENT
Dalam simulasi resiko bencana, menunjukkan gempa dengan kekuatan maksimal sesar Lembang akan merusak bangunan yang tidak tahan gempa. Untuk itu pembangunan rumah perlu dilakukan dengan kaidah rekayasa bangunan tahan gempa. (Iman Herdiana)