news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pengamat: Literasi di Bandung Sudah Ada Tanpa Sudut Dilan

Konten Media Partner
27 Februari 2019 11:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pasar buku Palasari, Bandung. (Iman Herdiana)
zoom-in-whitePerbesar
Pasar buku Palasari, Bandung. (Iman Herdiana)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari – Pembangunan Sudut Dilan (sebelumnya Taman Dilan) di lapangan GOR Saparua, Bandung, menuai pro dan kontra. Dari sisi literasi, budaya leterasi di Bandung sudah hidup tanpa taman Dilan.
ADVERTISEMENT
Pengamat perencanaan tata kota Frans Ari Prasetyo menyoroti masalah literasi ini mengingat Sudut Dilan diresmikan untuk mendukung minat bacaa sastra masyarakat Jawa Barat atau mendukung budaya literasi di Jawa Barat.
“Kalau terkait budaya literasi, memangnya hanya di taman itu saja yang dianggap mampu menaikkan harkat literasi di Bandung atau Jawa Barat?” kata dosen planologi ini, saat dihubungi Bandungkiwari, Selasa (26/2).
Frans menuturkan, budaya literasi khususnya di Kota Bandung sudah berkembang pesat menjadi bagian dari aktivitas kotanya. Keberadaan banyaknya instritusi pendidikan merupakan contoh bagaimana literasi dan ilmu pengetahuan sudah berkelindan nyata dan aktif dalam ritme kehidupan warga kota Bandung.
Bahkan literasi di Bandung sudah tumbuh tanpa dukungan kekuasaan. Literasi di Bandung misalnya dihidupkan oleh komunitas-komunitas yang sadar pentingnya budaya baca, apa pun jenis bukunya.
ADVERTISEMENT
Menurut Frans, kekuasaan justru malah turut menghalangi budaya literasi di Bandung. Ia merujuk pada aktivitas Perpustakaan Jalanan yang aktif melapak buku gratis di jalanan sejak 2010. Mereka rutin tiap akhir pekan membuka bacaan bagi publik di Taman Dago-Cikapayang.
Namun, kata Frans, pada tahun 2016 aktivitas melapak buku mereka justru dibubarkan dengan dalih keamanan. “Maka sangat aneh jika sekarang Taman Dilan dibuat tanpa urgensi apa pun lalu bersembunyi di balik klaim atas nama literasi publik,” katanya.
Frans menilai, Taman Dilan sebagai bentuk spontanitas dari kekuasaan yang tidak menakar alam literasi di Bandung. Menurutnya rencana pembangunan Taman Dilan justru mengesankan kepentingan popularitas dan politik pencitraan.
Selain itu, menurutnya masih banyak layanan publik di Jabar yang perlu pembenahan dan perbaikan ketimbang membangun Sudut Dilan. Contohnya dukungan terhadap layanan kesehatan rumah sakit.
ADVERTISEMENT
“Kalau memang ingin menyediakan layanan publik sesuai dengan kewenangan provinsi, tidak perlu Taman Dilan tapi bisa mendukung pembenahan layanan dan fasilitas kesehatan rumah sakit, misalnya RS Hasan Sadikin yang merupakan domain Provinsi Jabar, kalau perlu buat taman di sana sekaligus membangun area parkir yang representatif,” katanya. (Iman Herdiana)