Pengamat Pertanyakan Urgensi Pembangunan Sudut Dilan

Konten Media Partner
26 Februari 2019 11:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rencana pembangunan Sudut Dilan di Gor Saparua, Bandung. (Iman Herdiana)
zoom-in-whitePerbesar
Rencana pembangunan Sudut Dilan di Gor Saparua, Bandung. (Iman Herdiana)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari – Pemerintah Provinsi Jawa Barat baru saja melakukan peletakan batu pertama pembangunan Sudut Dilan di area Gor Saparua, Bandung. Peletakan batu pertama dilakukan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan beserta para pemain film "Dilan 1991", yang dilakukan bertepatan dengan gala premier film tersebut di bioskop, Senin (25/2).
ADVERTISEMENT
Namun urgensi pembangunan Sudut Dilan, semula diwacanakan Taman Dilan, itu dipertanyakan, khususnya sejauh mana kepentingan Sudut Dilan ini bagi kepentingan publik Kota Bandung maupun Jawa Barat.
“Kalau dalam penataan kota, apakah sudut Dilan itu memang urgensi bagi kepentingan publik Kota Bandung atau tidak,” kata pengamat tata kota Frans Ari Prasetyo, saat dihubungi Bandungkiwari, Selasa (26/2).
Menurutnya, Sudut Dilan mengambil tempat di di lingkungan Gedung Olah Raga (GOR) Saparua. GOR ini memang milik Pemprov Jabar. Namun keberadaan GOR ini berada di kawasan Kota Bandung.
Ia lalu mempertanyakan apakah Sudut Dilan sudah ada dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kota Bandung maupun RTRW Provinsi Jawa Barat. Sebab membangun fasilitas publik harus melalui perencanaan, pendanaan, transparansi dan urgensinya.
ADVERTISEMENT
“Jadi gak bisa sembarangan walaupun tanahnya milik provinsi. Sebab di situ ada kewenangan pemerintah kota yang seolah dilangkahi. Ini tujuannya apa? Wali kota Bandung sendiri tak ada agenda ke sana. Lalu sumber dana dari mana, kalau dari CSR, CSR-nya masuk ke slot yang mana untuk membangun taman sejenis ini,” paparnya.
Frans melihat pembangunan Sudut Dilan dilakukan secara spontan bahkan sporadis berdasarkan popularitas dari produk budaya milenial semata.
“Ujungnya ini kepentingan populis dan politis, sebuah rebranding dari kekuasaan yang ingin menunjukkan kami ada, hadir, untuk membuat taman populer sebagai respons terhadap isu milenial atau isu kebudayaan populer. Tapi itu tak terlihat dalam rencana pembangunan tata ruang,” ungkapnya.
Karena itu, menurutnya, pembangunan Sudut Dilan tidak mewakili kepentingan publik. Sehingga pembangunan ini tidak akan berdampak signifikan pada publik. Terlebih pembangunan dilakukan di GOR Saparua yang memang sudah aktif dipakai aktivitas publik.
ADVERTISEMENT
Ridwan Kamil sendiri berdalih dibangunnya Sudut Dilan antara lain untuk kepentingan budaya literasi dan pariwisata. Namun Frans menegaskan, membaca literatur tidak perlu dilakukan di Sudut Dilan, bisa dilakukan di mana pun dan di taman lainnya yang banyak berdiri di Bandung.
Selain itu, budaya literasi di Bandung sudah lama tumbuh secara mandiri, banyak komunitas literasi yang beraktivitas tanpa dukungan dari pemerintah. Sedangkan dari sisi wisata, Frans menyatakan, Jawa Barat adalah provinsi yang luas bukan Bandung saja.
“Banyak daerah di Jabar yang harus dipikirkan, bukan secuil wisata di Bandung. Tanpa ada Sudut Dilan orang sudah banyak yang datang ke Bandung, sudah banyak orang yang datang ke Saparua untuk olahraga, menonton event, atau nongkrong, tak perlu ada rebranding seperti ini, ini terlalu berlebihan,” katanya.
ADVERTISEMENT
Kalaupun Pemprov Jabar ingin membuat taman, ia menyarankan sebaiknya di Bandung dibuat ruang terbuka hijau (RTH) atau taman baru, bukan rebranding dari taman yang sudah ada dan aktif.
“Tanah pemrov ini banyak, jadi kenapa tidak buat taman baru, apa pun itu nama tamannya, bukan rebranding,” tandasnya. (Iman Herdiana)